Seorang bos di sebuah perusahaan besar, tiba-tiba melakukan inspeksi mendadak ke pabriknya untuk melihat kinerja para karyawannya. Di Pabrik, ia menemukan seorang pria muda yang tengah bersandar di dekat pintu. Tampaknya ia tengah bersantai, padahal semua pekerja yang ada di ruangan itu tengah sibuk bekerja, kecuali dirinya.
Si bos segera menghampiri pemuda tersebut dan bertanya, ''Berapa gajimu seminggu?''
dengan sedikit terkejut, pemuda itu melihat ke arah si bos dan berkata, ''Hmmmm...sekitar Rp 200.000 per minggu, kenapa memangnya?''
Si bos mengeluarkan dompetnya dan mengambil empat lembar uang 100 ribu-an. Ia lalu mengulurkannya kepada si pemuda sambil berkata, ''Ini gajimu untuk dua minggu dan cepat pergi dari sini. Aku tak mau melihatmu lagi''
Dengan keterkejutan luar biasa dan juga takut, si pemuda segera meninggalkan tempat tersebut tanpa banyak bicara. Lalu dengan muka berwibawa si bos melihat para stafnya yang sedari tadi memperhatikan adegan itu.
''Adakah yang tahu, dari divisi manakah pemuda pemalas tersebut? '' Tanya si bos.
Suasana menjadi hening sampai akhirnya seorang staf menjawab dengan sedikit ketakutan, ''Ia tak bekerja di sini Pak. Ia adalah pengantar pizza yang mengantar pesanan bagian personalia.''
Hanya gara-gara terlampau emosional, tanpa dilengkapi dengan dasar-dasar yang kuat dan tanpa adanya komunikasi yang benar, si bos telah menderita kerugian uang sejumlah Rp. 400.000 akibat keputusan salah yang telah diambilnya. Untung hanya empat ratus ribu rupiah, bagaimana kalau keputusan yang tanpa dasar itu meyebabkan kerugian yang jauh lebih besar?
Seringkali kita juga melakukan hal yang sama, mungkin bukan kerugian dalam bentuk materi yang kita dapatkan, namun kerugian dalam bentuk lainnya berupa, hilangnya teman, hubungan yang renggang dengan pasangan hidup kita, dengan saudara kita, ataupun dengan rekan kerja kita. Terkadang, dalam menyikapi sesuatu, entah itu hal-hal yang kita lihat atau hal-hal yang kita dengar, kita langsung bertindak secara emosional, tanpa mempertimbangkan kebenaran dari hal-hal tersebut.
Jadi, sebelum mengambil sebuah kesimpulan ataupun keputusan, ada baiknya kita mempunyai alasan-alasan yang tepat, dasar-dasar yang benar dan bukti-bukti yang akurat untuk mendukung kesimpulan kita, baru setelah itu kita dapat memutuskan secara tepat dan benar.
''Ya kesenangannya ialah takut akan TUHAN, Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.'' (Yesaya 11:3)
Tuhan Yesus Memberkati
Si bos segera menghampiri pemuda tersebut dan bertanya, ''Berapa gajimu seminggu?''
dengan sedikit terkejut, pemuda itu melihat ke arah si bos dan berkata, ''Hmmmm...sekitar Rp 200.000 per minggu, kenapa memangnya?''
Si bos mengeluarkan dompetnya dan mengambil empat lembar uang 100 ribu-an. Ia lalu mengulurkannya kepada si pemuda sambil berkata, ''Ini gajimu untuk dua minggu dan cepat pergi dari sini. Aku tak mau melihatmu lagi''
Dengan keterkejutan luar biasa dan juga takut, si pemuda segera meninggalkan tempat tersebut tanpa banyak bicara. Lalu dengan muka berwibawa si bos melihat para stafnya yang sedari tadi memperhatikan adegan itu.
''Adakah yang tahu, dari divisi manakah pemuda pemalas tersebut? '' Tanya si bos.
Suasana menjadi hening sampai akhirnya seorang staf menjawab dengan sedikit ketakutan, ''Ia tak bekerja di sini Pak. Ia adalah pengantar pizza yang mengantar pesanan bagian personalia.''
Hanya gara-gara terlampau emosional, tanpa dilengkapi dengan dasar-dasar yang kuat dan tanpa adanya komunikasi yang benar, si bos telah menderita kerugian uang sejumlah Rp. 400.000 akibat keputusan salah yang telah diambilnya. Untung hanya empat ratus ribu rupiah, bagaimana kalau keputusan yang tanpa dasar itu meyebabkan kerugian yang jauh lebih besar?
Seringkali kita juga melakukan hal yang sama, mungkin bukan kerugian dalam bentuk materi yang kita dapatkan, namun kerugian dalam bentuk lainnya berupa, hilangnya teman, hubungan yang renggang dengan pasangan hidup kita, dengan saudara kita, ataupun dengan rekan kerja kita. Terkadang, dalam menyikapi sesuatu, entah itu hal-hal yang kita lihat atau hal-hal yang kita dengar, kita langsung bertindak secara emosional, tanpa mempertimbangkan kebenaran dari hal-hal tersebut.
Jadi, sebelum mengambil sebuah kesimpulan ataupun keputusan, ada baiknya kita mempunyai alasan-alasan yang tepat, dasar-dasar yang benar dan bukti-bukti yang akurat untuk mendukung kesimpulan kita, baru setelah itu kita dapat memutuskan secara tepat dan benar.
''Ya kesenangannya ialah takut akan TUHAN, Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.'' (Yesaya 11:3)
Tuhan Yesus Memberkati