Selasa, 24 Agustus 2010

Nikmatnya Tantangan

''Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.'' (Roma 8:18)

Suatu hari seekor Itik melewati kandang ayam. Kebetulan saat itu ayam sedang mengerami telurnya. Itik mulai menggoda, katanya, ''Hai, Ayam, apa yang sedang kau lakukan? Kok, kerjanya hanya duduk-duduk di kandang saja?'' Si Ayam menjawab, Apa kamu tidak lihat Tik? Aku kan sedang mengerami telur-telurku.'' ''Lho. kok harus dierami? Kalau aku sih tidak perlu dierami, telur-telurku dapat menetas sendiri. Jadi aku tidak usah repot-repot duduk seharian sepertimu, ''kata Itik dengan nada menghina.

Hari berganti hari. Ayam betina masih terus mengerami telur-telurnya. Dengan penuh kesabaran dia masih setia duduk di kandang, meskipun sudah kelihatan lemah. ''Penderitaan yang kualami tidak sebanding dengan kebahagiaan yang akan kudapat,'' ucapnya menguatkan diri sendiri. Tidak terasa, sudah sampai hari ke-21. Dilihatnya satu demi satu telurnya. ''Hah...! Masih utuh?'' gumam si Ayam sembari menelungkupkan kembali sayapnya. Tapi tiba-tiba terdengar bunyi ''Krak..'' Sebutir telurnya mulai retak, lalu telur yang lainnya menyusul. Satu persatu telurnya berubah menjadi anak ayam yang lucu-lucu. Sekarang, induk ayam pun bisa turun dari kandangnya dengan penuh sukacita. Sementara itu, si Itik menjalani hari-harinya seperti biasa, tidak ada sesuatu yang baru dan menantang, sehingga hidupnya tidak pernah diwarnai dengan kejutan-kejutan menggembirakan. Tentu beda sekali dengan si Ayam.

Sebuah kata bijak mengatakan, ''Without bitter you don't know the sweet.'' Tanpa merasa pahit kita tidak akan pernah tahu arti rasa manis. Tanpa tantangan, hidup akan terasa monoton dan tak pernah bergairah. Apakah kita merasa jenuh dengan hidup atau kita merasa tidak ada kemajuan dalam karier kita? Bisa jadi itu karena kita membiarkan diri kita tidak pernah mengalami tantangan. Dan jika kita sedang jatuh bangun dalam merintis sesuatu, jadilah seperti kisah ayam di atas. Tetap yakini bahwa pada akhirnya kita pasti akan memperoleh buah dari ketekunan kita. Kehidupan para tokoh besar di Alkitab juga selalu diwarnai penderitaan. Jadi, jangan pernah merasa malang karena saat ini mengalami penderitaan. Bisa jadi itu awal rencana dahsyat Tuhan dalam hidup kita.

Tanpa merasa pahit kita tidak akan pernah tahu apa arti rasa manis

Tuhan Yesus Memberkati

Kamis, 05 Agustus 2010

Bisa Di Percaya

Tiga ekor kura-kura sedang berpiknik di siang hari dalam suatu musim panas. Yang pertama membawa sebuah keranjang berisi makanan, yang kedua membawa guci berisi minuman dingin, dan yang ketiga tidak membawa apa-apa. Saat mendekati area piknik, tetesan hujan mulai membasahi tempurung mereka.

''Kita tidak bisa berpiknik kalau tidak ada payung,'' kata kura-kura yang pertama, ''salah satu di antara kita harus kembali untuk mengambil payung.''
Kedua kura-kura yang menjinjing sepakat bahwa kura-kura ketigalah yang harus kembali pulang, karena kura-kura ketiga tidak membawa apa-apa.
''Aku tidak mau pulang,'' kata kura-kura ketiga.'' Begitu aku berangkat kalian berdua pasti akan menghabiskan makanan dan minuman, dan aku tidak mendapatkan apa-apa.''
''Tidak, kami tidak akan begitu,'' jawab kura-kura yang pertama.
''Kami berjanji akan menunggumu,'' kata kura-kura kedua, ''Tidak peduli berapa lama kamu pergi!'' kata kura-kura yang pertama.
''Tidak peduli berapa lama?'' tanya kura-kura yang ketiga.
''Betul! tidak peduli berapa lama!'' kedua kura-kura yang lain menjawab serempak.

Kura-kura ketiga lalu meninggalkan tempat itu, dan dua kura-kura yang lain duduk menanti. Mereka menunggu satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam...satu hari, dua hari, satu minggu. Dua minggu berlalu, dan akhirnya kura-kura kedua berkata, ''Mungkin kita tidak bisa terus begini, jangan-jangan dia memang tidak kembali, kita harus mulai makan.''
Detik berikutnya mereka pun mendengar suara kura-kura ketiga dari balik semak di dekat situ, ''Jika kalian makan, aku tidak akan berangkat!''

Menjaga sebuah komitmen memang tidaklah mudah. Ketiga kura-kura tadi, akhirnya tidak dapat berpiknik, dan semuanya tidak dapat makan, hanya karena tidak ada saling percaya diantara mereka. Kura-kura pertama dan kedua begitu gampang mengobral janji, sementara kura-kura ketiga menaruh rasa curiga yang merugikan mereka semua. Jadi, agar sebuah hubungan menjadi langgeng, peraturan pertama adalah jangan terlalu gampang mengobral janji, jika kita tidak dapat menepatinya, dan peraturan kedua adalah milikilah rasa saling percaya.

''Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.'' (Amsal 11:3)

Tuhan Yesus Memberkati

Lama Kerja Atau Isi Kerja?

Ada sebuah kisah tentang seorang guru yang berambisi untuk menjadi kepala sekolah. Selama setahun ia beradaptasi dengan pekerjaannya yang baru sebagai tenaga pengajar. Selanjutnya, ia terbenam dalam rutinitas sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, ia merasa bahwa yang dilaluinya selama itu sudah cukup memadai untuk bekal mencari pekerjaan sebagai kepala sekolah.

Mulailah ia melamar dari tahun ke tahun setiap kali ia mendengar lowongan untuk kepala sekolah terbuka di kotanya.
Namun, setiap kali ia melamar, ia gagal. Sudah 15 tahun ia menjadi guru dan sudah lebih dari delapan kali ia melamar untuk menjadi kepala sekolah, tapi belum ada yang mau menerimanya. Kenyataan ini membuatnya gusar.

Sementara itu, seorang guru lain yang menurutnya hanya berpengalaman kerja selama tujuh tahun telah berhasil menduduki posisi yang ia dambakan.

Dengan marah ia lalu menelepon ketua yayasan sekolah yang bersangkutan.
''Aneh sekali kalau anda menerima orang tersebut dan bukan saya,'' ia mencemooh.

''Saya lebih senior, pengalaman saya 15 tahun, sedangkan ia hanya 7 tahun!''
''Oh, anda keliru,'' ketua yayasan itu menanggapi. Ia berpengalaman 7 tahun. Kalau anda, hanya 1 tahun, tetapi diulang sebanyak 15 kali.''

Keberhasilan kita dalam bekerja tidak diukur dari seberapa lama kita sudah bekerja, namun bagaimana kita telah mengisi waktu-waktu kerja kita dengan sesuatu yang benar-benar baik dan menguntungkan orang lain. Bukan kuantitas waktu yang menentukan tapi kualitas waktu.

Mari menjalani dan memberikan yang terbaik dari kemampuan kita terhadap pekerjaan kita sekarang, karena keberhasilan hidup tidak diukur dari lamanya kita hidup, tetapi bagaimana kita mengisi kehidupan kita.

''Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.'' (Mazmur 90:12)

Tuhan Yesus Memberkati

Pengalih Perhatian

Segerombolan pencuri remaja memiliki metode operasi yang direncanakan dengan matang. Mereka masuk ke sebuah toko secara berkelompok. Kemudian, satu atau dua orang dari mereka akan memisahkan diri dari kelompok. Yang lain akan bergerak ke bagian toko yang jauh dari situ dan memulai suatu pertengkaran sengit, menyebabkan kehebohan yang menarik perhatian para pegawai dan pelanggan.

Semua mata akan tertuju pada gangguan itu, sehingga memberi kesempatan kepada satu atau dua pencuri ''keliling'' untuk mengisi kantung-kantung mereka dengan barang dagangan atau uang tunai dan meninggalkan toko itu sebelum siapa pun menduga apa yang telah terjadi.

Baru berjam-jam, bahkan kadang-kadang berhari-hari kemudian, si pemilik toko yang menjadi korban menyadari bahwa ada barang yang hilang dan memanggil polisi. Namun, pada saat itu para pencuri tadi sudah lama pergi dan tidak ada kemungkinan untuk melacak jejak atau memperoleh kembali apa yang sudah diambil.

Bukankah iblis juga bekerja dengan cara yang sama? iblis mengalihkan perhatian kita dengan menggunakan daya pikat kemasyuran, kekayaan, kekuasaan atau kepuasan sementara dari hasrat -hasrat kedagingan, dan berbagai kesenangan dunia ini yang sifatnya hanya sementara.

Dalam prosesnya, kita seringkali dialihkan dari perhatian kita pada surga dan kekekalan, karena iblis membuat kita terpaku dan terlalu memperhatikan hal-hal yang berasal dari dunia ini. Karena itu jangan mau tergoda dan tertipu oleh tipu muslihat iblis, namun biarlah kita tetap bersikeras waspada dan memberikan perhatian kita yang terutama hanya kepada Yesus dan hal-hal yang bersifat kekal, karena hanya di dalam Yesus, terdapat semua kebenaran, damai sejahtera, sukacita dan keberhasilan yang sifatnya tidak sementara, namun bersifat kekal.

''Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!'' (Pengkhotbah 11:9)

Tuhan Yesus Memberkati

Tuntunan Roh Kudus

Seorang penjual komputer muda bernama Kurt gembira ketika salah satu kliennya menunjukkan minat untuk membeli sebuah system komputer yang dipasang Kurt dua tahun yang lalu, namun baru-baru ini ingin digantikan dengan yang sudah ditingkatkan. Setelah perhitungan cermat dan konsultasi dengan kantor pusatnya, ia menetapkan harga $800.000 untuk system itu dan berencana untuk mempresentasikan semua alasannya dalam mengajukan jumlah tersebut, kepada kliennya itu.

Saat ia duduk bernegosiasi, ia mendengar suatu suara dalam batinnya berkata, ''Tunggu. Biarkan mereka yang bicara terlabih dahulu.''

Si pembeli segera mengisi keheningan dengan laporan panjang lebar riset mereka sendiri tentang kekuatan dan kelemahan system komputer ini, usia peralatan ini, dan kebutuhan perangkat lunak baru. ''Dapatkah anda meningkatkan system ini?'' Tanya salah satu pembeli.
''Tentu saja,'' jawab Kurt.
Si pembeli lalu berkata, ''Kami akan membayar anda $950.000 untuk system itu, tapi tidak lebih sesen pun.''
Kurang dari satu jam kemudian, kertas kerja di tandatangani dan Kurt meninggalkan tempat itu dengan transaksi yang justru lebih baik daripada yang ia bayangkan, dan Kurt tidak perlu panjang lebar mempresentasikan rencananya hanya mengatakan, ''Terima kasih.''

Seringkali yang membuat kita gagal dalam berbisnis, dalam bertransaksi, dalam bernegosiasi, dalam pekerjaan atau dalam hubungan apapun adalah karena kita tidak menuruti tuntunan Roh Kudus. Kadang-kadang hal terbaik untuk dikatakan adalah, tak sepatah kata pun!

Jadi adalah jauh lebih baik untuk melibatkan Roh Kudus dalam setiap kegiatan kita, belajar untuk peka terhadap kehendak-Nya, sehingga kita tahu kapan waktunya harus berbicara dan kapan waktunya harus diam. Karena bila kita bekerja bersama Roh Kudus, maka setiap langkah adalah anugerah.

''Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.'' (Mazmur 73:24)

Tuhan Yesus Memberkati