Senin, 31 Mei 2010

Demi Uang...Atau..

Pada awal perang dunia II, seorang koresponden perang AS yang berseragam rapi, menyemprotkan minyak wangi sebanyak-banyaknya untuk mengusir apa yang dia pikir sebagai aroma yang memuakkan sebelum ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah rumah sakit primitive di China.

Setelah beberapa saat melakukan tugas peliputan, dirinya sudah hampir pingsan oleh bau mayat dan orang-orang sekarat, perasaannya juga terguncang melihat jerit tangis dari mereka yang terluka. Tak tahan melihat semuanya itu, ia segera pergi keluar untuk mencari udara segar.

Namun justru di luar, kini ia berada tepat untuk menyaksikan penglihatan paling memukau yang ia pernah saksikan sepanjang perjalanannya, Seorang biarawati muda yang cantik, dari Ordo Maryknoll yang berasal dari Amerika, tampak sedang berlutut di hadapan seorang serdadu China yang kotor. Dengan sabar ia sedang membasuh kaki dari serdadu yang membusuk selagi serdadu itu terbaring di tikar yang bau. Koresponden itu memalingkan wajahnya karena jijik.
''Suster,'' katanya, '' Saya tidak akan mau mengerjakan itu walaupun dibayar jutaan dolar.''
Biarawati itu hanya berhenti sejenak dan berkata,'' Saya juga tidak akan mau Pak. Ini saya lakukan bukan karena uang Pak, namun karena kasih.''

Di dunia ini ada pekerjaan-pekerjaan yang lebih berharga nilainya dibandingkan dengan upahnya. Pekerjaan-pekerjaan jenis itu memberikan kesempatan bagi keagungan karakter dari orang yang melakukannya. Jadi, apa motivasi terkuat kita dalam bekerja, yang membuat kita menyambut hari senin pagi bukan dengan kemalasan namun dengan penuh antusiasme? Kalau kita belum mempunyai motivasi yang jelas dan alasan yang kuat mengapa kita bekerja, maka kita tidak akan bertahan apabila diperhadapkan kepada hal-hal yang tidak memberikan imbalan uang secara langsung. Karena pekerjaan-pekerjaan yang besar justru adalah pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat di ukur dengan uang sebagai imbalannya.

''Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu;'' (Yohanes 6:27a)

Tuhan Yesus Memberkati

Pandanglah Wajah Bapa

Suatu hari di musim panas, seorang ayah membawa putrinya yang berusia tiga tahun ke sebuah taman anak untuk bermain mobil-mobilan. Si ayah mendudukkan putrinya di sebuah mobil-mobilan kecil yang sangat ingin dinaiki oleh putri kecilnya. Saat mobil-mobilan itu mulai melaju, ternyata si putri kecil mulai merengek dan segera menangis ketakutan. Si ayah berusaha mendapatkan perhatiannya dan akhirnya, matanya bersitatap dengan mata putrinya. ia tersenyum dan berteriak, '' Hei, jangan takut nak, ini asyik dan menyenangkan.''

Waktu si gadis cilik melihat bahwa dalam situasi seperti itu, ayahnya tidak takut dan malah tersenyum, ia juga mulai tertawa. Ia memang masih memegangi mobilnya erat-erat dengan kedua tangannya, namun wajahnya, dan seluruh tubuhnya mulai santai, dan akhirnya ia mulai menikmati permainan itu. Tiba-tiba apa yang tadinya begitu menakutkan menjadi mengasyikkan.

Ada saat-saat dalam kehidupan ini, ketika kita masing-masing mengalami ''perjalanan yang menakutkan,'' saat-saat ketika kita merasa takut luar biasa dan tidak yakin tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Dalam saat-saat seperti itu, adalah bijaksana bagi kita untuk mencari Bapa Sorgawi kita. Karena bila kita melakukannya, kita akan mengetahui bahwa Ia memegang kendali atas segala situasi yang terjadi. Ia tidak pernah khawatir akan apa yang kita alami kelak. Sebenarnya, Ia justru ingin kita dapat memandang wajahNya, dan melihat senyumanNya, sehingga kita dapat yakin, bahwa kalau Bapa di surga tersenyum terhadap kita, maka seharusnya perjalanan hidup atau pun tantangan yang sedang kita hadapi saat ini bukanlah sesuatu yang menakutkan.

Jadi jangan hanya memandang terhadap persoalan yang membuat kita takut, tetapi mari mengarahkan pandangan kita ke atas, pandanglah wajah Bapa kita di surga, karena sesungguhnya itu semua adalah permainan kehidupan yang dirancang agar kita dapat semakin dewasa, sehingga dapat semakin menjalani kehidupan ini dengan sukacita.

''TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.''(Ratapan 3:25)

Tuhan Yesus Memberkati

Menjadi Berkat

Beberapa tahun yang lalu, seorang pemuda terpelajar dari semarang sedang bepergian naik pesawat ke Jakarta. Di sampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa ibu di sebelahnya, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.
''Ibu ada acara apa pergi ke jakarta?'' tanya si pemuda.
''Oh... saya mau ke jakarta terus ''connecting flight'' ke Singapore nengokin anak saya yang kedua'' jawab ibu itu.
''Wow hebat sekali putra ibu?'' pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak. Dengan keberanian yang didasari ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya. ''Kalau saya tidak salah, anak yang di singapore tadi putra ibu yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak dan adik-adiknya?''
''Oh, anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Lampung, yang kelima jadi arsitek di Jakarta, yang keenam jadi kepala cabang sebuah bank di Purwokerto, dan yang ketujuh menjadi dosen di Semarang'' cerita sang ibu dengan penuh kebanggaan. Pemuda tadi merenung sesaat, hebat sekali ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ketujuh.'' Terus bagaimana dengan anak ibu yang pertama?''

Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ''Anak saya yang pertama menjadi petani di sebuah desa kecil di Jogja nak, dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.''
Pemuda itu segera menyahut, '' Maaf ya bu......kelihatannya ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, mengingat adik-adiknya semua berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedangkan dia menjadi petani?''

Dengan tersenyum ibu itu menjawab, '' Ooo... tidak...tidak begitu nak...Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani.''

Hal yang paling penting dalam kehidupan ini bukanlah siapa kita, melainkan apa yang sudah kita lakukan bagi orang-orang yang kita kasihi, bagi orang-orang di sekeliling kita, bagi teman-teman kita, dan terlebih lagi bagi Tuhan.
Mari menjadi berkat bagi sekeliling kita, karena itulah tujuan kehadiran kita dalam dunia ini.

''Dan kalau dahulu kamu telah menjadi kutuk di antara bangsa-bangsa, hai kaum Yehuda dan kaum Israel, maka sekarang Aku akan menyelamatkan kamu, sehingga kamu menjadi berkat. Janganlah takut, kuatkanlah hatimu!'' (Zakharia 8:13)

Tuhan Yesus Memberkati

Menjaga Hati

Dalam suatu acara retreat pemuda, setiap peserta diberi sebuah telur oleh panitia dengan pesan supaya telur itu dijaga agar jangan pecah atau hilang dan selalu dibawa setiap saat selama retreat berlangsung sampai akhir acara. Entah mereka mengikuti session, makan, tidur, bahkan ke kamar mandi, telur itu tidak boleh mereka tinggalkan. Barangsiapa yang kehilangan telur atau sampai memecahkannya, maka ia akan mendapatkan ''hukuman'' dari panitia.

Dua hari kemudian, tepatnya ketika acara retreat selesai, legalah mereka semua, kecuali beberapa orang yang harus menanggung hukuman karana memecahakn telur mereka. Seperti halnya menjaga sebutir telur yang mereka lakukan, demikian juga kita harus menjaga hati.

Persoalan terbesar yang dihadapi oleh manusia di dunia ini adalah persoalan hati. Dari hati muncul motivasi, dari hati muncul rencana, dari hati timbul perasaan, dari hati kemarahan diungkapkan, dari hati keluarlah pikiran-pikiran, perkataan dan tindakan, Hati adalah area yang penting dalam kehidupan, yang mengatur dan mengarahkan setiap hal yang kita kerjakan. Dan dari hati terpancar kehidupan manusia yang serupa dengan Allah. Dari hati juga akan terpancar kehidupan yang memuliakan Tuhan.

Tuhan mau kita mengasihi Dia dengan sungguh-sungguh, dan menaruh firman Tuhan ke dalam hati kita. Jaga hati dan hidup benar di dalam firman maka apa yang kita inginkan pasti terjadi.

MENJAGA HATI ADALAH MENJAGA HIDUP.

''Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.'' (Amsal 4:23)

Tuhan Yesus Memberkati

Tanggalkan Manusia Lama

Setelah berjalan sekian lama, seorang penumpang yang sedang naik taksi menepuk pundak si sopir taksi dari belakang untuk menanyakan sesuatu. Namun reaksinya sungguh tak terduga. Si sopir taksi begitu terkejutnya sampai tak sengaja menginjak gas lebih dalam dan hampir saja menabrak mobil lain.
Setelah beberapa saat, akhirnya ia berhasil menguasai kemudi mobilnya dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
''Tolong jangan sekali-kali melakukan itu lagi, menepuk pundak saya dari belakang'' kata sopir taksi dengan wajah pucat dan sambil menahan marah.
''Maaf, saya tidak bermaksud mengejutkan. Saya tidak pernah mengira kalau menyentuh pundak saja bisa begitu mengejutkan Bapak.'' Kata si penumpang dengan terheran-heran. Sambil menarik nafas sopir taksi itu berkata,'' Persoalannya begini pak, ini hari pertama saya jadi sopir taksi. Bapak juga merupakan penumpang saya yang pertama.''
''Oh begitu ya, trus kok bisa sampai kaget begitu?'' Tanya si penumpang semakin keheranan. ''Karena sebelumnya saya adalah sopir mobil jenazah.''


Karena masih terbawa dengan gaya pekerjaannya yang lama, si sopir taksi kaget setengah mati bila ada penumpang yang menepuk pundaknya dari belakang. Dalam kehidupan ini, kita pun terkadang bersikap seperti sopir taksi tadi. Seringkali gaya hidup kita yang lama ataupun kehidupan kita yang lama masih terbawa pada kehidupan kita yang baru. Padahal Tuhan ingin kita benar-benar menanggalkan manusia lama atau kehidupan kita yang lama dan menjadi manusia atau ciptaan yang baru. Ada begitu banyak orang yang mengaku Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadinya, namun bila gaya hidupnya yang lama, yang penuh dosa, masih terus terbawa, maka hal itu dapat merugikan kehidupannya sendiri, dan kehidupan orang lain juga. Jadi mari tanggalkan gaya hidup kita yang lama dan kenakan gaya hidup kita yang baru, yang sesuai dengan kehendak Kristus, supaya kita tidak dirugikan olehnya, namun justru beroleh keuntungan daalm kehidupan ini.

''Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan.'' (Efesus 4:22)

Tuhan Yesus Memberkati

Minggu, 30 Mei 2010

OK, God….

Seorang wanita yang sibuk mengurus yayasan yatim piatu miliknya dihadapkan pada sebuah masalah besar. Seorang juragan tanah akan menyita tanah dimana bangunan rumah anak-anak yatim piatu berdiri. Si juragan yang terkenal licik itu mengatakan bahwa tanah itu adalah milik leluhurnya dan wanita ini tidak memiliki surat tanah yang sah atas tanah tersebut. Wanita ini tentu saja bingung, karena orang tuanya telah tinggal di atas tanah itu puluhan tahun dan ia mewarisinya ketika kedua orang tuanya meninggal dunia. Ia sangat bingung, apalagi ia sedang mengurus 31 orang anak yatim yang membutuhkan banyak makanan dan pakaian. Ia hanya berdoa kepada Tuhan dan berkata, “Apa yang harus aku lakukan Tuhan.” Saat ia membuka mata, tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah buku yang berjudul, “Just Say OK to GOD.” Ia pun langsung tersenyum dan berkata, “OK Tuha, Aku serahkan semuanya ke dalam tangan-Mu.”

Wanita ini tidak perduli si juragan itu menyewa 5 pengacara dan mulai membawa alat-alat berat untuk menghancurkan rumah anak yatim piatu miliknya. Ia malah sibuk mengurus kebutuhan anak-anak yatimnya dan menjalankan tugasnya sehari-hari mengajar anak-anak yatim itu dan berdoa. Singkat cerita si juragan malah ditangkap polisi karena penipuan di beberapa tempat dan wanita ini justru mendapatkan aliran dana tetap untuk yayasan anak-anak yatim piatu miliknya.

Inilah yang terjadi jika kita bertindak sesuai dengan kebenaran Firman dan tidak asal mengambil tindakan tanpa bertanya kepada Tuhan. Ketika kita menyerahkan perbuatan kita dan masalah kita ke dalam tangan-Nya maka Ia akan mengatur apa yang terbaik untuk menjadi solusi bagi hidup kita.

“Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.” (Amsal 16:3)

Tuhan Yesus Memberkati

Nilai Seikat Kembang

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum. Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata, "Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!"
Penjaga kuburan itu menganggukkan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.
Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata, "Saya Ny.Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali
kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya."
"O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda." jawab pria itu.
"Apa, maaf?" tanya wanita itu dengan gusar.
"Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang.
Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya," jawab pria itu. Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.
Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.
"Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny.Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal.
Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia.
Sampai saat ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!"
Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.
''Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.'' (Amsal 17:22)
Tuhan Yesus Memberkati

Seribu VS Seratus Ribu

Suatu hari, duit seribu ketemu dengan duit seratus ribu, dan terjadilah percakapan di bawah ini:

Duit Seribu: ''Hai kawan, kemana aja sampeyan, kok lama nggak
ketemu?''
Duit Seratus Ribu: ''Iya nih, gue akhir-akhir ini sibuk banget, jalan-jalan
ke mall, ke luar negeri, ke bank di Swiss, enak lho,
disana ruang penyimpanan uangnya adem, dan bisa
ketemu teman-teman dari luar negeri.''
Duit Seribu: ''Wah enak banget kamu ya...''
Duit Seratus Ribu: ''Ah, biasa aja lagi, eh bagaimana dengan pengalaman
kamu?''
Duit Seribu: ''Yah...beginilah kalau jadi orang kecil, kamu tahu
sendirilah,...parkir, tempat ibadah, parkir, tempat
ibadah......''
Duit Seratus Ribu: ''Hahh???''


Mungkin kita tersenyum mendengar percakapan antara uang seribu dan seratus ribu tadi, namun bukankah itu juga mencerminkan perilaku anak-anak Tuhan dalam memberikan persembahan kepada Tuhan?

Seringkali, kita tidak banyak berpikir dan begitu mudah mengeluarkan uang untuk berbagai macam keperluan, keinginan ataupun aktivitas kita, namun bila memberikan persembahan kepada Tuhan, terkadang kita berpikir seribu kali dan sangat susah rasanya mengeluarkan uang dari dalam dompet kita. Bukan pecahan uang yang terbesar yang kita persembahkan, tapi kita cari pecahan uang yang terkecil. Padahal kalau kita mau menyadari, semua uang yang ada dalam dompet kita, dalam tabungan atau dalam deposito kita, semuanya adalah pemberian dari Tuhan, karena Tuhan sayang pada kita. Jadi jangan memberikan yang tersisa kepada Tuhan, namun berikanlah yang terbaik kepada-Nya, karena Dia selalu memberikan yang terbaik bagi kita.

''Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya.'' ( Mazmur 81:17)

Tuhan Yesus Memberkati

Sudut Pandang

Sepasang orang muda yang baru menikah menempati sebuah rumah di kompleks perumahan. Suatu pagi, sewaktu sarapan,sang istri melalui kaca jendela mereka, melihat tetangganya sedang menjemur kain. "Cuciannya kelihatan kurang bersih ya", kata sang istri. "Sepertinya dia tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar. Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus." Suaminya menoleh, tetapi hanya diam dan tidak memberi komentar apapun.

Sejak hari itu setiap wanita tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang istri memberikan komentar yang sama tentang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaian-pakaiannya. Seminggu berlalu, sang istri heran melihat pakaian-pakaian yg dijemur tetangganya sekarang terlihat cemerlang dan bersih, dia berseru kepada suaminya, "Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci dengan benar. Siapa ya kira-kira yang sudah mengajarinya?" Sang suami berkata, "Saya bangun pagi2 sekali hari ini dan membersihkan kaca jendela kita yang kotor, sekarang sudah jernih."

''Dan begitulah kehidupan. Apa yg kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada KEJERNIHAN pikiran (kaca jendela/sudut pandang) mana kita memandangnya, apakah terhalang kotoran atau jernih...''

''Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!'' ( Roma 14:13)

Tuhan Yesus Memberkati

Sabtu, 29 Mei 2010

Dalih...Alasan...

Ibu : ''Bapak! Sudah diberitahu berkali-kali masih juga merokok. Rokok
itu kan hanya menghambur-hamburkan uang saja!''
Ayah : '' Iya,...saya tahu...''
Ibu : '' Apa Bapak setuju dengan adanya banyak pabrik rokok
di negara kita ini!''
Ayah : '' Sebenarnya saya tidak setuju dengan adanya pabrik rokok
di negara kita ini!''
Ibu : ''Trus kenapa masih merokok?''
Ayah : ''Sebenarnya ingin sekali saya membakar pabrik rokok itu.
Tetapi, apa daya, itu melanggar hukum, karena itu saya bakar
rokoknya satu-satu!''
Ibu : @#$%!*&^+......

Seringkali kita cenderung mencari dalih, mencari pembenaran atas kesalahan ataupun dosa yang telah kita perbuat, sehingga kita tidak akan pernah bertobat dan berubah.
Yang dibutuhkan untuk pertobatan bukanlah berbagai macam dalih atau alasan untuk membenarkan kesalahan yang telah kita lakukan, namun pertobatan sejati membutuhkan kesadaran penuh bahwa dosa yang kita lakukan telah membuat kita bersalah di hadapan Tuhan, sehingga dengan kesadaran penuh pula, kita dapat meminta darah Yesus yang kudus menghapus seluruh dosa kita.

Selama kita merasa diri kita benar, maka kita tidak membutuhkan pengampunan Tuhan, namun bila kita merasa diri kita penuh denagn dosa, di saat itulah kita benar-benar membutuhkan pengampunan Tuhan. Jadi, daripada mencari berbagai macam dalih dan alasan untuk membenarkan dosa yang kita perbuat, adalah jauh lebih baik bila kita mengakuinya dan memohon pengampunan Tuhan. Karena siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meniggalkannya akan disayangi.

''Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.'' (Amsal 28:13)

Tuhan Yesus Memberkati

Berikan Yang Terbaik

Lama berselang, sekumpulan pemusik keliling berkelana dari kota ke kota, mementaskan musik untuk mencari nafkah. Mereka belum mengalami kesuksesan secara financial. Kala itu, zaman sedang sulit dan orang-orang awam tidak punya uang lebih untuk mencari hiburan, pengunjung sepi.

Suatu malam, kelompok pemusik itu berkumpul untuk membicarakan masalah mereka. Yang seorang berkata,'' Aku tidak melihat alasan mengapa kita harus pentas malam ini. Salju mulai turun. Siapa yang mau keluar rumah pada malam seperti ini?''

Yang lain berkata, ''Aku setuju. Kemaren malam kita pentas hanya bagi segelintir orang. Lebih sedikit lagi yang bakal datang malam ini. Mengapa kita tidak mengembalikan saja uang mereka dan membatalkan pertunjukan?'' Yang ketiga menambahkan,'' Ya, sulit untuk tampil sebaik mungkin dengan penonton yang begitu sedikit.''

Lalu, seorang pria yang lebih tua bangkit dan berbicara kepada kelompok itu sebagai satu kesatuan, katanya, '' Saya tahu kalian patah semangat. Saya juga. Namun bukan kesalahan sedikit orang itu bahwa yang lain tidak datang. Mereka tidak seharusnya dihukum dengan tidak memberikan yang terbaik dari kita. Kita akan terus dan berusaha memberikan yang terbaik.''

Mendapat semangat dengan kata-kata orang tua itu, pemusik keliling itu meneruskan pertunjukan mereka. Malam itu, sekalipun yang hadir sedikit, mereka memberikan yang terbaik dari segenap kemampuan mereka untuk menghibur penonton, mereka tidak pernah pentas lebih baik dari saat itu. Setelah konser selesai, si pria tua memanggil kelompok itu dan berkata, ''Dengar kalian semua, ''katanya saat ia mulai membacakan surat pendek yang ia pegang di tangannya:'' Terima kasih untuk pementasan yang sangat indah malam ini.'' Surat itu ditandatangani dengan'' Rajamu.''

Memang akan ada begitu banyak alasan untuk berputus asa, untuk patah semangat, bahkan menyerah dalam melakukan kewajiban kita, bila tidak ada orang yang melihat dan menghargainya. Namun pemenang yang sejati adalah seseorang yang selalu memberikan yang terbaik, tanpa peduli akan tanggapan ataupun penghargaan dari orang lain. Jadi teruslah memberikan yang terbaik karena Bapa kita di surga mengetahui segala jerih payah kita, dan Dia akan mengangkat kita tepat pada waktunya.

'' Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.'' (Kolose 3:24)

Tuhan Yesus Memberkati

Jumat, 28 Mei 2010

Musang & Bangau

Suatu hari, sang Musang sedang senang karena ia sedang berulang tahun. Ia hendak mengundang si Bangau untuk makan malam dirumahnya. Tapi, ia berpikiran licik. Ketika si Bangau datang menghadiri acara makan malamnya, ia berkata kepada si Bangau, “Makanlah sepuasnya”. Ia mengeluarkan sup buatannya, namun si bangau heran karena sup itu ia taruh dalam piring yang datar. Si Musang dengan cepat menjilat piringnya dan menghabiskan sup miliknya. Sedangkan si Bangau kesusahan memakan supnya karena paruhya yang sangat panjang. Si Musang bertanya “kamu tidak selera makan ya? Baiklah, aku akan membantu kamu menghabiskannya dari pada terbuang sia si.'' Tanpa menunggu respon si Bangau, sang Musang melahap habis supnya. Sesungguhnya ia hendak memakan semua sup yang ada dan tidak membagikan kepada Bangau . si Bangau cukup jengkel , apa lagi ia sangat lapar sekali.

Keesokan harinya, si bangau mengajak si Musang untuk mencoba jus buatannya. Karena hari begitu panas, maka sang Musang merasa senang dapat menikmati jus segar buatan Bangau.Sesampainya dirumah si Bangau. Sang Musang dipersilahkan duduk dan meminum jus yang ada didalam botol panjang. Dengan sigap si Bangau menaruh paruhnya dalam botol panjang itu dan menyedot habis semua jus yang ada dalam botol itu. Sedangkan si Musang kewalahan memegang botol karena cakarnya yang tajam. Dan setiap kali berhasil mengangkat botol, ia sama sekali tidak bisa meminumnya. Si Bangau bertanya “ kamu sedang tidak haus ya? Baiklah, aku akan membantumu menghabiskan jus ini supaya tidak sia sia”. Saat si Bangau menghabiskan jusnya, si Musang murung dan marah,”kamu sengaja ya?” Bangau tertawa dan berkata,” Teman, kamu tidak suka aku perlakukan seperti itu kan?”. Musang menjawab,”tentu saja” dengan senyuman si Bangau berkata “ jika kamu tidak suka seperti ini maka perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu ingin agar orang lain melakukan kepadamu.”

Teman teman,kita paling jengkel kalau orang lain merendahkan kita,mengkhianati kita, mencaci maki, menipu atau menyakiti kita. Tapi mengapa terkadang masih ada aja di antara kita yang suka merendahkan pembantu atau teman, mengkhianati sahabat, mencaci maki orang lain, menipu orang tua atau teman, melecehkan atau menyakiti hati banyak orang. Berbuat jahat ke orang lain koq dihitung sah sedangkan kalo kita yang menerima perlakuan seperti itu kita marah dan protes. Firman Tuhan mengajarkan kita untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri alias “perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan”. Kalo memang tidak suka orang berbuat jahat pada kita maka janganlah kita berbuat jahat kepada orang lain.

''Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.'' (Matius 7:12)

Tuhan Yesus Memberkati

Kamis, 27 Mei 2010

Bambu & Pakis

Suatu hari aku memutuskan untuk berhenti... Berhenti dari pekerjaanku, berhenti dari hubunganku dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasku. Aku pergi ke hutan untuk bicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya.

"Tuhan", kataku. "berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?"
Dia memberi jawaban yang mengejutkanku.
"Lihat ke sekelilingmu", kataNya. "Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada dihutan ini?"
"Ya", jawabku.
Lalu Tuhan berkata, "Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya. Aku beri mereka air. Pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah. Namun, tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tapi, Aku tidak berhenti merawatnya.

Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya. "
"Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu, tapi Aku tetap tidak menyerah. Begitu juga dengan tahun ke empat. "
"Lalu pada tahun ke lima, sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Bandingkan dengan pakis, itu kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti.

Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani. "

"Tahukah engkau anakKu, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu! Aku tidak menyerah terhadap bambu itu. Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu. "
Tuhan berkata "Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis. Tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah.”

"Saat mu akan tiba,'' Tuhan mengatakan itu kepadaku. "Engkau akan tumbuh sangat tinggi"
"Seberapa tinggi aku harus bertumbuh?" tanyaku.
"Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?" Tuhan balik bertanya.
"Setinggi yang mereka mampu?" Aku bertanya
"Ya." jawabNya, "Muliakan Aku dengan pertumbuhanmu, setinggi yang dapat engkau capai."

Lalu aku pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan pernah menyerah terhadapku. Dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap Anda.
Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari.
Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan; hari-hari yang kurang baik memberikan pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.

'' Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.'' ( Yesaya 41:10)

Tuhan Yesus  Memberkati

Senin, 24 Mei 2010

Arti Sebuah Panggilan Dalam Hidup

Suatu hari, seorang hamba Tuhan yang masih muda menelepon salah seorang jemaatnya, yaitu seorang pembuat sepatu sederhana yang saleh. Hamba Tuhan ini senang berbicara dengan pembuat sepatu itu, sambil memperhatikan betapa si pembuat sepatu bekerja dengan sepenuh hati. Diliputi oleh perasaan kagum melihat kesungguhannya dalam bekerja, hamba Tuhan ini berkata, ''Andaikan semua orang di dunia bekerja seperti Bapak bekerja, tentu kehidupan ini akan menjadi lebih baik, Pak tolong ceritakan bagaimana Bapak dapat tetap bekerja dengan sepenuh hati, walaupun Bapak melakukan pekerjaan yang bagi orang lain kelihatannya begitu rendah.''

Pembuat sepatu itu menjawab,'' Saudaraku, saya tidak menganggap pekerjaan saya itu rendah.''
Hamba Tuhan itu tiba-tiba sadar akan apa yang telah ia ucapkan dan bagaimana ia telah menyinggung tukang sepatu itu, sehingga segera saja ia berkata,'' Maafkan saya saudaraku, saya sama sekali tidak bermaksud menghina mata pencaharian Bapak.''

Sambil tersenyum, pembuat sepatu itu menjawab,'' Tidak pak, anda sama sekali tidak menyinggung saya. saya percaya bahwa pekerjaan saya sama besarnya dan sama kudusnya dengan saat ketika Bapak sedang menyampaikan khotbah. Saya percaya bahwa saat saya berdiri di hadapan Tuhan suatu hari nanti, Ia akan bertanya kepada saya,'' Anak-Ku, jenis sepatu apa yang kamu buat?''
Dan saya dapat berkata kepada-Nya bahwa saya membuat sepatu terbaik yang dapat saya buat, sepatu-sepatu yang saya doakan dan saya buat bagi kemuliaan nama-Nya. Akan saya katakan kepada-Nya bahwa saya juga berdoa bagi orang-orang yang akan mengenakan sepatu saya, agar setiap langkah yang mereka lakukan, menuntun mereka ke tempat-tempat yang diinginkan oleh Tuhan.''

Wow, sungguh luar biasa, pembuat sepatu tersebut, rupanya benar-benar mengerti arti sebuah panggilan dalam hidupnya. Seringkali kita justru tidak memiliki sikap seperti pembuat sepatu tadi, kita memandang pekerjaan kita apa adanya, dan hanya sebagai sarana untuk mencari uang, karena itu tidaklah mengherankan kalau prestasi kita biasa-biasa saja, dan semangat kita pun ala kadarnya. Jadi mari mulai saat ini kita melihat sebuah arti dalam setiap pekerjaan kita/panggilan dalam hidup kita, karena, bagaimana dan mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan, jauh lebih penting dan jauh lebih berharga dibandingkan apa yang sebenarnya sedang kia lakukan.

'' Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!'' (1 Korintus 16:14)

Tuhan Yesus Memberkati

Sikap Atau Keadaan?

Edmond, yang tinggal di Amerika, suatu kali pernah bersumpah, bahwa ia dan keluarganya tak akan pernah tidak memiliki rumah. Namun, tak berapa lama kemudian, ia kehilangan pekerjaannya, lalu api memusnahkan rumah mereka. Tiba-tiba saja, mereka menjadi tunawisma. Satu-satunya pilihan mereka adalah rumah penampungan yang disediakan oleh pemerintah Amerika. Untuk sementara waktu, karena tak ada pilihan lain, mereka akhirnya bergabung dengan para tunawisma di sebuah rumah penampungan. Pada akhir hari pertama di sana, Edmond berdoa denagn nada kesal ''Tuhan, keluarkan aku dari sini,'' sikapnya amat sangat negatif. Menurut pendapatnya, aturan-aturan yang diterapkan rumah penampungan itu sangat mempermalukan dirinya. Para penghuni harus dikawal saat menyeberangi jalan ke aula untuk makan bersama. Mereka diharuskan datang ke gereja yang membantu menyokong rumah penampungan itu. Bila penghuni memperoleh pekerjaan, mereka diharap memaksudkan 70% gaji mereka ke dalam sebuah dana tabungan sampai pada hari mereka dapat keluar dari rumah penampungan itu.

Suatu hari setelah menumpahkan uneg-unegnya kepada direktur rumah penampungan itu, Edmond tidak dapat tidur malam harinya. Ia mulai menyadari bahwa ia hanya memusatkan semua perhatiannya pada bagaimana caranya keluar dari rumah penampungan itu, bukan pada apa yang dapat dilakukannya untuk membuat hal-hal menjadi lebih mudah bagi keluarganya. Malam itu, setelah menyadari semuanya ia mengambil keputusan untuk mengubah sikapnya. Ia mulai dehgan hal-hal kecil seperti mengambilkan segelas air untuk seorang pria yang terbatuk-batuk di kamar sebelahnya. Sejak saat itu ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, namun mulai memikirkan keadaan orang-orang yang membutuhkan pertolongan di sekitarnya. Sembilan bulan kemudian, Edmond dan keluarganya akhirnya memiliki rumah lagi. Namun kini Edmond menjadi lebih dewasa dalam hidup, ia tidak pernah melupakan apa yang telah dipelajarinya dari kejadian itu. Sesekali ia masih datang mengunjungi rumah penampungan itu untuk memberi penghiburan dan pengharapan, bagi orang-orang yang tinggal disana, ia berkata,'' Di manapun anda berada, Tuhan juga ada di sana.''

Dalam kehidupan ini, sikaplah yang membuat perbedaan nyata, bukan keadaan. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh keadaan yang kita alami, namun lebih ditentukan oleh sikap kita dalam menghadapi setiap keadaan.

''Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.'' (Amsal 23:7a)

Tuhan Yesus Memberkati

Minggu, 23 Mei 2010

Kasih Karunia

Seorang karyawan muda diam-diam menyelewengkan beberapa juta uang perusahaan tempatnya bekerja . Saat perbuatan itu terungkap , si pria muda disuruh melapor ke kantor wakil presiden senior. Saat ia naik tangga menuju kantor pejabat administrative itu, hatinya terasa berat. Ia yakin , ia akan kehilangan pekerjaannya itu. Ia juga takut kalau perusahaan akan mengambil tindakan hukum terhadap dia. Tampaknya dalam hitungan detik seluruh dunianya akan runtuh.

Ketika ia sampai di kantor eksekutif senior itu, si pria muda ditanyai tentang seluruh masalah tersebut. Ia mengakui apa yang telah ia lakukan. Si eksekutif lalu mengagetkan dia dengan mengajukan pertanyaan ini padanya,'' Kalau saya tetap mempertahankan Anda di posisi Anda yang sekarang, dapatkah saya mempercayai Anda di masa depan?'' Kini wajah si pria muda berubah menjadi cerah dan berkata, '' Ya pak! Tentu saja! Saya sudah belajar dari kesalahan saya, dan saya pasti tidak akan mengulanginya lagi.''

Si eksekutif lalu berkata,'' Saya tidak akan mengajukan tuntutan dan Anda dapat meneruskan mengemban tanggungjawab Anda yang sekarang.''

Si pria muda mengekspresikan rasa terima kasihnya dengan berbagai ucapan terima kasih dan penghormatan, namun tiba-tiba si eksekutif menghentikan ucapan-ucapan si pria muda sambil berkata, '' Saya rasa Anda perlu tahu bahwa Anda adalah orang ke dua di perusahaan ini yang menyerah pada godaan dan diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Saya adalah orang pertama. Apa yang sudah Anda lakukan, dulu juga pernah saya lakukan. Kemurahan yang sekarang Anda terima, dulu juga pernah saya terima. Hanya kasih karunia Tuhanlah yang memelihara kita berdua. Karena saya telah menerima kasih karunia itu, maka sudah sewajarnya dan sudah seharusnya saya juga membagikan kasih karunia yang telah saya terima kepada Anda.


Setiap kita tentu pernah berbuat kesalahan, karena di hadapan Tuhan tidak ada seorangpun yang benar. Kita hanya di benarkan di dalam kristus, karena kita memperoleh kasih karunia dari Allah. Nah, yang menjadi pertanyaan penting adalah, bila kita menjumpai seseorang yang bersalah kepada kita, maukah kita juga memaafkan dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki kesalahannya? Karena bila kita telah menerima kasih karunia itu, maka sudah sewajarnya bila kita pun juga membagikannya kepada orang lain.

''Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.'' (Efesus 2:8-90)

Tuhan Yesus Memberkati