''Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.'' (Yakobus 1:19)
Seorang pemuda baru saja bekerja menjadi satpam di rumah seorang jutawan. Satu hari, ia sedang berkeliling di kediaman sang jutawan yang sangat luas tapi sepi. Tiba-tiba, ia melihat seorang pria sedang mengendap-endap masuk dari pintu belakang. ''Pencuri!'' Pikirnya. Dugaannya makin bulat saat pria asing itu menuju garasi mobil mewah si jutawan. Sebelum sesuatu terjadi, si satpam segera membekuknya. ''Kamu mau mencuri ya!'' Tuduh si satpam sambil menggelandang pria itu ke posnya.
''Bukan..'' Kata pria itu. ''Diam!!'' Bentak si satpam lagi. ''Saya tidak...'' ''Pokoknya diam!'' Potong si satpam. ''Tapi Pak.. ''Karena jengkel, si satpam lalu memukuli pria tersebut sampai ia tak berani bicara lagi. ''Kamu akan masuk penjara.Tunggu kalau bosku sudah pulang dari pernikahan anaknya. ''Kata si satpam. Pria yang babak belur itu berkata lemah, ''Tapi, sayalah mempelai prianya...''
Diakui atau tidak, banyak pertengkaran dan kebuntuan komunikasi terjadi karena orang suka buru-buru membuat kesimpulan sebelum mendengarkan. Seperti halnya ilustrasi di atas, kita tidak lagi mau mendengarkan orang lain karena kita sudah membuat kesimpulan sendiri. Tidak heran, biasanya yang terjadi adalah ucapan kita akan penuh dengan tudingan, tuduhan, dan kata ''kamu''.
Tepatlah jika satu kata bijak berkata, ''Jika kita suka melompat langsung kepada kesimpulan, Kita seringkali akan melewatkan kebenarannya.''
Jika dalam perdebatan, kalimat kita mulai dominasi kata ''kamu'', coba ganti kalimat itu dengan ''saya'' Jelaskan bagaimana perasaan kita sambil tetap melihat dengan objektif. Daripada berkata, ''Kamu memang tidak pernah mendengarkanku'', lebih baik berkata, ''Saya harap pertanyaan saya ditanggapi dulu.'' Ini yang disebut komunikasi asertif. Asertif berarti tegas tapi tidak menyerang.
Perdebatan sering berlarut-larut karena kedua pihak tidak secara jelas menyatakan pendapatnya sehingga keduanya saling membuat kesimpulan sendiri. selain itu, ingat bahwa tujuan berkomunikasi adalah mencari titik temu, bukan pembenaran pendapat pribadi.
Tuhan Yesus Memberkati