Senin, 28 Juni 2010

Kasih Karunia

Seorang karyawan muda diam-diam menyelewengkan beberapa juta uang perusahaan tempatnya bekerja . Saat perbuatan itu terungkap , si pria muda disuruh melapor ke kantor wakil presiden senior. Saat ia naik tangga menuju kantor pejabat administratif itu, hatinya terasa berat. Ia yakin , ia akan kehilangan pekerjaannya itu. Ia juga takut kalau perusahaan akan mengambil tindakan hukum terhadap dia. Tampaknya dalam hitungan detik seluruh dunianya akan runtuh.

Ketika ia sampai di kantor eksekutif senior itu, si pria muda ditanyai tentang seluruh masalah tersebut. Ia mengakui apa yang telah ia lakukan. Si eksekutif lalu mengagetkan dia dengan mengajukan pertanyaan ini padanya,'' Kalau saya tetap mempertahankan Anda di posisi Anda yang sekarang, dapatkah saya mempercayai Anda di masa depan?'' Kini wajah si pria muda berubah menjadi cerah dan berkata, '' Ya pak! Tentu saja! Saya sudah belajar dari kesalahan saya, dan saya pasti tidak akan mengulanginya lagi.''

Si eksekutif lalu berkata,'' Saya tidak akan mengajukan tuntutan dan Anda dapat meneruskan mengemban tanggungjawab Anda yang sekarang.''

Si pria muda mengekspresikan rasa terima kasihnya dengan berbagai ucapan terima kasih dan penghormatan, namun tiba-tiba si eksekutif menghentikan ucapan-ucapan si pria muda sambil berkata, '' Saya rasa Anda perlu tahu bahwa Anda adalah orang ke dua di perusahaan ini yang menyerah pada godaan dan diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Saya adalah orang pertama. Apa yang sudah Anda lakukan, dulu juga pernah saya lakukan. Kemurahan yang sekarang Anda terima, dulu juga pernah saya terima. Hanya kasih karunia Tuhanlah yang memelihara kita berdua. Karena saya telah menerima kasih karunia itu, maka sudah sewajarnya dan sudah seharusnya saya juga membagikan kasih karunia yang telah saya terima kepada Anda.


Setiap kita tentu pernah berbuat kesalahan, karena di hadapan Tuhan tidak ada seorangpun yang benar. Kita hanya di benarkan di dalam kristus, karena kita memperoleh kasih karunia dari Allah. Nah, yang menjadi pertanyaan penting adalah, bila kita menjumpai seseorang yang bersalah kepada kita, maukah kita juga memaafkan dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki kesalahannya? Karena bila kita telah menerima kasih karunia itu, maka sudah sewajarnya bila kita pun juga membagikannya kepada orang lain.

''Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.'' (Efesus 2:8-90)

Tuhan Yesus Memberkati

Kamis, 24 Juni 2010

Pikiran Profesor

Di dalam sebuah fakultas psikologi mahasiswa-mahasiswa sedang berdiskusi tentang Tuhan. Profesor pengajar mata kuliah itu memberikan logika ilustrasi:

- "Apakah ada yang mendengar suara Tuhan?". Tidak ada jawaban.
- "Apakah ada yang menyentuh dan merasakan Tuhan?".Juga tidak ada jawaban.
- "Apakah ada yang melihat Tuhan?". Tetap tidak ada jawaban untuk ketiga kalinya.

Dengan sederhana dan tersenyum, profesor itu lalu menarik sebuah kesimpulan sederhana, "Itu artinya Tuhan tidak ada!"

Seorang mahasiswa meminta waktu kepada profesor untuk menyampaikan sanggahan terhadap ilustrasinya tentang Tuhan. Mahasiswa itu mengulangi cara yang sama seperti profesor itu.

- "Apakah ada di antara teman-teman yang mendengarkan pikiran profesor?". Semua diam.
- "Apakah ada di antara teman-teman yang merasakan pikiran profesor?". Semua diam.
- "Apakah ada di antara teman-teman ada yang melihat pikiran profesor?". Semua tetap diam.
- "Berarti secara logika, dan secara nyata bahwa profesor kita tidak punya pikiran!"

Ada begitu banyak logika di dunia ini yang ingin menguji keberadaan Tuhan. Namun keberadaan Tuhan tidak dapat hanya dibuktikan secara logika, karena pikiran dan logika manusia adalah terbatas, sehingga tidak mungkin bila memikirkan Tuhan yang tidak terbatas. Iman kepada Tuhan adalah iman karena percaya bukan karena melihat. Namun kita selalu dapat merasakan bahwa dalam kehidupan ini, terlebih dalam kehidupan pribadi kita masing-masimg ada suatu kuasa yang mengatur semuanya, sehingga berjalan dengan sebagaimana mestinya. Dan kuasa siapa lagi kalau bukan kuasa Tuhan? Marilah kita beriman kepada Tuhan bukan kerena melihat namun karena percaya.

''Sebab hidup kami adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.'' (2 Korintus 5:7)

Tuhan Yesus Memberkati

Senin, 21 Juni 2010

Peramal

Di sebuah kota, tinggallah seorang peramal yang sangat pandai meramal. Semua orang yang datang untuk meramal selalu mendapatkan jawaban yang betul-betul tepat. Sepertinya peramal itu memang tahu segala sesuatu. Suatu hari datanglah seorang pemuda yang ingin mengalahkan kemampuan si peramal tersebut. Pemuda ini datang dengan menggenggam seekor burung kecil. Ia sengaja mengeluarkan beberapa helai bulu ekornya dari sela-sela jari tangannya. Kepada si peramal, pemuda ini berkata, ''Bapak peramal, aku tahu anda sangat hebat dan semua orang di sini mengakuinya. Karena itu, aku meminta anda untuk meramal apa yang ada di tangan saya.''

Sambil tersenyum, peramal itu berkata, ''Hai anakku, itu adalah pekerjaan yang sangat mudah. Tidak perlu saya, semua orang yang hadir di sini tahu pasti, bahwa yang ada di tanganmu adalah seekor burung. Bulu-bulunya tampak dengan sangat jelas.''
''Benar sekali pak, '' Kata pemuda ini sambil melihat orang-orang di sekelilingnya, ''Tapi...bisakah bapak meramal atau menebak apakah burung kecil tersebut masih hidup atau sudah mati?''

Semua orang yang hadir di situ mulai tegang dan ikut menerka-nerka. Sang peramal juga cukup lama berpikir. Peramal ini tahu jika dia mengatakan burung ini sudah mati, maka pemuda itu akan melepaskan burung tersebut untuk terbang dan dia kalah. Sebaliknya, jika ia mengatakan hidup, pemuda ini akan meremas burung tersebut hingga mati. Memang sesuatu yang sulit untuk di jawab. Akhirnya dengan tertunduk malu peramal itu berkata, ''Hai kalian semua, dengan ini saya mengaku tidak dapat menebak apakah burung yang ada di tangan pemuda ini masih hidup atau sudah mati, saya mengaku kalah.'' Tiba-tiba si pemuda juga berkata, ''Hai kalian semua, kehidupan ini ada di tangan kita masing-masing, apa yang akan terjadi pada diri kita tidak tergantung pada apa yang bisa diramalkan oleh para peramal ataupun orang lain, tapi apa yang terjadi pada diri kita tergantung pada sikap kita dalam menjalani kehidupan ini.''

Hidup kita tidak tergantung oleh ramalan orang lain, namun hidup kita tergantung pada bagaimana kita mengelola talenta yang telah Tuhan berikan pada setiap kita.

''Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut.'' (Amsal 1:10)

Tuhan Yesus Memberkati

Sabtu, 19 Juni 2010

Apakah Anda Tertimpa Batu?

Suatu hari, seorang pria berperangai buruk, yang selalu puas jika telah merusak sesuatu, berjalan melintasi padang gurun dimana terdapat oasis atau sumber air. Di sekitar Oasis itu, ia melihat tunas kelapa yang muncul di permukaan tanah, ''Aku tidak akan membiarkan kelapa ini terus bertumbuh, aku akan membunuhnya.'' Kata pria itu dalam hati. Ia pun lalu mengangkat sebuah batu besar lalu meletakkannya tepat di atas kelapa yang sedang bertunas tadi. Sambil tersenyum, pria itu lalu pergi.

Meskipun sang tunas kelapa telah berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan batu itu, namun batu tersebut tetap tidak bergerak sedikitpun. Akhirnya ia mulai menancapkan akar-akarnya ke bawah hingga akhirnya mampu mencapai sumber air yang cukup untuk pertumbuhannya. Semakin hari, akar-akarnya semakin kuat dan akhirnya ia pun berhasil tumbuh dengan cara meliukkan tunasnya untuk menghindari batu tersebut.

Beberapa tahun kemudian, pria yang meletakkan batu di atas tunas kelapa tersebut kembali untuk memastikan bahwa si kelapa benar-benar mati. Ketika ia sedang mencari-cari, sebuah pohon kelapa yang sangat tinggi menyapanya sambil berkata, ''Hai, aku ingin berterimakasih kepadamu atas batu besar yang dulu telah kau letakkan di atasku. Batu itulah yang telah memberi semangat, sehingga aku terus bertumbuh dengan berbagai cara. Sekarang aku menjadi pohon kelapa tertinggi di tempat ini.'' Pria itu tertegun mendengar kata-kata sang pohon kelapa. Ia juga melihat bahwa batu besar yang dulu dia letakkan, masih berada di samping pohon kelapa itu.

Bukankah dalam hidup ini, kita juga seringkali menghadapi berbagai persoalan dan tantangan. Seolah-olah ada batu yang begitu besar dan berat telah diletakkan di pundak kita, sehingga tidak jarang kita mulai berputus asa. Kita berteriak kepada Tuhan, supaya batu-batu itu diangkat dari kehidupan kita. Padahal kalau Tuhan mengijinkan hal itu terjadi, berarti Tuhan pasti telah menyediakan jalan keluar bagi kita. Yang kita perlukan hanyalah bertanya kepada Tuhan, jalan mana yang harus kita tempuh untuk menyiasati persoalan itu. Jadi, kita memang tidak dapat lari dari masalah, namun dengan kekuatan Tuhan, kita dapat menyiasati masalah itu untuk pertumbuhan rohani dan keberhasilan kita.

''Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.'' (Filipi 4:13)

Tuhan Yesus Memberkati

Rabu, 16 Juni 2010

Lebih Dari Kaya

Seorang wanita tua suatu hari menemukan sebuah batu permata ketika ia sedang berjalan. Ia lalu memungut dan menyimpan batu permata tersebut di dalam tasnya dan berjalan pulang. Di tengah perjalanan, ia bertemu seoang pria pengembara yang tampak kelelahan sedang duduk di atas sebuah batu. Wanita tua ini berhenti, lalu menawarkan sebotol air yang dibawanya. Disaat wanita tua itu sedang menolong, pria pengembara ini melihat ke dalam tas wanita tua itu ada batu permata sangat indah. Pria ini bertanya, apakah ia boleh meminta batu itu. Di luar dugaan, si wanita tua memberikan begitu saja batu tersebut. Pria pengembara itupun bangkit dan melanjutkan perjalanan kembali. Ia begitu gembira membayangkan akan bisa mendapat banyak uang dari permata itu.

Namun, beberapa hari kemudian pria ini kembali ke tempat wanita tua tersebut. Ia berkata, ''Aku memutuskan untuk mengembalikan permata ini. Aku lebih menginginkan sesuatu yang Anda punya sehingga begitu mudah memberi batu permata ini padaku.''
Wanita tua itu hanya tersenyum. Nyatanya ia hanyalah seorang wanita tua yang hidup sendiri di sebuah rumah sederhana. Tapi ternyata ia jauh labih kaya dari seorang yang memiliki batu permata. Karena satu hal, wanita tua itu mempunyai hati yang memberi.

Kita sudah sering mendengar kisah janda yang memberi persembahan dua peser di bait Allah ini. Meski tidak ditulis apakah janda itu mendengar ucapan Yesus atau tidak, tapi itu jelas satu pujian luar biasa. Siapa tidak bahagia jika Tuhan sendiri yang memuji persembahan kita? Namun, janda itu memberi persembahan bukan untuk dipuji siapapun. Ia memberi persembahan hanya karena memang ia ingin memberi dari apa yang ia miliki.

"Yesus berkata, "Sesungguhnya, janda miskin ini telah memberi lebih banyak daripada mereka semua. Karena mereka memberikan sedikit dari kelebihan mereka, tetapi janda yang miskin ini telah memberikan semua uang yang dimilikinya." (Lukas 21:4 FAYH)

Orang yang meskipun miskin namun punya hati yang memberi adalah jauh lebih kaya dari orang kaya yang tidak mau berbagi. Tidak perlu menunggu seseorang jadi kaya dulu untuk dapat dilihat sikapnya terhadap harta. Begitu juga cara Bapa melihat diri kita. Apapun kondisi kita saat ini, masih pas-pasan atau berkecukupan, sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak memberi.

Memberi adalah karakter, bukan semata-mata kemampuan.

''Kalau kalian rela memberi, maka Allah akan menerima pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu..'' (2 Korintus 8:12 FAYH)

Selasa, 15 Juni 2010

Jangan Merugikan

Pada suatu hari, ada seorang penjual obat di trotoar yang memasang iklan bahwa obat yang dijualnya bisa menyembuhkan 1000 macam jenis penyakit. Setelah melihat iklan yang dipasang itu, seorang ibu datang dan bertanya kepada penjual obat tersebut. ''Apakah benar obat ini bisa menyembuhkan 1000 macam penyakit?''
Untuk meyakinkan ibu tersebut, penjual obat itu lalu berkata, ''Oh tentu saja. Obat ini sudah terkenal manjur dan pasti dapat meyembuhkan penyakit ibu secara instan.'' Maka si ibu lalu membeli obat tersebut.

Setelah beberapa hari, si ibu tersebut kembali pada penjual obat tersebut sambil berkata, ''Bang, katanya obat ini bisa menyembuhkan 1000 macam penyakit, saya sudah meminum obatnya sampai habis, kok penyakit saya belum juga sembuh?''
Penjual obat itu dengan santainya berkata, ''Oh...mungkin penyakit ibu itu penyakit yang ke-1001.''
Si ibu yang merasa tertipu, akhirnya hanya dapat meninggalkan tempat itu dengan hati yang mendongkol.

Teman-teman, apakah dalam melakukan sesuatu atau dalam bekerja, kita mencari keuntungan bagi diri kita dengan cara merugikan orang lain? Ada begitu banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk menumpuk kekayaan bagi dirinya sendiri, tanpa memperdulikan sekelilingnya, tanpa memperdulikan bahwa ada orang lain yang dirugikan.

Mari bekerja dengan benar, bukan dengan semata-mata mencari keuntungan bagi diri sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain. Tapi bekerjalah justru dengan tujuan untuk membantu dan menolong orang lain. Karena kalau kita tidak mau dirugikan oleh orang lain maka janganlah kita pun merugikan orang lain.

''Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum taurat, dan kitab para nabi.'' (Matius 7:12)

Tuhan Yesus Memberkati

Kesempatan Di Dalam Kesempitan

Setelah toko dagingnya di Brooklyn dirampok di bawah todongan senjata sebanyak empat kali dalam satu bulan, William Levine sang pemilik toko, mulai berpikir bahwa hidupnya dalam bahaya!

Ia lalu mencari-cari cara untuk membuat dirinya lebih aman dan terlindungi dan akhirnya ia membeli sebuah jaket anti peluru pada tahun 1980, tidak lama setelah benda itu ditemukan dan tersedia bagi umum.

Para pemilik tanah di area itu mendengar tentang pembelian itu dan satu demi satu, mendatanginya untuk bertanya dimana mereka bisa membeli jaket semacam itu. Levine mulai menerima pesanan dari mereka sebagai pekerjaan sampingan.

Tidak lama kemudian, Levine sadar bahwa ada sesuatu yang lebih di dalam bisnis jaket pengaman ini dibandingkan toko dagingnya. Ia akhirnya menjadi presiden full time dari Body Armor International. Dan pada akhir tahun 1980, perusahaannya memiliki empat puluh agen penjualan di seluruh negeri dan menjual lima ratus hingga enam ratus rompi anti peluru dalam sebulan.

Selalu ada peluang dibalik setiap masalah ataupun tantangan yang kita hadapi. Yang diperlukan adalah kejelian dan sikap positif kita dalam memandang sebuah masalah ataupun persoalan sehingga kita tidak hanya melihat masalah yang sedang kita alami namun biarlah kita juga dapat melihat berbagai kesempatan yang seringkali tersembunyi dibalik masalah ataupun persoalan itu.

Bila suatu saat kita diperhadapkan pada sebuah masalah ataupun persoalan, jangan langsung bersikap negatif, jangan langsung bersungut-sungut, dan jangan langsung menyerah, namun biarlah kita tetap dapat bersikap positif dan mencari hikmat Tuhan, supaya kita dapat melihat berkat yang sedang tersamar dibalik masalah kita.

''Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.'' (Ibrani 12:11)

Tuhan Yesus Memberkati

Bertindaklah!

Suatu ketika, pendoa yang baik dan taat, mengalami kesulitan keuangan. Setiap malam ia berdoa agar Tuhan Yesus menolongnya, yaitu dengan cara seperti memenangkan sebuah lotere, sebagai imbalan atas kebaikan dan pelayanannya terhadap sesama selama ini. Begitulah yang terjadi, setiap bangun pagi dan setiap mau tidur, dia berdoa agar Tuhan mengabulkan permohonannya. Hingga suatu ketika dia mendengar tetangganya mendapat rejeki sejumlah uang yang sangat besar jumlahnya karena memenangkan lotere berhadiah. Melihat kenyataan itu, dengan rasa kesal, sang pendoa ini kembali berlutut dan berkata, ''Tuhan Yesus, betapa teganya diri-Mu, karena Engkau bukan saja tidak mengindahkan doaku yang sungguh-sungguh ini, tetapi Engkau malah memberikan kemenangan lotere itu kepada tetanggaku yang jarang berdoa dan jarang ikut ibadah di gereja.''


Tiba-tiba terdengar suara menggelegar di telinganya, ''Apa yang kamu katakan! kamu bilang Aku tidak memberimu kesempatan? Bagaimana mungkin Aku bisa memberimu kesempatan kalau kamu sendiri tidak pernah membeli loterenya...!''


Kisah di atas memang hanyalah sebuah kisah humor untuk penyegar bagi kita. Tentu saja kita tidak diperbolehkan mengumpulkan uang dengan cara-cara yang tidak sehat seperti membeli sebuah lotere, karena itu hanyalah pekerjaan para pemalas yang ingin kaya mendadak tanpa melakukan sesuatu bagi orang lain. Namun ada satu kebenaran penting yang bisa kita dapatkan, bahwa untuk memenangkan lotere pun tidak cukup hanya dengan doa, namun tetap diperlukan tindakan yaitu membeli lotere tersebut. Kalau sampai saat ini ada doa kita yang belum terkabul, mari memeriksa diri, jangan-jangan ada tindakan yang belum kita lakukan sehingga Tuhan justru tidak mempunyai kesempatan untuk mengabulkan doa kita, jadi mari berdoa dengan sungguh-sungguh namun bertindaklah juga dengan sungguh-sungguh, karena ada hal-hal yang menjadi bagian kita untuk kita lakukan, dan hal-hal yang menjadi bagian Tuhan yang hanya bisa dilakukan oleh Tuhan.


''Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.'' (Yakobus 2:17)


Tuhan Yesus Memberkati

Pasti Bisa...!!!

Seorang pemain gelandang University of Louisiville bermimpi ingin menjadi pemain football yang profesional.tetapi sayang waktu sudah di wisuda ternyata tidak ada satupun klub yang berniat menawarinya masuk dalam tim mereka. Anak muda ini tidak menyerah begitu saja, dia lalu mencoba mengirim lamaran ke beberapa tim dan akhirnya dapat juga kesempatan dicoba di Pittsburgh Steelers. Tapi sekalipun dia sudah coba sekeras mungkin, dia akhirnya tetap ditolak juga. Banyak dari teman-temannya bilang, "Kamu tuh sial banget yach! Tempat kamu bukan disini kali! Udah gantung sepatu aja! Tetapi dia tetap nekad masuk ke klub lain, kirim lamaran, tapi lagi-lagi dia tetap tidak berhasil.

Kebanyakan orang ketika mengalami gagal berkali-kali terus menyerah, namun anak muda ini tetap tidak menyerah. Dia tahu betul bagaimana kemampuannya dan menyakini bahwa suatu saat pasti impiannya menjadi kenyataan. Dia sabar, tekun, terus latihan dan berusaha meraih kesempatan.

Pada suatu saat,dia mendapat undangan untuk dicoba di Tim Baltimore dan....dia berhasil mencetak tiga gol berturut-turut. Sejak saat itu, kariernya melesat dan dia tercatat menjadi pemain gelandang terbaik yang pernah main di NFL,dia adalah Johnny Unitas.
Karena kegigihan, kesabaran, ketekunan, kemauan untuk terus berlatih,dan sikap optimis, sang pemuda yang berulang kali ditolak, malah menjadi pemain terbaik di NFL.

Di dalam Tuhan,sebenarnya kita bisa meraih semua mimpi-mimpi kita. Terkadang yang membuat kita gagal itu sebenarnya adalah diri kita sendiri, bukan kegagalannya. Kalau kita fokus pada sasaran mimpi kita dan punya keyakinan kalau kita bisa, pasti suatu saat mimpi kita akan menjadi kenyataan. Tidak semua kesuksesan itu diraih dengan cara mudah dan instan.
Jatuh bangun sewaktu membangun mimpi adalah hal biasa. Hanya orang yang tidak berhenti mencoba yang suatu saat bakal meraih impiannya.
Andalkan Tuhan, bulatkan tekad, dan jangan berhenti untuk terus mencoba, maka suatu saat pasti kesempatan emas terbuka untuk meraih impian.

''Bukankah telah Ku-perintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN Allahmu, menyertai engkau ke mana pun engkau pergi.'' (Yosua 1:9)

Tuhan Yesus Memberkati

Tanah Kepunyaan Tuhan

Dikisahkan, seorang professor akhirnya bisa menemui Tuhan. Dengan sombong, ia berkata, ''Hai Tuhan, lama-lama aku juga bisa menciptakan makhluk hidup, bahkan bisa menciptakan manusia.''

Tuhan berfirman,'' Coba kamu buktikan''

Maka sang professor membungkuk, mengambil debu dan tanah.

Tetapi Tuhan berkata, ''Apa yang kau lakukan? Ayo, jangan main tanah. Buatlah makhluk hidup.''

Kata sang professor, ''Aku akan membuat manusia dari tanah.''

Tuhan menjawab, ''TIdak boleh. Itu tanah kepunyaanKu. Kamu harus pakai tanahmu sendiri.''

Seringkali, kepandaian kita, kecerdasan kita dan keberhasilan kita membuat kita lupa akan campur tangan Tuhan. Ada begitu banyak manusia di dunia ini yang bertingkah polah, seolah-olah mereka dapat membuat segala sesuatunya dengan tangan mereka ssendiri, dapat menemukan hal-hal baru dengan ilmu pengetahuan yang telah mereka dapatkan. Sehingga mereka mulai merasa dan bertindak seolah-olah mereka adalah sang pencipta itu sendiri. Padahal semua penemuan, semua ciptaan hasil manusia, tetap bersumber pada satu-satunya Pencipta Tunggal yaitu Allah itu sendiri.

Ilmu pengetahuan diberikan Tuhan kepada kita bukan supaya kita menjadi sombong namun supaya kita dapat semakin mengenali dan tahu akan kebesaran dan kedahsyatan Tuhan kita. Ingatlah selalu bahwa sepandai-pandainya manusia, tetap otak kita asalnya dari Tuhan.

Jadi mari tetap merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat, dan jangan pernah melupakan campur tangan Tuhan dalam setiap keberhasilan kita, supaya kita ditinggikan-Nya tepat pada waktunya.

''Jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.'' (Ulangan 8:14)

Tuhan Yesus Memberkati

Visi Seekor Siput

Suatu ketika, di awal musim semi, seekor siput memulai perjalanannya memanjat sebuah pohon cherry. Beberapa ekor burung di sekitar pohon itu melihat sang siput dengan pandangan aneh dan meremehkan.
''Hei siput tolol, '' salah seekor burung itu berkata dengan nada mengejek,'' Pikirmu kemana kamu akan pergi? mengapa kamu memanjat pohon itu?''
Seekor burung yang lainnya juga berkata,'' Di atas sana tidak ada buah cherry, kami telah melihatnya dari tempat ini, sia-sia kamu memanjatnya, lebih baik kamu tidur aja, daripada bersusah payah melakukan hal yang tidak berguna itu.''

Namun, siput itu tetap memanjat pohon cherry itu sambil berkata kepada burung-burng tersebut,'' Memang saat ini, pohon cherry ini belum berbuah, namun aku akan terus memanjat, karena aku tahu, ketika aku sudah sampai di atas sana, tepat pada saat itulah pohon cherry ini telah berbuah, dan aku dpat menikmati hasil jerih payahku ini.''

Siput itu rupanya tahu apa yang sedang dia lakukan, walaupun saat itu, dia belum melihat hasil dari jerih payahnya. Siput itu melihat jauh ke depan, dapat mempertimbangkan bahwa dari segi waktu segala jerih payah yang dia tabur saat ini akan dia nikmati setelah dia sampai pada puncak pohon cherry itu.

Bagaimana dengan kita? apakah saat ini kita bekerja hanya dengan melihat apa yang terjadi saat ini? Ataukah kita juga bisa melihat jauh ke depan, kepada setiap sasaran ataupun tujuan yang nantinya akan kita capai?

Karena itu walaupun saat ini apa yang kita lakukan kelihatannya belum menghasilkan sesuatu bagi kita, belum menampakkan sesuatu yang indah bagi kita, tetaplah bekerja dengan penuh semangat, karena tepat pada waktunya, sasaran dan tujuan itu akan menampakkan buah yang indah untuk dapat kita nikmati bersama.

''Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.'' (Ibrani 10:35)

Tuhan Yesus Memberkati

Menabur Pertolongan

Suatu ketika tampak seorang pria sedang berjalan dengan susah payah di sebuah padang gurun yang gersang dan panas. Panasnya sinar matahari, dan tandusnya padang gurun telah membuat pria itu begitu letih.

Setelah beberapa lama berjalan, pria itu mulai lelah dan merasa haus. Saat itulah dia bertemu dengan seseorang yang mengendarai unta. pria itu lalu bertanya, kepada orang yang sedang mengendarai unta itu, apakah ia mempunyai sesuatu untuk diminum.

Orang yang naik unta itu berkata, '' Maaf tuan, aku tidak mempunyai minum, tetapi aku mempunyai dasi-dasi yang sangat baik, hasil buatan anak yatim piatu yang sedang aku asuh. Tolonglah para anak yatim piatu ini dengan membeli satu saja dari dasi ini, agar uangnya dapat aku pakai untuk membelikan makanan bagi mereka.''
''Tidak!'' kata pria itu dengan ketus. ''Apakah kamu sudah gila, di padang gurun seperti ini, yang aku butuhkan adalah air, bukan dasi jelek seperti itu.''
Sambil menghormat dengan sopan, sang pengendara unta berlalu, dan dengan tertatih-tatih karena haus dan kelelahan, pria itu pun kembali melanjutkan perjalanannya. Setelah beberapa waktu kemudian, sampailah dia di sebuah tempat, yang terlihat menjual minuman.
Dalam kondisi hampir mati karena kehausan, ia mendekati penjaga tempat itu sambil berkata,''Terima kasih, Tuhan. Akhirnya aku berhasil. Pak, Bolehkah aku masuk ke dalam untuk memperoleh air?''
Penjaga itu menyerigai dan berkata, '' Tidak boleh kalau tanpa dasi!''

Rasa mementingkan diri sendiri dan hanya memikirkan kebutuhan diri sendiri, seringkali justru dapat merugikan diri kita. Kisah di atas menunjukkan bahwa bila kita mau terlebih dahulu menolong orang lain, maka pertolongan yang sedang kita butuhkan dan nanti-nantikan akan datang kepada kita. Jadi apakah saat ini kita sedang membutuhkan dan menanti-nantikan sebuah pertolongan dari Tuhan? Mari menolong orang lain terlebih dahulu, karena bila kita menabur pertolongan maka kita juga akan menuai pertolongan yang dari Tuhan.

''Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.'' (Galatia 6:2)

Tuhan Yesus Memberkati

Cinta Yang Pudar

Sepasang suami istri ikut menonton pertandingan sepak bola di sebuah stadion. Ketika pertandingan sudah usai, suami isteri ini, bersama ribuan penonton yang lain mulai bergegas meninggalkan stadion. Ditengah-tengah kerumunan lautan manusia yang berdesak-desakan, si suami menggandeng tangan isterinya dengan sangat erat.
Merasa diperlakukan cukup mesra di tengah kerumunan orang banyak itu, si isteri berkata, ''Agaknya kamu takut kehilangan aku kan?''
Si suami menjawab dengan santai, ''Ah, enggak juga, cuma aku malas nyari kamu kalau sampai hilang di tengah orang banyak seperti ini.''
Cinta yang sejati adalah cinta yang tidak akan pernah pudar seiring dengan berjalannya waktu. Namun seringkali cinta kita kepada pasangan hidup kita, atau orang-orang yang kita kasihi mulai pudar ditelan waktu. Sepasang kekasih yang baru di mabuk cinta, akan rela memberikan apa saja bagi kebahagiaan pasangan hidupnya. Tetapi seiring denagn berjalannya waktu, setelah sepasang kekasih tadi kini telah menjadi sepasang suami isteri, masihkah cinta yang mula-mula itu tetap berkobar dalam diri mereka?
Demikian pula dengan cinta kita kepada Tuhan, waktu pertama kali bertobat, lahir baru, kasih mula-mula begitu berkobar, sehingga kita rela melakukan apa saja untuk Tuhan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, setelah sekian tahun kita mengikut Tuhan, masihkah cinta yang pertama itu, kasih yang mula-mula itu, ada dalam diri kita masing-masing?
Jangan pernah membiarkan cinta kita pudar satu sama lainnya, baik itu terhadap pasangan hidup kita, terhadap orang tua, terhadap anak-anak kita, terhadap orang-orang yang kita kasihi, dan terlebih lagi kepada Tuhan, karena cinta Tuhan kepada kita, tidak pernah pudar dan tidak akan pernah berkurang sedikitpun sekalipun waktu terus berlalu, karena cinta-Nya kepada kita adalah kekal adanya.
''Sebab Tuhan mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan.'' (Mazmur 37:28)
Tuhan Yesus Memberkati

Berdoa Dan Bertindak

Seorang Pendeta tampak sedang bercakap-cakap dengan tiga orang pemuda. Satu dari Amerika, satu dari Rusia, dan satu lagi dari Indonesia.

''Bila suatu ketika, anda naik kendaraan umum yang melaju dengan sangat kencang, apa tindakan anda?'' tanya Pak Pendeta kepada pemuda Amerika.
Pemuda Amerika menjawab dengan santai, '' Berdoa kepada Tuhan, sebab keselamatan ada di tangan Tuhan.''
''kalau Anda bagaimana?'' tanya Pak Pendeta kepada pemuda Rusia.
Pemuda Rusia menjawab,'' Kalau saya, memngingatkan sopir yang ugal-ugalan itu, sebab keselamatan kita saat itu berada di tangan si sopir!''
''Kalau Anda bagaimana?'' tanya Pak Pendeta kepada pemuda Indonesia.
Pemuda Indonesia menjawab,'' Saya akan segera berdoa dalam hati, dan pada saat yang hampir bersamaan segera mengingatkan sopir yang ugal-ugalan itu.''

Pak Pendeta berkata sambil menepuk pundak pemuda Indonesia,'' Jawabanmu adalah yang terbaik, karena berdoa saja tidaklah cukup bila tidak disertai dengan tindakan nyata, namun tindakan nyata tanpa doa membuat kita menggantungkan harapan kita hanya pada manusia.

Benar sekali apa yang dikatakan oleh Pak Pendeta tadi, perlu tindakan nyata dari setiap doa yang kita panjatkan, dan perlu doa yang sungguh-sungguh dari setiap tindakan nyata yang kita lakukan, karena bukankah iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati?

''Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.''(Yakobus 2:26)

Tuhan Yesus Memberkati

Satu Demi Satu

Salah seorang penulis buku First Thing First, yaitu Stephen Covey menasehati seorang pria yang kehidupannya penuh dengan kebiasaan buruk. Ia memiliki kehidupan yang buruk akibat sifatnya yang suka menunda-nunda dan keegoisannya. Ia jarang sekali bisa diandalkan untuk menepati komitmen-komitmennya.

Hari itu, Covey menantangnya untuk sebuah perubahan yang sederhana saja. ''Maukah kamu bangun pagi-pagi saat kamu mengatakan bahwa kamu berencana untuk bangun pagi?'' Pria ini melihat ada kebenaran di dalam apa yang ditantangkan oleh covey. Ketika covey memintanya untuk bangun pada jam tertentu selama satu bulan, pria itu berkata,'' Saya benar-benar tidak tahu apakah saya bisa.''
Covey lalu bertanya lagi,'' Ok, kalau begitu apakah kamu pikir, kamu bisa melakukannya selama seminggu?'' Kini pria itu berkata bahwa ia pikir ia mampu untuk melakukannya.
Seminggu kemudian, Covey menemui pria itu dan bertanya,'' Apakah kamu melakukannya?' Pria itu menjawab,'' Ya, saya melakukannya!''
Lalu covey bertanya, ''Nah sekarang apa hal lainnya yang anda berkomitmen untuk melakukannya?''

Sedikit demi sedikit, pria itu mulai membuat komitmen baru dan menepati komitmennya satu demi satu. Tak berapa lama kemudian, pria itu telah berhasil membuat perubahan yang luar biasa. Emosinya kini menjadi stabil, janji-janjinya ditepati, integritasnya diperoleh kembali dan hubungannya dengan orang lain terus membaik.

Banyak orang ingin mengalami perubahan yang instant di segala bidang kehidupan, sehingga, bukannya kebaikan yang dia peroleh, namun rasa frustasi karena melihat betapa banyaknya komitman baru yang harus dia buat, dan betapa sulitnya untuk menepati komitmen itu.
Salah satu rahasia keberhasilan bukanlah melakukan segala sesuatunya secara bersamaan, namun, buatlah komitmen terhadap satu hal yang kita anggap paling mendesak untuk kita perbaiki, kerjakanlah untuk waktu yang singkat terlebih dahulu, setelah menjadi kebiasaan baik, buatlah komitmen lainnya, tepati, kemudian buatlah komitmen yang lain lagi, tepati, dan begitu seterusnya, hingga tanpa kita sadari, kehidupan kita telah menjadi jauh lebih baik daripada sebelumnya.

''Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.'' ( Pengkhotbah 3:1)

Tuhan Yesus Memberkati

Sabtu, 12 Juni 2010

Arti Sebuah Panggilan Dalam Hidup

Suatu hari, seorang hamba Tuhan yang masih muda menelepon salah seorang jemaatnya, yaitu seorang pembuat sepatu sederhana yang saleh. Hamba Tuhan ini senang berbicara dengan pembuat sepatu itu, sambil memperhatikan betapa si pembuat sepatu bekerja dengan sepenuh hati.
Diliputi oleh perasaan kagum melihat kesungguhannya dalam bekerja, hamba Tuhan ini berkata, ''Andaikan semua orang di dunia bekerja seperti Bapak bekerja, tentu kehidupan ini akan menjadi lebih baik, Pak tolong ceritakan bagaimana Bapak dapat tetap bekerja dengan sepenuh hati, walaupun Bapak melakukan pekerjaan yang bagi orang lain kelihatannya begitu rendah.''

Pembuat sepatu itu menjawab,'' Saudaraku, saya tidak menganggap pekerjaan saya itu rendah.''

Hamba Tuhan itu tiba-tiba sadar akan apa yang telah ia ucapkan dan bagaimana ia telah menyinggung tukang sepatu itu, sehingga segera saja ia berkata,'' Maafkan saya saudaraku, saya sama sekali tidak bermaksud menghina mata pencaharian Bapak.''

Sambil tersenyum, pembuat sepatu itu menjawab,'' Tidak pak, anda sama sekali tidak menyinggung saya. saya percaya bahwa pekerjaan saya sama besarnya dan sama kudusnya dengan saat ketika Bapak sedang menyampaikan khotbah. Saya percaya bahwa saat saya berdiri di hadapan Tuhan suatu hari nanti, Ia akan bertanya kepada saya,'' Anak-Ku, jenis sepatu apa yang kamu buat?''

Dan saya dapat berkata kepada-Nya bahwa saya membuat sepatu terbaik yang dapat saya buat, sepatu-sepatu yang saya doakan dan saya buat bagi kemuliaan nama-Nya. Akan saya katakan kepada-Nya bahwa saya juga berdoa bagi orang-orang yang akan mengenakan sepatu saya, agar setiap langkah yang mereka lakukan, menuntun mereka ke tempat-tempat yang diinginkan oleh Tuhan.''

Wow, sungguh luar biasa, pembuat sepatu tersebut, rupanya benar-benar mengerti arti sebuah panggilan dalam hidupnya. Seringkali kita justru tidak memiliki sikap seperti pembuat sepatu tadi, kita memandang pekerjaan kita apa adanya, dan hanya sebagai sarana untuk mencari uang, karena itu tidaklah mengherankan kalau prestasi kita biasa-biasa saja, dan semangat kita pun ala kadarnya. Jadi mari mulai saat ini kita melihat sebuah arti dalam setiap pekerjaan kita/panggilan dalam hidup kita, karena, bagaimana dan mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan, jauh lebih penting dan jauh lebih berharga dibandingkan apa yang sebenarnya sedang kia lakukan.

'' Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!'' (1 Korintus 16:14)

Tuhan Yesus Memberkati