Rabu, 24 November 2010

"Yang Lain Saja"

''Jawab mereka: ''Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.'' (Matius 14:17)

Sebuah gereja hendak mengadakan acara perjamuan kasih pada ibadah tengah pekan. Kepada jemaat diumumkan agar masing-masing membawa roti dan sebotol kecil anggur. Maksudnya, nanti tiap makanan itu akan dikumpulkan menjadi satu untuk disantap bersama-sama. Sedang anggurnya akan dituang menjadi satu dalam satu tong sebagai minumannya. Seorang jemaat lalu berpikir dalam hati. ''Kenapa harus bawa anggur, toh yang lain juga sudah bawa? Kalaupun aku membawa air putih saja tentu tidak akan berpengaruh jika sudah bercampur dengan anggur lainnya.'' Acara perjamuan kasih pun dimulai. Betapa kagetnya semua jemaat itu sebab ternyata yang mereka minum ternyata hanya air biasa dan bukannya anggur. Mengapa bisa demikian? Selidik punya selidik ternyata semua jemaat punya pikiran yang sama seperti jemaat yang membawa air putih itu. ''Toh hanya saya, pasti tidak ada pengaruhnya!'' katanya.

Kisah yang sangat menggelikan, bukan? Sekarang perhatikan bacaan firman Tuhan hari ini. Dari sekian ribu orang yang mengikuti perjalanan Yesus, ternyata hanya ada seorang anak kecil yang dengan rela menyerahkan lima roti dan dua ikan yang menjadi bekalnya. Bagaimana dengan yang lain? Apakah memang tak seorangpun yang membawa bekal? Kemungkinan besar tidak. Tapi, jelas tak satupun yang rela menyerahkan selain anak itu. Mereka mungkin juga berpikir, ''Toh bekal saya hanya sedikit, tidak akan berpengaruh untuk ribuan orang ini. Banyak orang punya lebih dariku. Itu tugas mereka!''
Nah, berapa banyak kita yang sering berpikir demikian dalam hal memberi, berbagi, dan melayani?

Yesus sangat menghargai apa pun yang kita serahkan kepada-Nya. Sesederhana apapun yang kita punya, Yesus menghargai karena ketaatan dan iman kita. Kenyataannya, Tuhan yang Maha Adil pasti juga akan lebih melimpahkan berkat kepada mereka yang mau dengan rela dan tulus berani memberi. Persembahkan yang terbaik dari apapun yang kita punya kepada -Nya. Ingatlah bahwa Tuhan tidak melihat kuantitasnya, melainkan kualitas, yaitu sikap hati kita.

Di tangan Tuhan, hal yang paling sederhana pun dapat menjadi sesuatu yang besar.

Tuhan Yesus Memberkati

Menangkap Rembulan

''Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.''(Keluaran 20:3)

Seekor burung hantu merasa kesal karena bulan tidak bisa selalu muncul di malam hari. Ia bertekad, ''Nanti, ketika malam bulan purnama tiba, aku akan menangkap bulan! Akan kusimpan di puncak pohon tertinggi, supaya ketika malam tiba, aku bisa menikmati cahayanya sepuasnya. Malam akan selalu jadi terang. Tidak perlu lagi berlama-lama menunggu malam purnama tiba.'' Pikir si burung hantu. Hingga malam bulan purnama yang di nanti pun tiba, burung hantu bersiap di puncak pohon tertinggi. Tekadnya bulat, malam ini ia akan menangkap bulan. Setitik cahaya muncul dari balik bukit. Dengan bersemangat, burung hantu terbang kencang menuju sumber cahaya. Makin dekat dan makin dekat. Bulan pun tampak makin besar. Burung hantu terus terbang. Makin kencang dan makin kencang. Cakarnya sudah siap menangkap bulan ketika tiba-tiba saja...Duaaar!!! Tubuhnya terpental, terkapar berlumuran darah, sekarat di atas aspal. Rupanya, burung hantu itu bukannya menangkap bulan, tapi ia menbrak lampu mobil yang datang dari balik bukit dengan kecepatan tinggi.

Kisah di atas cuma dongeng, tapi kita tahu, banyak hal mengerikan terjadi ketika orang nekad, rela melakukan apa saja untuk memenuhi kepuasan pribadinya. Wajah yang rusak karena melakukan operasi plastik, ruamh tangga hancur karena mengutamakan kesuksesan karier di atas segalanya, terlibat kasus korupsi karena ingin kaya, dan masih banyak contoh lainnya. Mungkin anda setuju, dalam hidup, kita tidak boleh memiliki sikap mudah berpuas diri. Tapi, tentu saja bukan berarti kita harus menjadi orang-orang ambisius yang tidak pernah bisa merasa puas. Apalagi sampai nekad, rela melakukan apa saja untuk memenuhi kepuasan pribadi. Saat ini, apakah Tuhan masih menjadi sosok yang istimewa dalam hidup kita? Atau jangan-jangan sudah ada hal lain yang menggantikan-Nya? Dalam menjalani hidup, kita semua punya mimpi-mimpi. Tapi, lebih dari mimpi-mimpi tersebut, kiranya sementara kita berlari mengejar mimpi-mimpi, kita tetap menyertakan Tuhan senantiasa. Jangan sekali-kali melupakan-Nya sebab apapun yang terjadi Ia harus tetap menjadi yang terutama.

Tuhan Yesus Memberkati

Umpan Maut

Seorang Pendeta suatu hari sedang cuti di sebuah desa yang sejuk di kaki pegunungan. Ketika sedang santai menikmati pemandangan indah di sekitarnya, ia dikejutkan dengan pemandangan agak aneh: sekelompok babi berjalan mengikuti seorang pria menuju ke suatu tempat.

Timbul rasa ingin tahu pada Pendeta itu, sehingga ia mengikuti rombongan babi itu dari belakang. Ia ingin tahu sedang menuju ke manakah babi-babi itu. Akhirnya ia melihat babi-babi itu masuk ke rumah jagal dan mati disembelih untuk makanan manusia.

Pak Pendeta kemudian mendekati pria yang menggiring babi-babi itu dan bertanya: ''Pak, bolehkah aku bertanya apa rahasianya sehingga babi-babi itu kelihatnnya begitu taat kepadamu, sehingga engkau dengan mudah menggiring mereka masuk ke rumah jagal?''
Pria itu tersenyum dan berkata: ''Sebenarnya sih tidak ada rahasia, pada tanganku aku memegang sebuah wadah yang penuh dengan makanan yang disukai babi-babi itu, dan sambil berjalan kujatuhkan sedikit dari makanan itu ke tanah dan babi-babi itu memakannya dengan lahap. Demikian seterusnya, sampai akhirnya tiba di rumah jagal.''

Melalui peristiwa ini kita mendapat sebuah pengertian baru tentang cara kerja si iblis. Bukankah iblis juga memegang makanan yang disukai manusia pada tangannya sebagai umpan, dan di sepanjang jalan kehidupan dia jatuhkan sedikit demi sedikit, lalu manusia yang bodoh memakan umpan ini tanpa tahu bahwa perjalanan yang penuh dengan umpan iblis itu ujungnya menuju maut. Demikian terus-menerus, sedikit demi sedikit, satu umpan disusul dengan umpan yang berikutnya sampai akhirnya tanpa disadari orang itu masuk ke dalam neraka! Mari berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini, jangan mau tertipu oleh umpan dari si iblis yang kelihatannya nikmat hanya sesaat saja, padahal ujungnya menuju kepada kematian kekal.

''Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.'' (1 Petrus 5:8)

Tuhan Yesus Memberkati

Bayar Hari Ini

''Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi?'' (Pengkhotbah 9:10).

Sebuah SPBU memasang baliho besar berisi tulisan ''Bayar hari ini, besok gratis.'' Melihat baliho itu, para pengemudi mobil dan motor ramai-ramai mengisi bensin di SPBU itu dengan harapan besok mendapatkan bensin gratis. Esoknya, para pembeli yang kemaren membeli kembali datang dan minta bensin gratis sesuai apa yang tertulis di baliho. Namun, petugas SPBU dengan ringan menjawab ''Hari ini bayar, besok baru gratis.'' Para pembeli itu akhirnya mengisi bensin dengan membayar dan pulang dengan menggerutu karena meraka sadar bahwa yang disebut besok itu memang tak akan pernah datang karena SPBU itu tak menuliskan secara jelas kapan.

Kisah tentang baliho SPBU itu memberi satu pesan kepada kita untuk jangan pernah menunda-nunda menyelesaikan segala sesuatu yang bisa kita kerjakan hari ini. Hari ini memiliki masalahnya sendiri dan hari esok memiliki masalahnya sendiri sehingga jangan pernah menunda-nunda membereskan segala sesuatu. Orang yang selalu menunda-nunda melakukan sesuatu seringkali menjadi yang paling mudah digilas oleh perubahan zaman. Orang yang selalu menunda-nunda belajar menggunakan komputer misalnya, akan menyesali diri saat segala sesuatu kemudian telah dikomputerisasi. Orang yang menunda-nunda pekerjaan sampai tenggang waktu yang ditetapkan akan terpaksa lembur dan sangat menderita karena harus mati-matian menyelesaikan pekerjaan. Orang yang suka menunda-nunda memperbaiki dan menservice mobilnya ke bengkel akan sangat menyesal saat mendadak mobilnya mogok justru ketika dia sangat membutuhkannya.

Keberhasilan dan kemenangan hanya mampu kita miliki kalau kita memiliki kebiasaan menyelesaikan segala sesuatu dengan segera dan menghargai waktu. Nyatanya, seringkali hari esok yang kita nantikan itu juga ditentukan oleh hari ini. Kesempatan yang kita punya untuk melakukan yang terbaik adalah hari ini. Oleh karena itu, prinsip yang harus kita pegang adalah: bekerjalah seakan ini hari terakhir kita hidup di dunia dan gantunglah mimpi kita setinggi langit seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi.

Waktu yang ada hari ini adalah kesempatan terbaik yang kita miliki.

Tuhan Yesus Memberkati

Menjaga Hubungan

''Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1)

Di suatu pasar tradisional di Yogyakarta, seorang ibu penjual klepon (makanan tradisional jawa) baru saja menggelar dagangannya ketika seorang turis asing mendatanginya. Turis itu bermaksud memborong seluruh klepon dagangannya dengan harga lebih tinggi. Namun di luar dugaan, ibu tersebut menolaknya. Mengapa? Ia bersedia dagangannya dibeli, tapi ia tidak setuju apabila diborong semua. Ibu tersebut malah menunjukkan lokasi penjual-penjual klepon lain di pasar tersebut. Ternyata ia memiliki alasan yang kuat melakukan hal tersebut. Yang pertama adalah ia ingin berbagi rejeki dengan pedagang klepon lainnya. Yang kedua, ibu itu memiliki pelanggan yang selalu datang di jam tertentu untuk membeli kleponnya. Ia tidak ingin mengecewakan pelanggan-pelanggan setianya. Dari ibu yang sederhan itu, kita bisa belajar dua hal penting tentang relasi dalam dunia kerja.

Dalam buku ''Managing Ethic Business'', Linda Klebe Trevino dan Katherine A. Nelson mengajukan pertanyaan: ''Apakah di dalam bisnis harus selalu ada pihak yang menang dan kalah?'' Apakah bisnis yang berhasil adalah semata-mata ketika kita meraih keuntungan? Ternyata tidak. Di dalam bisnis kita disebut punya keberhasilan sejati jika kita bisa merayakan kesuksesan bersama dengan rekan bahkan kompetitor kita. Kita dapat meraup keuntungan sembari yang lain juga dapat diuntungkan. Ibu penjual klepon itu mungkin tak mengerti teori bisnis, tetapi dia sukses mempraktekkan apa yang dikatakan Linda dan Katherine. Meraih keuntungan sekaligus mengembangkan hubungan.

Hubungan memang tak tergantikan. Sukses dalam membina hubungan akan memberi keuntungan pada diri kita sendiri untuk jangka panjang. Ibu penjual klepon itu sadar, ada waktunya nanti dia juga akan butuh bantuan dari rekan-rekannya sesama penjual klepon. Ia juga mengerti ia dapat kehilangan pelanggan-pelanggan setianya ketika ia didapati ''tidak setia'' dan tidak menepati janji. Bagimana dengan kita? Ingatlah bahwa hubungan yang terjaga akan memberi keuntungan yang lebih panjang dari pada keuntungan besar yang singkat. Prinsip menjaga hubungan inilah yang perlu kita jadikan salah satu prinsip dalam bisnis kita.

Kesuksesan membina hubungan akan membawa sukses dalam jangka panjang.

Tuhan Yesus Memberkati

Senin, 22 November 2010

Jangan Menjadi Tuhan

Linda adalah seorang istri dan ibu yang perfeksionis. Ia menjaga rumah tetap bersih, memasak makanan yang sangat enak, dan juga menjadi sukarelawan di gereja, di sekolah anak-anaknya, dan komunitasnya. Ia berusaha menjadi segalanya bagi semua orang, dan seringkali frustasi dan terkuras fisiknya. Namun tetap saja ia tidak mau melepaskan yang mana pun dari komitmennya atau menurunkan standarnya. Ia merasa ia harus sempurna dan melakukan segala sesuatu yang dilakukannya untuk mempertahankan cinta suaminya.

Krisis menimpa Linda ketika suaminya berkata kepadanya bahwa ia akan meninggalkan Linda bila Linda tidak menguangi kesibukannya dan melepaskan beberapa tanggung jawabnya. Linda merespons dengan marah dan mengambil lebih banyak tanggung jawab dari pada sebelumnya. Ia akhirnya masuk rumah sakit karena kelelahan. Sewaktu dirawat di rumah sakit, Linda takut segalanya akan kacau balau karena ia tidak ada di rumah dan komunitasnya. Ketika ia melihat bahwa dunia tetap berputar tanpa dirinya, anak-anaknya tetap mengenakan pakaian bersih, makanan tetap tersedia, Linda mulai santai untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun. Hasilnya bukan saja pemulihan kesehatannya sendiri, melainkan hubungannya dengan keluarganya juga dikuatkan.

Kita bukanlah Tuhan yang bisa melakukan segala sesuatunya untuk setiap orang dengan sempurna. Lakukanlah apa yang harus kita lakukan dengan baik, namun buatlah pilihan kita dengan bijak, dan batasilah pada apa yang benar-benar dibutuhkan, dan benar-benar menjadi bidang keahlian kita, karena membaktikan sebagian kecil dari diri kita pada segala-galanya berarti justru tidak membaktikan sebagian besar dari diri kita.

''Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.' (Roma 12:3)

Tuhan Yesus Memberkati

Sabtu, 06 November 2010

Tak Bisa Sendiri

''Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.'' (1 Korintus 3:9)

Alex Haley, penulis buku laris ''Roots'', selalu memasang gambar kura-kura yang berada di atas pagar tinggi, di dalam kantornya. Gambar ini cukup unik karena tidak mungkin kura-kura bisa memanjat pagar tapi kenyataanya toh kura-kura tersebut berada di atas pagar. Alex Haley berkata, ''Bila Anda melihat seekor kura-kura bertengger di atas pagar, Anda tahu bahwa binatang itu bisa sampai ke sana karena ada orang yang mengangkatnya.'' Haley memasang gambar kura-kura tersebut menjadi pengingat dirinya bahwa kesuksesan tidak akan pernah bisa dicapai seorang diri. Kesuksesan terjadi karena ada orang lain yang menolongnya untuk naik.

Karena itu sangatlah menggelikan melihat kenyataan bahwa beberapa orang menyombongkan kesuksesannya sendiri, seolah-olah kesuksesannya tersebut merupakan hasil kerjanya sendiri saja. Coba kita pikir lebih sederhana, mungkinkah seseorang bisa sukses tanpa bantuan orang lain?
Mungkinkah seorang konglomerat bisa sukses kalau dia tidak dibantu oleh staf dan karyawannya? Demikian juga halnya kemenangan seorang atlet tidak akan pernah bisa dipisahkan oleh dukungan dan bantuan tim pendukungnya. Dalam olahraga balap motor misalnya, kemenangan seorang bintang balap pun tidak lepas dari pelatih, teknisi motor, dan seluruh tim.

Kita tidak akan pernah bisa meraih puncak sukses seorang diri. Cara pandang ini menghindarkan kita dari sikap sombong, menghilangkan sikap percaya diri yang berlebihan, dan membuat kita lebih menghargai orang-orang yang ada di sekeliling kita. Jika kita seorang pemimpin tertinggi dalam sebuah perusahaan, apakah kita juga menghargai seluruh karyawan kita, termasuk karyawan yang bekerja dalam bagian yang sangat sederhana seperti penjaga keamanan, office boy, atau pekerja kasar? Bagaimana seandainya satu hari saja mereka semua memutuskan untuk tidak masuk kerja? Bukankah harus disadari bahwa kinerja perusahaan pasti terganggu? Ini bukti bahwa setiap orang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan kita. Kita tak ubahnya seperti kura-kura yang bisa naik ke pagar karena ada banyak orang yang mengangkat kita.

Di balik setiap kesuksesan, selalu ada orang-orang yang mendukungnya.

Tuhan Yesus Memberkati

Bayar Hari Ini

''Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi?'' (Pengkhotbah 9:10)

Sebuah SPBU memasang baliho besar berisi tulisan ''Bayar hari ini, besok gratis.'' Melihat baliho itu, para pengemudi mobil dan motor ramai-ramai mengisi bensin di SPBU itu dengan harapan besok mendapatkan bensin gratis. Esoknya, para pembeli yang kemaren membeli kembali datang dan minta bensin gratis sesuai apa yang tertulis di baliho. Namun, petugas SPBU dengan ringan menjawab ''Hari ini bayar, besok baru gratis.'' Para pembeli itu akhirnya mengisi bensin dengan membayar dan pulang dengan menggerutu karena meraka sadar bahwa yang disebut besok itu memang tak akan pernah datang karena SPBU itu tak menuliskan secara jelas kapan.

Kisah tentang baliho SPBU itu memberi satu pesan kepada kita untuk jangan pernah menunda-nunda menyelesaikan segala sesuatu yang bisa kita kerjakan hari ini. Hari ini memiliki masalahnya sendiri dan hari esok memiliki masalahnya sendiri sehingga jangan pernah menunda-nunda membereskan segala sesuatu. Orang yang selalu menunda-nunda melakukan sesuatu seringkali menjadi yang paling mudah digilas oleh perubahan zaman. Orang yang selalu menunda-nunda belajar menggunakan komputer misalnya, akan menyesali diri saat segala sesuatu kemudian telah dikomputerisasi. Orang yang menunda-nunda pekerjaan sampai tenggang waktu yang ditetapkan akan terpaksa lembur dan sangat menderita karena harus mati-matian menyelesaikan pekerjaan. Orang yang suka menunda-nunda memperbaiki dan menservice mobilnya ke bengkel akan sangat menyesal saat mendadak mobilnya mogok justru ketika dia sangat membutuhkannya.

Keberhasilan dan kemenangan hanya mampu kita miliki kalau kita memiliki kebiasaan menyelesaikan segala sesuatu dengan segera dan menghargai waktu. Nyatanya, seringkali hari esok yang kita nantikan itu juga ditentukan oleh hari ini. Kesempatan yang kita punya untuk melakukan yang terbaik adalah hari ini. Oleh karena itu, prinsip yang harus kita pegang adalah: bekerjalah seakan ini hari terakhir kita hidup di dunia dan gantunglah mimpi kita setinggi langit seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi.

Waktu yang ada hari ini adalah kesempatan terbaik yang kita miliki.


Tuhan Yesus Memberkati