Kamis, 30 September 2010

Jangan Kosongkan Botol(Manusia Rohani) Anda

Suatu hari seseorang meletakkan sebuah botol berisi penuh air, di halaman rumahnya yang terbuka, dia ingin tahu berapa lama air di dalam botol itu akan habis menguap akibat sinar matahari yang begitu panas dan terik.

Beberapa hari kemudian dia menyaksikan air di dalam botol itu mulai berkurang hanya tinggal 3/4 nya saja, ternyata panas terik matahari benar-benar telah membuat air itu menguap.

Namun pada sore harinya dia menyaksikan kejadian yang agak sedikit berbeda, seekor anjing yang sedang berlarian tiba-tiba menyenggol botol tersebut hingga botol itu jatuh dan akibatnya, seluruh air yang ada di dalamnya tercecer ke luar, kini air dalam botol itu benar-benar habis, hanya tinggal beberapa tetes saja.

Manusia rohani kita bagaikan botol yang mula-mula kosong, setiap kali kita masuk dalam hadirat Tuhan, maka manusia rohani kita akan terisi dengan aliran air surgawi yang hidup dan begitu menyegarkan. Namun karena ada panas dan terik dalam kehidupan kita, mungkin beberapa masalah keluarga, sakit penyakit, masalah pekerjaan ataupun aktivitas pelayanan membuat air itu menguap sedikit demi sedikit, apalagi kalau tiba-tiba ada iblis lewat dan berhasil menyenggol kita hingga kita terjatuh, maka air hidup itu akan cepat lagi habis karena tumpah keluar.

Jadi jangan menunggu sampai air hidup dalam manusia rohani kita tinggal beberapa tetes, baru kemudian kita datang menghampiri hadirat-Nya, supaya kita tidak mengalami kerugian. Apalagi kalau kita sampai terjatuh, maka kita perlu secepatnya bangkit dan minta diisi kembali dalam hadirat Tuhan, karena jika tidak, kita akan mengalami kekeringan rohani.

''Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.'' (Mazmur 42:2)

Tuhan Yesus Memberkati

Jangan Egois

Di atas pesawat terbang Cesna ada tiga orang penumpang. Seorang pramuka, seorang pastor dan seorang usahawan. Tiba-tiba melalui pengeras suara terdengar suara pilot, ''Dalam beberapa detik lagi pesawat akan jatuh. Sayangnya kita hanya memiliki tiga parasut. Saya perlu satu parasut, karena harus melaporkan bencana ini.'' lalu pilot tersebut langsung terjun dengan parasutnya.

''Saya juga perlu mengambil satu,'' kata usahawan dengan gugup dan tergesa-gesa, ''Saya harus selamat, karena saya mempunyai peranan besar dalam kehidupan manusia.'' Lalu sang pengusaha pun menyusul pilot.

Kini hanya tinggal Sang Pastor dan si pramuka dengan satu parasut yang tersisa.
Sang Pastor menatap si pramuka. ''Nak!'' katanya, ''Saya pastor yang sudah tua dan puas menjalani kehidupan ini. Sedangkan kau masih sangat muda dan harus menjalaninya. Karena itu ambillah parasut ini, dan kiranya Tuhan memberkatimu...''
''Jangan bersedih pastor.'' Kata si pramuka. ''Kita masih punya dua parasut, yang diambil pengusaha tadi adalah ransel saya.''

Ya, kita mungkin tersenyum membayangkan ketololan yang dilakukan oleh si pengusaha tadi. Karena terlalu egois, dan didorong oleh sikap mementingkan diri sendiri, pengusaha tadi justru melakukan kecerobohon, sehingga bukannya keselamatan yang dia peroleh, namun justru kematian. Bukankah itu yang seringkali terjadi dalam dunia yang penuh dengan persaingan ini? Semua orang berlomba-lomba hanya untuk memikirkan dan mengutamakan kepentingan dirinya sendiri tanpa mau lagi mempedulikan orang lain.

Namun mari kita renungkan sejenak, bahwa Tuhan Yesus justru mengajarkan hal yang sebaliknya. Bila kita ingin diberkati, bila kita ingin menerima, maka kita harus memberi terlebih dahulu. Kita harus melayani dan mengutamakan orang lain terlebih dahulu, karena hanya dengan memberi kita akan menerima.

Jadi jangan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, tapi pikirkanlah kepentingan orang lain juga, maka Bapa kita yang di surga akan memikirkan kepentingan kita juga.

''Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.'' (Matius 16:25)

Tuhan Yesus Memberkati

Kerja Adalah Sebuah Kehormatan

Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju restoran jalanan dan ia pun menyantap makanan yang di pesan. Saat pemuda itu makan, datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda tersebut, ''Pak, mau beli kue, Pak?''
Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab ''Tidak, saya sedang makan.''
Anak tersebut tidaklah putus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab ''Tidak dik, saya sudah kenyang.''

Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak pergi, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan usahanya yang sudah seharian menjajakan kue buatan bunda. Mungkin anak kecil ini berfikir ''Saya coba lagi tawarkan kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang dirumah.''

Ini adalah sebuah usaha yang gigih membantu ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba pas-pasan ini. Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut, anak kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan. ''Pak, mau beli kue saya?''

Pemuda yang ditawarkan jadi risih juga. Ia kemudian keluarkan uang Rp. 1.500, dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja. ''Dik, ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekahan dari saya buat adik. ''Uang yang diberikan pemuda itu memang ia ambil, namun ternyata lalu diberikan kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasih kepada oarang lain. ''Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak kamu ambil?'' Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab. ''Saya sudah janji sama ibu dirumah, bahwa saya akan menjual kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, karena ibu saya tidak suka saya jadi pengemis dan saya akan bangga pulang kerumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. ''Pemuda tadi jadi kagum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil namun telah mempunyai sikap bahwa kerja itu adalah sebuah kehormatan. Pemuda tadi akhirnya memborong semua kue yang dijajakan anak kecil tersebut, bukan karena ia kasihan, bukan karena ia lapar, tapi karena prinsip kerja yang dimiliki oleh anak kecil itu, yaitu ''kerja adalah sebuah kehormatan'' dan bahwa ia akan mendapatkan uang kalau ia sudah bekerja dengan baik.

Kiranya kisah tadi bisa menyadarkan kita, bahwa kerja bukan hanya sekedar untuk uang semata, namun ada sebuah kehormatan, sebuah anugerah dari Tuhan, agar kita dapat berkarya, memaksimalkan potensi kita untuk kemuliaan nama Tuhan.

''Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu.'' (Yohanes 6:27a)

Tuhan Yesus Memberkati

Jangan Tinggalkan Kapten Kapal Anda

Suatu hari di sebuah Akademi Angkatan Laut, seorang Letnan muda sedang bersiap-siap untuk menyelesaikan studinya mengenai bagaimana cara berlayar yang baik dan bagaimana cara mengendalikan kapal dengan cepat dan efisien. Di bawah serangkaian perintahnya yang tegas dan singkat, para awak kapal menyibukkan diri melaksanakan perintahnya itu, dan dengan cepat kapal segera berlayar meninggalkan pelabuhan menuju laut lepas. Efisiensi dan kehebatan Letnan Muda itu dalam mengatur seluruh awak kapal sangatlah mengagumkan, sehingga banyak awak kapal yang berbisik-bisik dan memuji cara kerja Letnan Muda itu, bahkan beberapa orang berkata bahwa Letnan muda itu telah mencatat rekor baru dalam mengendalikan kapal tersebut.

Letnan muda itu begitu bangga dengan hasil jerih payahnya dan sama sekali tidak merasa heran ketika seorang kelasi mendekatinya sambil membawa pesan dari Kapten Kapal, penguasa tertinggi di kapal tersebut. Namun, segera saja Letnan muda itu terkejut bukan main, karena pesan itu adalah sebuah pesan dari radio, dan mukanya segera berubah pucat, ketika membaca pesan tersebut,..tertulis dalam pesan itu ''Saya sebagai Kapten kapal mengucapkan selamat atas prestasi anda dalam latihan ini, tetapi karena anda terlalu tergesa-gesa, anda telah mengabaikan salah satu hukum tak tertulis yang seharusnya wajib anda taati, yaitu pastikan bahwa Kapten kapal berada di atas kapal sebelum anda berangkat berlayar. Saat ini anda telah meninggalkan saya, karena saya masih berada di pelabuhan.

Rupanya karena tergesa-gesa dan terlalu fokus untuk meraih hasil yang terbaik, Letnan muda ini lupa membawa serta atasannya dan langsung memberangkatkan kapal tanpa mengikut sertakan sang Kapten kapal.

Bukankah dalam hidup ini, kita seringkali bersikap seperti Letnan muda tadi, kita terlalu fokus untuk meraih berbagai keberhasilan yang ditawarkan oleh dunia ini, sehingga kita justru melupakan satu hal, yaitu kita lupa mengajak Yesus, Sang Kapten kapal, untuk masuk dalam bahtera kehidupan kita masing-masing, sehingga ketika badai mulai menerpa, kita mulai kebingungan, karena keahlian kita masih belum cukup memadai untuk meredakan kapal tersebut. Jadi jangan melupakan hal yang paling penting dalam perjalanan hidup ini, yaitu pastikan bahwa Yesus Sang Kapten kapal ada dalam bahtera kehidupan kita masing-masing.

''Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!'' (Yeremia 17:7)

Tuhan Yesus Memberkati

Sumber Berkat Atau Penyalur Berkat?

Di sebuah kota, hiduplah seorang konglomerat yang sangat kaya, bersama seorang putra tunggalnya. Tidak seperti kebanyakan orang kaya, yang umumnya selalu memanjakan anaknya, konglomerat ini justru berbuat suatu hal yang sangat berbeda. Dia tidak menuruti semua permintaan anaknya, namun hanya memberi secukupnya, sesuai dengan kebutuhan sang anak, tidak pernah kurang dan juga tidak pernah berlebihan. Yang agak aneh konglomerat ini justru dengan gampangnya membagikan hartanya kepada orang lain yang sangat membutuhkan.

Suatu hari seorang tetangganya mengecam apa yang diperbuat oleh konglomerat itu. Tetangganya berkata, ''Sebetulnya engkau dapat lebih banyak membantu anakmu, dengan menuruti semua keinginannya, jika saja engkau mau mengurangi bantuanmu kepada orang lain dan memberikannya untuk anakmu.''

Konglomerat ini menjawab dengan bijaksana, ''Mungkin engkau benar, tetapi jika saya selalu menuruti segala keinginan anak saya, bukankah dia akan melupakan perlunya bersandar pada Tuhan? dia akan memandang saya sebagai satu-satunya sumber yang dapat memenuhi segala keinginannya, dan akan sulit baginya untuk bersandar kepada Bapa sorgawi bila setiap keinginannya saya penuhi. Jika ini yang terjadi saya justru tidak membantu anak saya sama sekali, karena kemampuan saya sangat terbatas, sementara kemampuan Bapa sorgawi tidak terbatas.''

Ya, bagimanakah selama ini kita mendidik anak kita, pasangan hidup kita, atau orang-orang yang kita kasihi? apakah kita bersikap sebagai sumber berkat, seolah-olah kita yang memenuhi semua kebutuhan dan keinginan mereka, atau apakah kita bersikap hanya sebagai penyalur berkat, sehingga setiap anak kita, pasangan hidup kita maupun orang-orang yang kita kasihi, tetap berharap dan bergantung sepenuhnya kepada sumber berkat yaitu Bapa Sorgawi.

Jadi janganlah bersikap seolah-olah kita adalah sumber berkat, tapi mari bersikap bahwa kita hanyalah penyalur berkat.

''Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.''
(Amsal 13:24)

Tuhan Yesus Memberkati

Yang Tak Kelihatan

Pernahkah anda mengunjungi negara Selandia Baru? Jika kita ke sana dan tiba di kota Rotora, maka kita akan mendapati sebatang pohon redwood yang merupakan salah satu pohon terbesar dan terkuat di dunia. Pohon ini sangat hebat, karena walau ada badai yang amat dahsyat sekalipun, pohon redwood ini akan tetap berdiri dengan kokohnya. Wow...hebat bukan? tetapi tahukah anda bagaimana pohon ini bisa sekuat itu?

Ternyata, pada saat pertama kali di tanam, tidak terlihat adanya pertumbuhan dari pohon ini. Tapi jangan salah sangka, ternyata akar dari pohon ini bertumbuh ke dalam tanah, bergerak dan terus bergerak, semakin lama semakin dalam, dan semakin dalam, untuk membangun kekuatan di dalamnya. Baru setelah 3 tahun, pohon ini mulai menampakkan pertumbuhan ke atas dan menjadi semakin besar. Karena itulah walau ada badai sehebat apapun, pohon ini tetap kokoh berdiri karena akarnya sudah sedemikian kuat menahan batang pohon tersebut.

Bukankah hal ini yang seharusnya juga terjadi dalam kehidupan kita? Namun seringkali yang terjadi justru sebaliknya. Seringkali kita menginginkan semuanya serba instan, ingin cepat berhasil, ingin cepat kaya, ingin cepat menduduki posisi tertentu, ingin pelayanan yang sukses dengan cepat, dan hal-hal lain yang bisa dilihat orang. Seringkali kita lebih mengutamakan hal yang kelihatan, namun melupakan yang terpenting, yaitu hal yang tidak kelihatan. Bahkan, seringkali kita malas untuk membangun dasar yang kokoh, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan.

Jadi, bila kita ingin menang dalam menghadapi setiap badai kehidupan, bila kita ingin mengalami keberhasilan dalam setiap bidang kehidupan kita, mari membangun dasar yang kokoh terlebih dahulu, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

''Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang tak kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.'' (2 Korintus 4:18)

Tuhan Yesus Memberkati

Apakah Motivasi Kita?

Seorang pengembara melakukan perjalanan melewati padang pasir, Di tengah-tengah perjalanan itu, dia menemukan sebuah mata air yang kesegaran airnya tak tertandingi. Setelah memuaskan rasa hausnya, diambilnyalah sedikit air itu, dan dimasukkan ke dalam sebuah kantong kulit yang sudah tua.

Setelah melewati hari-hari yang sangat panas dan penuh dengan terik matahari, sampailah si pengembara di istana Raja, untuk memberikan air tersebut. Ketika air itu dicicipi oleh sang raja, air itu sudah tidak segar lagi dan berbau apek karena disimpan di dalam kantong tua. Namun raja mencicipi air itu dengan gembira dan penuh rasa terimakasih.

Sang pengembara akhirnya meninggalkan istana dengan sangat bahagia. Setelah pengembara itu pergi, segera saja para pegawai istana ikut mencicipi air itu, dan mereka langsung terheran-heran, karena ternyata air itu sangat tidak enak. Mereka lalu bertanya, kenapa sang raja begitu menikmati kesegaran air tersebut. Akhirnya raja berkata dengan perlahan : ''Sebenarnya yang aku rasakan bukanlah air itu, melainkan kasih yang telah mendorongnya untuk mempersembahkan air itu kepadaku.''

Mungkin apa yang selama ini telah kita lakukan dalam melayani Tuhan, penuh dengan kelemahan dan kekurangan, tetapi Bapa kita di surga sangat menghargai dan bersukacita bila pelayanan itu kita lakukan dengan setia, penuh kasih, dan dengan motivasi yang benar.

Mungkin dalam pandangan orang lain, pelayanan itu kurang berarti,......kurang mendatangkan sesuatu yang enak, namun jangan berkecil hati, karena Tuhan melihat motivasi di balik pelayanan kita. Mari melayani Tuhan hanya karena kita mengasihi Dia dan mengasihi jiwa-jiwa, karena hal itu akan menutupi kelemahan dan kekurangan kita.

''Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.'' (1 Korintus 13:1)


Tuhan Yesus Memberkati

Rabu, 22 September 2010

Ciptaan Lama Atau Ciptaan Baru?

Suatu ketika, seekor kucing betina jatuh cinta terhadap seorang pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari majikannya sendiri. Hari demi hari berlalu, dan kucing betina ini semakin mencintai pemuda tersebut, namun apa daya, dia hanyalah seekor kucing yang mencintai seorang manusia, sehingga tidak mungkin bila mereka menjadi sepasang kekasih, karena pasti aneh bukan? apalagi kucing ini hanyalah seekor kucing peliharaan dari pemuda tampan tersebut. Suatu hari, kucing ini berdoa,...berdoa...dan terus berdoa tiada henti. Ia memohon kepada sang pencipta supaya dirinya diubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.

Mendengar doa si kucing yang sungguh-sungguh, tiba-tiba malaikat datang dan mengabulkan permohonan doanya. Kini, kucing tersebut berubah menjadi seorang pemudi yang sangat cantik. Akhirnya mereka berpacaran, dan tak lama kemudian mereka pun menikah dan menjadi keluarga yang bahagia.

Di tengah kebahagiaan pasangan muda ini, tiba-tiba malaikat yang mengabulkan doa si kucing datang melihat perkembangan dari kehidupan si kucing yang telah berubah menjadi wanita cantik itu. Malaikat ini lalu mengambil seekor tikus yang kecil dan sangat menarik, kemudian melepaskan tikus kecil itu di antara pasangan muda ini. Melihat seekor tikus, spontan saja si pemuda terkejut dan berusaha menghindar, namun sebaliknya yang dilakukan oleh istrinya itu sungghuh berbeda. Si istri berusaha mengejar tikus terrsebut dan akhirnya berhasil menangkapnya. ''Ma, lepaskan, lepaskan,......tikus itu kan kotor, hati-hati...ma..nanti digigit,'' kata suaminya dengan spontan. Namun dengan santai istrinya menjawab, ''Tidak pa, tikus ini lucu, dan menarik, inilah yang sebenarnya mama rindukan selama ini,'' dan ia pun lalu memakan tikus itu dengan lahapnya.

Ya, memang menjijikkan melihat seorang wanita memakan seekor tikus dengan lahap, hal itu terjadi karena wanita tersebut tidak mau meninggalkan kehidupan lamanya, sebagai seekor kucing. Walaupun secara fisik ia telah berubah menjadi manusia, namun ternyata sifat-sifatnya yang lama sebagai seekor kucing tetap tiadak berubah.

Bukankah kita seringkali bersikap demikian, walaupun secara rohani, kita telah berubah dari anak terhilang menjadi anak raja,namun seringkali sifat-sifat kita yang lama, gaya hidup kita yang lama, yang penuh dengan dosa, masih tetap ada dan belum berubah. Mari menjadi ciptaan yang benar-benar baru, supaya kita tidak melakukan hal-hal yang menjijikkan.

''Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.'' (Roma 6:12)


Tuhan Yesus Memberkati

Kekayaan Yang Terbesar

Di sebuah desa, hiduplah dua orang bersaudara, yang sama-sama menjadi petani. Mereka hidup di rumah yang terpisah dalam lahan pertanian keluarga, namun tiap hari mereka bertemu untuk bersama-sama mengerjakan ladang. Yang sulung sudah menikah dan mempunyai keluarga yang besar. Sedangkan si bungsu hidup seorang diri dan tetap membujang. Namun mereka selalu membagi hasil ladang dengan seimbang, masing-masing 50%. Suatu malam, si bungsu yang bujangan berpikir, ''Saudaraku bersusah payah menghidupi keluarganya yang besar, namun aku tetap mendapat setengah bagian dari seluruh hasil panen.''

Di dorong oleh rasa kasih yang menguasai hatinya, dia mengumpulkan barang yang telah dia beli dengan penghasilannya, barang-barang yang dia tahu dapat membantu keluarga saudaranya itu. Dia bermaksud untuk menyelinap ke rumah saudaranya, meletakkan barang-barang tadi disana, dan pergi dengan diam-diam.

Pada malam yang sama, saudaranya yang sudah menikah yakni si sulung, juga berpikir, ''Saudaraku hidup sendiri, dia tidak mengenal sukacitanya hidup berkeluarga.''

Karena kasihnya, dia pun mengambil keranjang, mengisinya dengan selimut dan roti buatan sendiri, serta beberapa barang untuk menghangatkan rumah adiknya itu. Dia bermaksud meninggalkan barang-barang tersebut di beranda dan pergi dengan diam-diam.

Dengan diam-diam, kedua orang itu mulai berjalan menuju kerumah saudaranya masing-masing, dan alangkah terkejutnya ketika di tengah pejalanan, mereka saling berpapasan. Kedua kakak adik itu akhirnya mengakui apa yang sedang mereka kerjakan. Dan dalam gelapnya malam, mereka bertangisan dan saling berpelukan. Masing-masing menyadari, bahwa kekayaan terbesar yang mereka miliki adalah saudara yang menghormati dan saling mengasihi.

Sudahkah kita menjadi harta terbesar bagi saudara-saudara kita, bagi orang di sekitar kita, atau bagi dunia ini? Karena adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.


''Sebab Ia sendiri telah mengatakan, Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.'' (Kisah Para Rasul 20:35b)

Tuhan Yesus Memberkati

Peniup Terompet

Suatu hari, seorang peniup terompet perang, tertangkap oleh pihak musuh. Peniup terompet ini memohon-mohon kepada para penangkapnya, ''Jangan bunuh saya pak, saya tidak punya senjata,...saya tidak melakukan kejahatan apapun,......saya tidak pernah membunuh satupun dari prajurit bapak,......Saya hanya membawa terompet jelek ini, dan membunyikannya pada saat diperintah.''

Dengan tegas para penangkapnya berkata, ''Itulah alasannya mengapa engkau harus dibunuh sekarang juga, karena, walaupun engkau sendiri tidak ikut bertarung, namun tiupan terompetmu telah membuat orang lain bertarung, dan itu yang menyebabkan mereka saling membunuh.''

Mungkin kita memang tidak pernah memukul seseorang, mungkin kita juga tidak pernah melukai seseorang, bahkan mungkin kita tidak pernah sekalipun membunuh seseorang.
Namun, mungkin setiap perkataan fitnah yang keluar dari mulut kita, setiap saksi dusta terhadap sesama kita, dan setiap kata-kata yang mengadu domba saudara kita, dapat membuat mereka saling membenci, saling melukai bahkan saling membunuh.

Mungkin kita tidak terlibat secara langsung, namun tiupan terompet kita, atau perkataan kita, dapat menghasilkan dampak yang lebih mengerikan bagi orang lain. Mari menjaga setiap perkataan dan ucapan kita, supaya jangan sampai orang lain mendapat musibah.

''Orang yang bersaksi dusta terhadap sesamanya adalah seperti gada, atau pedang, atau panah yang tajam.'' (Amsal 25:18)


Tuhan Yesus Memberkati

Ubah Diri Kita Terlebih Dahulu

Sebuah kapal perang dengan persenjataan lengkap, berlayar melalui perairan yang belum pernah mereka lalui. Tak berapa lama kemudian, kabut tebal turun meliputi perairan itu, sehingga pandangan para awak kapal sangatlah terbatas.

Tiba-tiba, melalui kabut, kapten kapal itu melihat apa yang tampak seperti sebuah sinar dari kapal lain mengarah ke jalan yang sedang dilewatinya. Segera, ia mengambil pengeras suaranya dan berteriak: Di sini Laksamana Smith dari Angkatan laut Amerika Serikat. Arahkan kapalmu 10 derajat ke selatan. Kalau tidak kita akan bertabrakan, dan saya perintahkan untuk segera dilaksanakna.''

Melalui kabut, ia mendengar suatu jawaban yang samar-samar, ''Di sini kelasi kelas empat Jones. Anda yang harus mengarahkan kapal anda sendiri 10 derajat ke utara.''
Laksamana itu berkata kepada dirinya sendiri, ''Orang ini adalah kelasi kelas empat, sementara aku adalah seorang Laksamana, berani benar dia.''
Sambill mengeraskan pengeras suaranya dan menggunakan nada berwibawa, ia membentak, ''Di sini Laksamana Smith dari Amerika Serikat ! Sekali lagi saya perintahkan !! Anda yang harus mengarahkan kapal anda 10 derajat ke selatan !
Melalui kabut, datanglah jawaban yang sama, ''Di sini kelasi kelas empat Jones, Anda harus mengarahkan kapal anda 10 derajat ke utara.''
Kemarahan Laksamana itu memuncak, sambil berteriak dia berkata, ''INI LAKSAMANA SMITH, SEGERA ARAHKAN KAPAL ANDA 10 DERAJAT KE SELATAN !!! DI SINI KAPAL PERANG !!!''
melalui kabut, suara yang mantap itu kembali menjawab, ''Di sini kelasi empat Jones, Arahkan kapal sendiri 10 derajat ke utara. Di sini MERCUSUAR!!!

Bukankah kita seringkali meminta orang lain untuk berubah, sementara diri kita tetap idak mau berubah? Bukankah kita seringkali bersikap egois, dengan berkata: kalau dia tidak berubah maka saya juga tidak mau berubah, seringkali kita merasa bahwa diri sendiri paling benar, sudah paling hebat, sehingga kita selalu menuntut orang lain yang harus berubah terlebih dahulu, padahal, bisa saja orang lain jauh lebih benar daripada kita. Jadi jangan menunggu orang lain untuk berubah, tetapi mari mengubah diri sendiri terlebih dahulu, supaya hidup kita tidak dihancurkan oleh kehidupan orang lain.

''Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan.'' (Amsal 3:7)

Tuhan Yesus Memberkati

Jangan Meremehkan Hal-Hal Kecil

Suatu hari seorang Kaisar Jepang menugaskan seorang seniman, untuk melukis sebuah burung jenis khusus bagi dia. Bulan demi bulan berlalu, bahkan tahun demi tahun berlalu, namun lukisan itu belum selesai juga. Akhirnya kaisar datang sendiri ke tempat seniman tersebut untuk meminta penjelasan.

Di hadapan Kaisar, Seniman tersebut lalu memasang sebuah kanvas kosong diatas kuda-kudanya dan mulai melukis. Ternyata hanya dalam waktu lima belas menit dia telah berhasil menyelesaikan lukisan seekor burung tepat seperti yang dulu diminta Kaisar. Sungguh sebuah karya seni yang sangat indah. Kaisar, yang sangat mengagumi lukisan serta keahlian sang seniman, lalu menanyakan mengapa ia menunda lukisan itu sampai bertahun-tahun lamanya.

Seniman tadi kemudian membuka semua lemari di rumahnya. Dia mengambil setumpuk lukisan yang terdiri dari dua sayap burung, dua kaki burung, dua cakar, dua mata, sebuah paruh, bulu-bulu burung, dan urat-urat dari burung tadi. Semua lukisan itu lalu ia letakkan di hadapan Kaisar sambil berkata, ''Apa yang baru saja hamba selesaikan dalam lima belas menit, berasal dari latihan hamba selama bertahun-tahun, yaitu melukis setiap bagian terkecil dari seluruh bagian burung ini.''

Ya, keberhasilan atau kesuksesan merupakan hasil dari apa yang kita kerjakan setiap tahun, setiap bulan, setiap minggu, setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detilk. Suatu keberhasilan tidak langsung terjadi begitu saja, dan sebuah kesuksesan tidak terjadi dalam waktu sekejap, namun semuanya itu merupakan hasil penggabungan dari hal-hal kecil yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh.
Jadi setialah dalam perkara kecil, karena hal-hal kecil dalam hidup ini menentukan hal-hal besar yang akan kita peroleh.

''engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.''
(Matius 25:21b)

Tuhan Yesus Memberkati

Memecahkan Masalah Besar

'Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti?'' (1 Korintus 6:2)

Seorang karyawan tampak mengomel sejenak setelah atasan memanggilnya di kantor. Bukan karena ia ditegur akibat melakukan kesalahan, tapi karena baru saja atasannya memberikan sebuah proyek besar untuk segera ditanganinya. Karyawan ini marah karena menurutnya proyek ini sangat sulit dikerjakan atau bahkan mustahil untuk dikerjakan. Beberapa pendahulunya yang pernah mengerjakan pun sudah gagal. Bukan karena mereka kurang kompeten, tetapi karena proyek ini adalah hal besar yang tidak mungkin dikerjakan. Apakah situasi seperti ini akrab di lingkungan kita? Atau kita yang bahkan pernah mengalaminya?

Suatu hari direktur perusahaan pesawat, McDonnel Douglas Corp, Walter Burke, menerima telepon dari presiden Kennedy. ''Tuan Burke, kami memerlukan sebuah roket dengan kekuatan yang cukup besar untuk membawa orang ke bulan. Saya sudah mendengar segala alasan mengapa hal itu tidak dapat dilaksanakan. Sekarang pecahkan masalah itu sehingga pekerjaan itu dapat dilaksanakan.''
Ketika ditanya, bagaimana ia mengerjakan tugas yang besar dan hampir tidak mungkin itu, Burke menjawab: ''Saya belajar bertahun-tahun yang lalu bahwa satu masalah besar sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak masalah kecil. Cara untuk memecahkan masalah yang tidak mungkin itu yaitu pecahkan masalah itu menjadi masalah-masalah kecil lalu selesaikan masalah-masalah kecil itu satu-persatu.''

Jangan pernah merasa tidak bisa tanpa pernah kita mencoba sebelumnya. Bangunlah kepercayaan dalam diri kita bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Ketika kita dipercaya menyelesaikan masalah yang rumit dan besar di pekerjaan kita, tetaplah bersikap tenang. Kiat dari Burke ini bisa kita lakukan. Jangan pecahkan masalah besar itu sekaligus, tetapi pecahkan menjadi masalah-masalah kecil untuk kemudian selesaikan satu persatu. Berlatihlah menyelesaikan setiap masalah kecil, maka kita akan terlatih menangani masalah yang besar.

Satu masalah besar sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak masalah kecil


Tuhan Yesus Memberkati

Medan Perang Kita

''Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat.'' (Amsal 20:18)

Kita semua setuju bahwa singa adalah binatang buas yang sangat kuat. Namun apa jadinya jika singa diajak berkelahi di laut? Bisa dipastikan kekuatan singa tersebut menjadi tidak ada artinya. Sebaliknya, hiu adalah binatang yang memiliki kekuatan yang luar biasa di air, namun jika ikan tersebut berada di darat maka ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. ini pelajaran sederhana, tapi memiliki makna yang sangat dalam: ''Berperanglah di medan yang paling kita kuasai!''

Ribuan tahun yang lalu Sun Tzu, ahli perang Tiongkok yang sangat tersohor, merumuskan strategi perang paling ampuh, yaitu kenalilah kekuatan diri dan bertempurlah di medan perang yang paling kita kuasai. Fokuskan diri pada kelebihan dan bukan kekurangan kita. Hanya dengan cara inilah kita bisa memenangkan pertempuran kita.

Dalam dunia bisnis kita kerap menjumpai banyak orang berperang di medan bisnis yang tidak tepat. Hanya karena iming-iming profit yang tinggi dan cepat di bisnis saham, maka kita yang sama sekali awam dengan bisnis saham menceburkan diri untuk berperang dengan pialang saham yang lain. Akibatnya bisa ditebak, kita babak belur dan bangkrut total. Contoh yang lain, keahlian kita adalah di dunia industri, tapi karena melihat bisnis kuliner cukup menjanjikan, maka kita coba-coba menjadi pebisnis kuliner, akibatnya juga sama yaitu kita kalah perang.

Apakah itu berarti kita tidak bisa menyeberang ke medan bisnis lain? Jawabannya bisa! Asal kita bisa berkolaborasi dengan ''Jenderal perang'' yang benar-benar ahli di medan tersebut. Selama kita tidak menemukan partner yang tepat, jangan coba-coba nekat perang karena kita pasti hancur. Ingatlah bahwa Tuhan memberikan keunikan dan kelebihan kepada masing-masing orang dengan tujuan supaya kita semua memaksimalkan keunikan dan kelebihan kita. Itulah medan perang yang perlu kita garap. Jangan mudah silau dengan medan bisnis lain yang sepertinya sangat menjanjikan tapi bisa menjadi bumerang bagi kita.

Tuhan Yesus Memberkati