''Jawab mereka: ''Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.'' (Matius 14:17)
Sebuah gereja hendak mengadakan acara perjamuan kasih pada ibadah tengah pekan. Kepada jemaat diumumkan agar masing-masing membawa roti dan sebotol kecil anggur. Maksudnya, nanti tiap makanan itu akan dikumpulkan menjadi satu untuk disantap bersama-sama. Sedang anggurnya akan dituang menjadi satu dalam satu tong sebagai minumannya. Seorang jemaat lalu berpikir dalam hati. ''Kenapa harus bawa anggur, toh yang lain juga sudah bawa? Kalaupun aku membawa air putih saja tentu tidak akan berpengaruh jika sudah bercampur dengan anggur lainnya.'' Acara perjamuan kasih pun dimulai. Betapa kagetnya semua jemaat itu sebab ternyata yang mereka minum ternyata hanya air biasa dan bukannya anggur. Mengapa bisa demikian? Selidik punya selidik ternyata semua jemaat punya pikiran yang sama seperti jemaat yang membawa air putih itu. ''Toh hanya saya, pasti tidak ada pengaruhnya!'' katanya.
Kisah yang sangat menggelikan, bukan? Sekarang perhatikan bacaan firman Tuhan hari ini. Dari sekian ribu orang yang mengikuti perjalanan Yesus, ternyata hanya ada seorang anak kecil yang dengan rela menyerahkan lima roti dan dua ikan yang menjadi bekalnya. Bagaimana dengan yang lain? Apakah memang tak seorangpun yang membawa bekal? Kemungkinan besar tidak. Tapi, jelas tak satupun yang rela menyerahkan selain anak itu. Mereka mungkin juga berpikir, ''Toh bekal saya hanya sedikit, tidak akan berpengaruh untuk ribuan orang ini. Banyak orang punya lebih dariku. Itu tugas mereka!''
Nah, berapa banyak kita yang sering berpikir demikian dalam hal memberi, berbagi, dan melayani?
Yesus sangat menghargai apa pun yang kita serahkan kepada-Nya. Sesederhana apapun yang kita punya, Yesus menghargai karena ketaatan dan iman kita. Kenyataannya, Tuhan yang Maha Adil pasti juga akan lebih melimpahkan berkat kepada mereka yang mau dengan rela dan tulus berani memberi. Persembahkan yang terbaik dari apapun yang kita punya kepada -Nya. Ingatlah bahwa Tuhan tidak melihat kuantitasnya, melainkan kualitas, yaitu sikap hati kita.
Di tangan Tuhan, hal yang paling sederhana pun dapat menjadi sesuatu yang besar.
Tuhan Yesus Memberkati
Passionate Journey Into Life's Purpose
Rabu, 24 November 2010
Menangkap Rembulan
''Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.''(Keluaran 20:3)
Seekor burung hantu merasa kesal karena bulan tidak bisa selalu muncul di malam hari. Ia bertekad, ''Nanti, ketika malam bulan purnama tiba, aku akan menangkap bulan! Akan kusimpan di puncak pohon tertinggi, supaya ketika malam tiba, aku bisa menikmati cahayanya sepuasnya. Malam akan selalu jadi terang. Tidak perlu lagi berlama-lama menunggu malam purnama tiba.'' Pikir si burung hantu. Hingga malam bulan purnama yang di nanti pun tiba, burung hantu bersiap di puncak pohon tertinggi. Tekadnya bulat, malam ini ia akan menangkap bulan. Setitik cahaya muncul dari balik bukit. Dengan bersemangat, burung hantu terbang kencang menuju sumber cahaya. Makin dekat dan makin dekat. Bulan pun tampak makin besar. Burung hantu terus terbang. Makin kencang dan makin kencang. Cakarnya sudah siap menangkap bulan ketika tiba-tiba saja...Duaaar!!! Tubuhnya terpental, terkapar berlumuran darah, sekarat di atas aspal. Rupanya, burung hantu itu bukannya menangkap bulan, tapi ia menbrak lampu mobil yang datang dari balik bukit dengan kecepatan tinggi.
Kisah di atas cuma dongeng, tapi kita tahu, banyak hal mengerikan terjadi ketika orang nekad, rela melakukan apa saja untuk memenuhi kepuasan pribadinya. Wajah yang rusak karena melakukan operasi plastik, ruamh tangga hancur karena mengutamakan kesuksesan karier di atas segalanya, terlibat kasus korupsi karena ingin kaya, dan masih banyak contoh lainnya. Mungkin anda setuju, dalam hidup, kita tidak boleh memiliki sikap mudah berpuas diri. Tapi, tentu saja bukan berarti kita harus menjadi orang-orang ambisius yang tidak pernah bisa merasa puas. Apalagi sampai nekad, rela melakukan apa saja untuk memenuhi kepuasan pribadi. Saat ini, apakah Tuhan masih menjadi sosok yang istimewa dalam hidup kita? Atau jangan-jangan sudah ada hal lain yang menggantikan-Nya? Dalam menjalani hidup, kita semua punya mimpi-mimpi. Tapi, lebih dari mimpi-mimpi tersebut, kiranya sementara kita berlari mengejar mimpi-mimpi, kita tetap menyertakan Tuhan senantiasa. Jangan sekali-kali melupakan-Nya sebab apapun yang terjadi Ia harus tetap menjadi yang terutama.
Tuhan Yesus Memberkati
Seekor burung hantu merasa kesal karena bulan tidak bisa selalu muncul di malam hari. Ia bertekad, ''Nanti, ketika malam bulan purnama tiba, aku akan menangkap bulan! Akan kusimpan di puncak pohon tertinggi, supaya ketika malam tiba, aku bisa menikmati cahayanya sepuasnya. Malam akan selalu jadi terang. Tidak perlu lagi berlama-lama menunggu malam purnama tiba.'' Pikir si burung hantu. Hingga malam bulan purnama yang di nanti pun tiba, burung hantu bersiap di puncak pohon tertinggi. Tekadnya bulat, malam ini ia akan menangkap bulan. Setitik cahaya muncul dari balik bukit. Dengan bersemangat, burung hantu terbang kencang menuju sumber cahaya. Makin dekat dan makin dekat. Bulan pun tampak makin besar. Burung hantu terus terbang. Makin kencang dan makin kencang. Cakarnya sudah siap menangkap bulan ketika tiba-tiba saja...Duaaar!!! Tubuhnya terpental, terkapar berlumuran darah, sekarat di atas aspal. Rupanya, burung hantu itu bukannya menangkap bulan, tapi ia menbrak lampu mobil yang datang dari balik bukit dengan kecepatan tinggi.
Kisah di atas cuma dongeng, tapi kita tahu, banyak hal mengerikan terjadi ketika orang nekad, rela melakukan apa saja untuk memenuhi kepuasan pribadinya. Wajah yang rusak karena melakukan operasi plastik, ruamh tangga hancur karena mengutamakan kesuksesan karier di atas segalanya, terlibat kasus korupsi karena ingin kaya, dan masih banyak contoh lainnya. Mungkin anda setuju, dalam hidup, kita tidak boleh memiliki sikap mudah berpuas diri. Tapi, tentu saja bukan berarti kita harus menjadi orang-orang ambisius yang tidak pernah bisa merasa puas. Apalagi sampai nekad, rela melakukan apa saja untuk memenuhi kepuasan pribadi. Saat ini, apakah Tuhan masih menjadi sosok yang istimewa dalam hidup kita? Atau jangan-jangan sudah ada hal lain yang menggantikan-Nya? Dalam menjalani hidup, kita semua punya mimpi-mimpi. Tapi, lebih dari mimpi-mimpi tersebut, kiranya sementara kita berlari mengejar mimpi-mimpi, kita tetap menyertakan Tuhan senantiasa. Jangan sekali-kali melupakan-Nya sebab apapun yang terjadi Ia harus tetap menjadi yang terutama.
Tuhan Yesus Memberkati
Umpan Maut
Seorang Pendeta suatu hari sedang cuti di sebuah desa yang sejuk di kaki pegunungan. Ketika sedang santai menikmati pemandangan indah di sekitarnya, ia dikejutkan dengan pemandangan agak aneh: sekelompok babi berjalan mengikuti seorang pria menuju ke suatu tempat.
Timbul rasa ingin tahu pada Pendeta itu, sehingga ia mengikuti rombongan babi itu dari belakang. Ia ingin tahu sedang menuju ke manakah babi-babi itu. Akhirnya ia melihat babi-babi itu masuk ke rumah jagal dan mati disembelih untuk makanan manusia.
Pak Pendeta kemudian mendekati pria yang menggiring babi-babi itu dan bertanya: ''Pak, bolehkah aku bertanya apa rahasianya sehingga babi-babi itu kelihatnnya begitu taat kepadamu, sehingga engkau dengan mudah menggiring mereka masuk ke rumah jagal?''
Pria itu tersenyum dan berkata: ''Sebenarnya sih tidak ada rahasia, pada tanganku aku memegang sebuah wadah yang penuh dengan makanan yang disukai babi-babi itu, dan sambil berjalan kujatuhkan sedikit dari makanan itu ke tanah dan babi-babi itu memakannya dengan lahap. Demikian seterusnya, sampai akhirnya tiba di rumah jagal.''
Melalui peristiwa ini kita mendapat sebuah pengertian baru tentang cara kerja si iblis. Bukankah iblis juga memegang makanan yang disukai manusia pada tangannya sebagai umpan, dan di sepanjang jalan kehidupan dia jatuhkan sedikit demi sedikit, lalu manusia yang bodoh memakan umpan ini tanpa tahu bahwa perjalanan yang penuh dengan umpan iblis itu ujungnya menuju maut. Demikian terus-menerus, sedikit demi sedikit, satu umpan disusul dengan umpan yang berikutnya sampai akhirnya tanpa disadari orang itu masuk ke dalam neraka! Mari berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini, jangan mau tertipu oleh umpan dari si iblis yang kelihatannya nikmat hanya sesaat saja, padahal ujungnya menuju kepada kematian kekal.
''Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.'' (1 Petrus 5:8)
Tuhan Yesus Memberkati
Timbul rasa ingin tahu pada Pendeta itu, sehingga ia mengikuti rombongan babi itu dari belakang. Ia ingin tahu sedang menuju ke manakah babi-babi itu. Akhirnya ia melihat babi-babi itu masuk ke rumah jagal dan mati disembelih untuk makanan manusia.
Pak Pendeta kemudian mendekati pria yang menggiring babi-babi itu dan bertanya: ''Pak, bolehkah aku bertanya apa rahasianya sehingga babi-babi itu kelihatnnya begitu taat kepadamu, sehingga engkau dengan mudah menggiring mereka masuk ke rumah jagal?''
Pria itu tersenyum dan berkata: ''Sebenarnya sih tidak ada rahasia, pada tanganku aku memegang sebuah wadah yang penuh dengan makanan yang disukai babi-babi itu, dan sambil berjalan kujatuhkan sedikit dari makanan itu ke tanah dan babi-babi itu memakannya dengan lahap. Demikian seterusnya, sampai akhirnya tiba di rumah jagal.''
Melalui peristiwa ini kita mendapat sebuah pengertian baru tentang cara kerja si iblis. Bukankah iblis juga memegang makanan yang disukai manusia pada tangannya sebagai umpan, dan di sepanjang jalan kehidupan dia jatuhkan sedikit demi sedikit, lalu manusia yang bodoh memakan umpan ini tanpa tahu bahwa perjalanan yang penuh dengan umpan iblis itu ujungnya menuju maut. Demikian terus-menerus, sedikit demi sedikit, satu umpan disusul dengan umpan yang berikutnya sampai akhirnya tanpa disadari orang itu masuk ke dalam neraka! Mari berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini, jangan mau tertipu oleh umpan dari si iblis yang kelihatannya nikmat hanya sesaat saja, padahal ujungnya menuju kepada kematian kekal.
''Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.'' (1 Petrus 5:8)
Tuhan Yesus Memberkati
Bayar Hari Ini
''Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi?'' (Pengkhotbah 9:10).
Sebuah SPBU memasang baliho besar berisi tulisan ''Bayar hari ini, besok gratis.'' Melihat baliho itu, para pengemudi mobil dan motor ramai-ramai mengisi bensin di SPBU itu dengan harapan besok mendapatkan bensin gratis. Esoknya, para pembeli yang kemaren membeli kembali datang dan minta bensin gratis sesuai apa yang tertulis di baliho. Namun, petugas SPBU dengan ringan menjawab ''Hari ini bayar, besok baru gratis.'' Para pembeli itu akhirnya mengisi bensin dengan membayar dan pulang dengan menggerutu karena meraka sadar bahwa yang disebut besok itu memang tak akan pernah datang karena SPBU itu tak menuliskan secara jelas kapan.
Kisah tentang baliho SPBU itu memberi satu pesan kepada kita untuk jangan pernah menunda-nunda menyelesaikan segala sesuatu yang bisa kita kerjakan hari ini. Hari ini memiliki masalahnya sendiri dan hari esok memiliki masalahnya sendiri sehingga jangan pernah menunda-nunda membereskan segala sesuatu. Orang yang selalu menunda-nunda melakukan sesuatu seringkali menjadi yang paling mudah digilas oleh perubahan zaman. Orang yang selalu menunda-nunda belajar menggunakan komputer misalnya, akan menyesali diri saat segala sesuatu kemudian telah dikomputerisasi. Orang yang menunda-nunda pekerjaan sampai tenggang waktu yang ditetapkan akan terpaksa lembur dan sangat menderita karena harus mati-matian menyelesaikan pekerjaan. Orang yang suka menunda-nunda memperbaiki dan menservice mobilnya ke bengkel akan sangat menyesal saat mendadak mobilnya mogok justru ketika dia sangat membutuhkannya.
Keberhasilan dan kemenangan hanya mampu kita miliki kalau kita memiliki kebiasaan menyelesaikan segala sesuatu dengan segera dan menghargai waktu. Nyatanya, seringkali hari esok yang kita nantikan itu juga ditentukan oleh hari ini. Kesempatan yang kita punya untuk melakukan yang terbaik adalah hari ini. Oleh karena itu, prinsip yang harus kita pegang adalah: bekerjalah seakan ini hari terakhir kita hidup di dunia dan gantunglah mimpi kita setinggi langit seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi.
Waktu yang ada hari ini adalah kesempatan terbaik yang kita miliki.
Tuhan Yesus Memberkati
Sebuah SPBU memasang baliho besar berisi tulisan ''Bayar hari ini, besok gratis.'' Melihat baliho itu, para pengemudi mobil dan motor ramai-ramai mengisi bensin di SPBU itu dengan harapan besok mendapatkan bensin gratis. Esoknya, para pembeli yang kemaren membeli kembali datang dan minta bensin gratis sesuai apa yang tertulis di baliho. Namun, petugas SPBU dengan ringan menjawab ''Hari ini bayar, besok baru gratis.'' Para pembeli itu akhirnya mengisi bensin dengan membayar dan pulang dengan menggerutu karena meraka sadar bahwa yang disebut besok itu memang tak akan pernah datang karena SPBU itu tak menuliskan secara jelas kapan.
Kisah tentang baliho SPBU itu memberi satu pesan kepada kita untuk jangan pernah menunda-nunda menyelesaikan segala sesuatu yang bisa kita kerjakan hari ini. Hari ini memiliki masalahnya sendiri dan hari esok memiliki masalahnya sendiri sehingga jangan pernah menunda-nunda membereskan segala sesuatu. Orang yang selalu menunda-nunda melakukan sesuatu seringkali menjadi yang paling mudah digilas oleh perubahan zaman. Orang yang selalu menunda-nunda belajar menggunakan komputer misalnya, akan menyesali diri saat segala sesuatu kemudian telah dikomputerisasi. Orang yang menunda-nunda pekerjaan sampai tenggang waktu yang ditetapkan akan terpaksa lembur dan sangat menderita karena harus mati-matian menyelesaikan pekerjaan. Orang yang suka menunda-nunda memperbaiki dan menservice mobilnya ke bengkel akan sangat menyesal saat mendadak mobilnya mogok justru ketika dia sangat membutuhkannya.
Keberhasilan dan kemenangan hanya mampu kita miliki kalau kita memiliki kebiasaan menyelesaikan segala sesuatu dengan segera dan menghargai waktu. Nyatanya, seringkali hari esok yang kita nantikan itu juga ditentukan oleh hari ini. Kesempatan yang kita punya untuk melakukan yang terbaik adalah hari ini. Oleh karena itu, prinsip yang harus kita pegang adalah: bekerjalah seakan ini hari terakhir kita hidup di dunia dan gantunglah mimpi kita setinggi langit seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi.
Waktu yang ada hari ini adalah kesempatan terbaik yang kita miliki.
Tuhan Yesus Memberkati
Menjaga Hubungan
''Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1)
Di suatu pasar tradisional di Yogyakarta, seorang ibu penjual klepon (makanan tradisional jawa) baru saja menggelar dagangannya ketika seorang turis asing mendatanginya. Turis itu bermaksud memborong seluruh klepon dagangannya dengan harga lebih tinggi. Namun di luar dugaan, ibu tersebut menolaknya. Mengapa? Ia bersedia dagangannya dibeli, tapi ia tidak setuju apabila diborong semua. Ibu tersebut malah menunjukkan lokasi penjual-penjual klepon lain di pasar tersebut. Ternyata ia memiliki alasan yang kuat melakukan hal tersebut. Yang pertama adalah ia ingin berbagi rejeki dengan pedagang klepon lainnya. Yang kedua, ibu itu memiliki pelanggan yang selalu datang di jam tertentu untuk membeli kleponnya. Ia tidak ingin mengecewakan pelanggan-pelanggan setianya. Dari ibu yang sederhan itu, kita bisa belajar dua hal penting tentang relasi dalam dunia kerja.
Dalam buku ''Managing Ethic Business'', Linda Klebe Trevino dan Katherine A. Nelson mengajukan pertanyaan: ''Apakah di dalam bisnis harus selalu ada pihak yang menang dan kalah?'' Apakah bisnis yang berhasil adalah semata-mata ketika kita meraih keuntungan? Ternyata tidak. Di dalam bisnis kita disebut punya keberhasilan sejati jika kita bisa merayakan kesuksesan bersama dengan rekan bahkan kompetitor kita. Kita dapat meraup keuntungan sembari yang lain juga dapat diuntungkan. Ibu penjual klepon itu mungkin tak mengerti teori bisnis, tetapi dia sukses mempraktekkan apa yang dikatakan Linda dan Katherine. Meraih keuntungan sekaligus mengembangkan hubungan.
Hubungan memang tak tergantikan. Sukses dalam membina hubungan akan memberi keuntungan pada diri kita sendiri untuk jangka panjang. Ibu penjual klepon itu sadar, ada waktunya nanti dia juga akan butuh bantuan dari rekan-rekannya sesama penjual klepon. Ia juga mengerti ia dapat kehilangan pelanggan-pelanggan setianya ketika ia didapati ''tidak setia'' dan tidak menepati janji. Bagimana dengan kita? Ingatlah bahwa hubungan yang terjaga akan memberi keuntungan yang lebih panjang dari pada keuntungan besar yang singkat. Prinsip menjaga hubungan inilah yang perlu kita jadikan salah satu prinsip dalam bisnis kita.
Kesuksesan membina hubungan akan membawa sukses dalam jangka panjang.
Tuhan Yesus Memberkati
Di suatu pasar tradisional di Yogyakarta, seorang ibu penjual klepon (makanan tradisional jawa) baru saja menggelar dagangannya ketika seorang turis asing mendatanginya. Turis itu bermaksud memborong seluruh klepon dagangannya dengan harga lebih tinggi. Namun di luar dugaan, ibu tersebut menolaknya. Mengapa? Ia bersedia dagangannya dibeli, tapi ia tidak setuju apabila diborong semua. Ibu tersebut malah menunjukkan lokasi penjual-penjual klepon lain di pasar tersebut. Ternyata ia memiliki alasan yang kuat melakukan hal tersebut. Yang pertama adalah ia ingin berbagi rejeki dengan pedagang klepon lainnya. Yang kedua, ibu itu memiliki pelanggan yang selalu datang di jam tertentu untuk membeli kleponnya. Ia tidak ingin mengecewakan pelanggan-pelanggan setianya. Dari ibu yang sederhan itu, kita bisa belajar dua hal penting tentang relasi dalam dunia kerja.
Dalam buku ''Managing Ethic Business'', Linda Klebe Trevino dan Katherine A. Nelson mengajukan pertanyaan: ''Apakah di dalam bisnis harus selalu ada pihak yang menang dan kalah?'' Apakah bisnis yang berhasil adalah semata-mata ketika kita meraih keuntungan? Ternyata tidak. Di dalam bisnis kita disebut punya keberhasilan sejati jika kita bisa merayakan kesuksesan bersama dengan rekan bahkan kompetitor kita. Kita dapat meraup keuntungan sembari yang lain juga dapat diuntungkan. Ibu penjual klepon itu mungkin tak mengerti teori bisnis, tetapi dia sukses mempraktekkan apa yang dikatakan Linda dan Katherine. Meraih keuntungan sekaligus mengembangkan hubungan.
Hubungan memang tak tergantikan. Sukses dalam membina hubungan akan memberi keuntungan pada diri kita sendiri untuk jangka panjang. Ibu penjual klepon itu sadar, ada waktunya nanti dia juga akan butuh bantuan dari rekan-rekannya sesama penjual klepon. Ia juga mengerti ia dapat kehilangan pelanggan-pelanggan setianya ketika ia didapati ''tidak setia'' dan tidak menepati janji. Bagimana dengan kita? Ingatlah bahwa hubungan yang terjaga akan memberi keuntungan yang lebih panjang dari pada keuntungan besar yang singkat. Prinsip menjaga hubungan inilah yang perlu kita jadikan salah satu prinsip dalam bisnis kita.
Kesuksesan membina hubungan akan membawa sukses dalam jangka panjang.
Tuhan Yesus Memberkati
Senin, 22 November 2010
Jangan Menjadi Tuhan
Linda adalah seorang istri dan ibu yang perfeksionis. Ia menjaga rumah tetap bersih, memasak makanan yang sangat enak, dan juga menjadi sukarelawan di gereja, di sekolah anak-anaknya, dan komunitasnya. Ia berusaha menjadi segalanya bagi semua orang, dan seringkali frustasi dan terkuras fisiknya. Namun tetap saja ia tidak mau melepaskan yang mana pun dari komitmennya atau menurunkan standarnya. Ia merasa ia harus sempurna dan melakukan segala sesuatu yang dilakukannya untuk mempertahankan cinta suaminya.
Krisis menimpa Linda ketika suaminya berkata kepadanya bahwa ia akan meninggalkan Linda bila Linda tidak menguangi kesibukannya dan melepaskan beberapa tanggung jawabnya. Linda merespons dengan marah dan mengambil lebih banyak tanggung jawab dari pada sebelumnya. Ia akhirnya masuk rumah sakit karena kelelahan. Sewaktu dirawat di rumah sakit, Linda takut segalanya akan kacau balau karena ia tidak ada di rumah dan komunitasnya. Ketika ia melihat bahwa dunia tetap berputar tanpa dirinya, anak-anaknya tetap mengenakan pakaian bersih, makanan tetap tersedia, Linda mulai santai untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun. Hasilnya bukan saja pemulihan kesehatannya sendiri, melainkan hubungannya dengan keluarganya juga dikuatkan.
Kita bukanlah Tuhan yang bisa melakukan segala sesuatunya untuk setiap orang dengan sempurna. Lakukanlah apa yang harus kita lakukan dengan baik, namun buatlah pilihan kita dengan bijak, dan batasilah pada apa yang benar-benar dibutuhkan, dan benar-benar menjadi bidang keahlian kita, karena membaktikan sebagian kecil dari diri kita pada segala-galanya berarti justru tidak membaktikan sebagian besar dari diri kita.
''Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.' (Roma 12:3)
Tuhan Yesus Memberkati
Krisis menimpa Linda ketika suaminya berkata kepadanya bahwa ia akan meninggalkan Linda bila Linda tidak menguangi kesibukannya dan melepaskan beberapa tanggung jawabnya. Linda merespons dengan marah dan mengambil lebih banyak tanggung jawab dari pada sebelumnya. Ia akhirnya masuk rumah sakit karena kelelahan. Sewaktu dirawat di rumah sakit, Linda takut segalanya akan kacau balau karena ia tidak ada di rumah dan komunitasnya. Ketika ia melihat bahwa dunia tetap berputar tanpa dirinya, anak-anaknya tetap mengenakan pakaian bersih, makanan tetap tersedia, Linda mulai santai untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun. Hasilnya bukan saja pemulihan kesehatannya sendiri, melainkan hubungannya dengan keluarganya juga dikuatkan.
Kita bukanlah Tuhan yang bisa melakukan segala sesuatunya untuk setiap orang dengan sempurna. Lakukanlah apa yang harus kita lakukan dengan baik, namun buatlah pilihan kita dengan bijak, dan batasilah pada apa yang benar-benar dibutuhkan, dan benar-benar menjadi bidang keahlian kita, karena membaktikan sebagian kecil dari diri kita pada segala-galanya berarti justru tidak membaktikan sebagian besar dari diri kita.
''Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.' (Roma 12:3)
Tuhan Yesus Memberkati
Sabtu, 06 November 2010
Tak Bisa Sendiri
''Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.'' (1 Korintus 3:9)
Alex Haley, penulis buku laris ''Roots'', selalu memasang gambar kura-kura yang berada di atas pagar tinggi, di dalam kantornya. Gambar ini cukup unik karena tidak mungkin kura-kura bisa memanjat pagar tapi kenyataanya toh kura-kura tersebut berada di atas pagar. Alex Haley berkata, ''Bila Anda melihat seekor kura-kura bertengger di atas pagar, Anda tahu bahwa binatang itu bisa sampai ke sana karena ada orang yang mengangkatnya.'' Haley memasang gambar kura-kura tersebut menjadi pengingat dirinya bahwa kesuksesan tidak akan pernah bisa dicapai seorang diri. Kesuksesan terjadi karena ada orang lain yang menolongnya untuk naik.
Karena itu sangatlah menggelikan melihat kenyataan bahwa beberapa orang menyombongkan kesuksesannya sendiri, seolah-olah kesuksesannya tersebut merupakan hasil kerjanya sendiri saja. Coba kita pikir lebih sederhana, mungkinkah seseorang bisa sukses tanpa bantuan orang lain?
Mungkinkah seorang konglomerat bisa sukses kalau dia tidak dibantu oleh staf dan karyawannya? Demikian juga halnya kemenangan seorang atlet tidak akan pernah bisa dipisahkan oleh dukungan dan bantuan tim pendukungnya. Dalam olahraga balap motor misalnya, kemenangan seorang bintang balap pun tidak lepas dari pelatih, teknisi motor, dan seluruh tim.
Kita tidak akan pernah bisa meraih puncak sukses seorang diri. Cara pandang ini menghindarkan kita dari sikap sombong, menghilangkan sikap percaya diri yang berlebihan, dan membuat kita lebih menghargai orang-orang yang ada di sekeliling kita. Jika kita seorang pemimpin tertinggi dalam sebuah perusahaan, apakah kita juga menghargai seluruh karyawan kita, termasuk karyawan yang bekerja dalam bagian yang sangat sederhana seperti penjaga keamanan, office boy, atau pekerja kasar? Bagaimana seandainya satu hari saja mereka semua memutuskan untuk tidak masuk kerja? Bukankah harus disadari bahwa kinerja perusahaan pasti terganggu? Ini bukti bahwa setiap orang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan kita. Kita tak ubahnya seperti kura-kura yang bisa naik ke pagar karena ada banyak orang yang mengangkat kita.
Di balik setiap kesuksesan, selalu ada orang-orang yang mendukungnya.
Tuhan Yesus Memberkati
Bayar Hari Ini
''Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi?'' (Pengkhotbah 9:10)
Sebuah SPBU memasang baliho besar berisi tulisan ''Bayar hari ini, besok gratis.'' Melihat baliho itu, para pengemudi mobil dan motor ramai-ramai mengisi bensin di SPBU itu dengan harapan besok mendapatkan bensin gratis. Esoknya, para pembeli yang kemaren membeli kembali datang dan minta bensin gratis sesuai apa yang tertulis di baliho. Namun, petugas SPBU dengan ringan menjawab ''Hari ini bayar, besok baru gratis.'' Para pembeli itu akhirnya mengisi bensin dengan membayar dan pulang dengan menggerutu karena meraka sadar bahwa yang disebut besok itu memang tak akan pernah datang karena SPBU itu tak menuliskan secara jelas kapan.
Kisah tentang baliho SPBU itu memberi satu pesan kepada kita untuk jangan pernah menunda-nunda menyelesaikan segala sesuatu yang bisa kita kerjakan hari ini. Hari ini memiliki masalahnya sendiri dan hari esok memiliki masalahnya sendiri sehingga jangan pernah menunda-nunda membereskan segala sesuatu. Orang yang selalu menunda-nunda melakukan sesuatu seringkali menjadi yang paling mudah digilas oleh perubahan zaman. Orang yang selalu menunda-nunda belajar menggunakan komputer misalnya, akan menyesali diri saat segala sesuatu kemudian telah dikomputerisasi. Orang yang menunda-nunda pekerjaan sampai tenggang waktu yang ditetapkan akan terpaksa lembur dan sangat menderita karena harus mati-matian menyelesaikan pekerjaan. Orang yang suka menunda-nunda memperbaiki dan menservice mobilnya ke bengkel akan sangat menyesal saat mendadak mobilnya mogok justru ketika dia sangat membutuhkannya.
Keberhasilan dan kemenangan hanya mampu kita miliki kalau kita memiliki kebiasaan menyelesaikan segala sesuatu dengan segera dan menghargai waktu. Nyatanya, seringkali hari esok yang kita nantikan itu juga ditentukan oleh hari ini. Kesempatan yang kita punya untuk melakukan yang terbaik adalah hari ini. Oleh karena itu, prinsip yang harus kita pegang adalah: bekerjalah seakan ini hari terakhir kita hidup di dunia dan gantunglah mimpi kita setinggi langit seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi.
Waktu yang ada hari ini adalah kesempatan terbaik yang kita miliki.
Tuhan Yesus Memberkati
Sebuah SPBU memasang baliho besar berisi tulisan ''Bayar hari ini, besok gratis.'' Melihat baliho itu, para pengemudi mobil dan motor ramai-ramai mengisi bensin di SPBU itu dengan harapan besok mendapatkan bensin gratis. Esoknya, para pembeli yang kemaren membeli kembali datang dan minta bensin gratis sesuai apa yang tertulis di baliho. Namun, petugas SPBU dengan ringan menjawab ''Hari ini bayar, besok baru gratis.'' Para pembeli itu akhirnya mengisi bensin dengan membayar dan pulang dengan menggerutu karena meraka sadar bahwa yang disebut besok itu memang tak akan pernah datang karena SPBU itu tak menuliskan secara jelas kapan.
Kisah tentang baliho SPBU itu memberi satu pesan kepada kita untuk jangan pernah menunda-nunda menyelesaikan segala sesuatu yang bisa kita kerjakan hari ini. Hari ini memiliki masalahnya sendiri dan hari esok memiliki masalahnya sendiri sehingga jangan pernah menunda-nunda membereskan segala sesuatu. Orang yang selalu menunda-nunda melakukan sesuatu seringkali menjadi yang paling mudah digilas oleh perubahan zaman. Orang yang selalu menunda-nunda belajar menggunakan komputer misalnya, akan menyesali diri saat segala sesuatu kemudian telah dikomputerisasi. Orang yang menunda-nunda pekerjaan sampai tenggang waktu yang ditetapkan akan terpaksa lembur dan sangat menderita karena harus mati-matian menyelesaikan pekerjaan. Orang yang suka menunda-nunda memperbaiki dan menservice mobilnya ke bengkel akan sangat menyesal saat mendadak mobilnya mogok justru ketika dia sangat membutuhkannya.
Keberhasilan dan kemenangan hanya mampu kita miliki kalau kita memiliki kebiasaan menyelesaikan segala sesuatu dengan segera dan menghargai waktu. Nyatanya, seringkali hari esok yang kita nantikan itu juga ditentukan oleh hari ini. Kesempatan yang kita punya untuk melakukan yang terbaik adalah hari ini. Oleh karena itu, prinsip yang harus kita pegang adalah: bekerjalah seakan ini hari terakhir kita hidup di dunia dan gantunglah mimpi kita setinggi langit seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi.
Waktu yang ada hari ini adalah kesempatan terbaik yang kita miliki.
Tuhan Yesus Memberkati
Kamis, 04 November 2010
Communication Breakdown
''Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.'' (Yakobus 1:19)
Seorang pemuda baru saja bekerja menjadi satpam di rumah seorang jutawan. Satu hari, ia sedang berkeliling di kediaman sang jutawan yang sangat luas tapi sepi. Tiba-tiba, ia melihat seorang pria sedang mengendap-endap masuk dari pintu belakang. ''Pencuri!'' Pikirnya. Dugaannya makin bulat saat pria asing itu menuju garasi mobil mewah si jutawan. Sebelum sesuatu terjadi, si satpam segera membekuknya. ''Kamu mau mencuri ya!'' Tuduh si satpam sambil menggelandang pria itu ke posnya.
''Bukan..'' Kata pria itu. ''Diam!!'' Bentak si satpam lagi. ''Saya tidak...'' ''Pokoknya diam!'' Potong si satpam. ''Tapi Pak.. ''Karena jengkel, si satpam lalu memukuli pria tersebut sampai ia tak berani bicara lagi. ''Kamu akan masuk penjara.Tunggu kalau bosku sudah pulang dari pernikahan anaknya. ''Kata si satpam. Pria yang babak belur itu berkata lemah, ''Tapi, sayalah mempelai prianya...''
Diakui atau tidak, banyak pertengkaran dan kebuntuan komunikasi terjadi karena orang suka buru-buru membuat kesimpulan sebelum mendengarkan. Seperti halnya ilustrasi di atas, kita tidak lagi mau mendengarkan orang lain karena kita sudah membuat kesimpulan sendiri. Tidak heran, biasanya yang terjadi adalah ucapan kita akan penuh dengan tudingan, tuduhan, dan kata ''kamu''.
Tepatlah jika satu kata bijak berkata, ''Jika kita suka melompat langsung kepada kesimpulan, Kita seringkali akan melewatkan kebenarannya.''
Jika dalam perdebatan, kalimat kita mulai dominasi kata ''kamu'', coba ganti kalimat itu dengan ''saya'' Jelaskan bagaimana perasaan kita sambil tetap melihat dengan objektif. Daripada berkata, ''Kamu memang tidak pernah mendengarkanku'', lebih baik berkata, ''Saya harap pertanyaan saya ditanggapi dulu.'' Ini yang disebut komunikasi asertif. Asertif berarti tegas tapi tidak menyerang.
Perdebatan sering berlarut-larut karena kedua pihak tidak secara jelas menyatakan pendapatnya sehingga keduanya saling membuat kesimpulan sendiri. selain itu, ingat bahwa tujuan berkomunikasi adalah mencari titik temu, bukan pembenaran pendapat pribadi.
Tuhan Yesus Memberkati
Seorang pemuda baru saja bekerja menjadi satpam di rumah seorang jutawan. Satu hari, ia sedang berkeliling di kediaman sang jutawan yang sangat luas tapi sepi. Tiba-tiba, ia melihat seorang pria sedang mengendap-endap masuk dari pintu belakang. ''Pencuri!'' Pikirnya. Dugaannya makin bulat saat pria asing itu menuju garasi mobil mewah si jutawan. Sebelum sesuatu terjadi, si satpam segera membekuknya. ''Kamu mau mencuri ya!'' Tuduh si satpam sambil menggelandang pria itu ke posnya.
''Bukan..'' Kata pria itu. ''Diam!!'' Bentak si satpam lagi. ''Saya tidak...'' ''Pokoknya diam!'' Potong si satpam. ''Tapi Pak.. ''Karena jengkel, si satpam lalu memukuli pria tersebut sampai ia tak berani bicara lagi. ''Kamu akan masuk penjara.Tunggu kalau bosku sudah pulang dari pernikahan anaknya. ''Kata si satpam. Pria yang babak belur itu berkata lemah, ''Tapi, sayalah mempelai prianya...''
Diakui atau tidak, banyak pertengkaran dan kebuntuan komunikasi terjadi karena orang suka buru-buru membuat kesimpulan sebelum mendengarkan. Seperti halnya ilustrasi di atas, kita tidak lagi mau mendengarkan orang lain karena kita sudah membuat kesimpulan sendiri. Tidak heran, biasanya yang terjadi adalah ucapan kita akan penuh dengan tudingan, tuduhan, dan kata ''kamu''.
Tepatlah jika satu kata bijak berkata, ''Jika kita suka melompat langsung kepada kesimpulan, Kita seringkali akan melewatkan kebenarannya.''
Jika dalam perdebatan, kalimat kita mulai dominasi kata ''kamu'', coba ganti kalimat itu dengan ''saya'' Jelaskan bagaimana perasaan kita sambil tetap melihat dengan objektif. Daripada berkata, ''Kamu memang tidak pernah mendengarkanku'', lebih baik berkata, ''Saya harap pertanyaan saya ditanggapi dulu.'' Ini yang disebut komunikasi asertif. Asertif berarti tegas tapi tidak menyerang.
Perdebatan sering berlarut-larut karena kedua pihak tidak secara jelas menyatakan pendapatnya sehingga keduanya saling membuat kesimpulan sendiri. selain itu, ingat bahwa tujuan berkomunikasi adalah mencari titik temu, bukan pembenaran pendapat pribadi.
Tuhan Yesus Memberkati
Kamis, 30 September 2010
Jangan Kosongkan Botol(Manusia Rohani) Anda
Suatu hari seseorang meletakkan sebuah botol berisi penuh air, di halaman rumahnya yang terbuka, dia ingin tahu berapa lama air di dalam botol itu akan habis menguap akibat sinar matahari yang begitu panas dan terik.
Beberapa hari kemudian dia menyaksikan air di dalam botol itu mulai berkurang hanya tinggal 3/4 nya saja, ternyata panas terik matahari benar-benar telah membuat air itu menguap.
Namun pada sore harinya dia menyaksikan kejadian yang agak sedikit berbeda, seekor anjing yang sedang berlarian tiba-tiba menyenggol botol tersebut hingga botol itu jatuh dan akibatnya, seluruh air yang ada di dalamnya tercecer ke luar, kini air dalam botol itu benar-benar habis, hanya tinggal beberapa tetes saja.
Manusia rohani kita bagaikan botol yang mula-mula kosong, setiap kali kita masuk dalam hadirat Tuhan, maka manusia rohani kita akan terisi dengan aliran air surgawi yang hidup dan begitu menyegarkan. Namun karena ada panas dan terik dalam kehidupan kita, mungkin beberapa masalah keluarga, sakit penyakit, masalah pekerjaan ataupun aktivitas pelayanan membuat air itu menguap sedikit demi sedikit, apalagi kalau tiba-tiba ada iblis lewat dan berhasil menyenggol kita hingga kita terjatuh, maka air hidup itu akan cepat lagi habis karena tumpah keluar.
Jadi jangan menunggu sampai air hidup dalam manusia rohani kita tinggal beberapa tetes, baru kemudian kita datang menghampiri hadirat-Nya, supaya kita tidak mengalami kerugian. Apalagi kalau kita sampai terjatuh, maka kita perlu secepatnya bangkit dan minta diisi kembali dalam hadirat Tuhan, karena jika tidak, kita akan mengalami kekeringan rohani.
''Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.'' (Mazmur 42:2)
Tuhan Yesus Memberkati
Jangan Egois
Di atas pesawat terbang Cesna ada tiga orang penumpang. Seorang pramuka, seorang pastor dan seorang usahawan. Tiba-tiba melalui pengeras suara terdengar suara pilot, ''Dalam beberapa detik lagi pesawat akan jatuh. Sayangnya kita hanya memiliki tiga parasut. Saya perlu satu parasut, karena harus melaporkan bencana ini.'' lalu pilot tersebut langsung terjun dengan parasutnya.
''Saya juga perlu mengambil satu,'' kata usahawan dengan gugup dan tergesa-gesa, ''Saya harus selamat, karena saya mempunyai peranan besar dalam kehidupan manusia.'' Lalu sang pengusaha pun menyusul pilot.
Kini hanya tinggal Sang Pastor dan si pramuka dengan satu parasut yang tersisa.
Sang Pastor menatap si pramuka. ''Nak!'' katanya, ''Saya pastor yang sudah tua dan puas menjalani kehidupan ini. Sedangkan kau masih sangat muda dan harus menjalaninya. Karena itu ambillah parasut ini, dan kiranya Tuhan memberkatimu...''
''Jangan bersedih pastor.'' Kata si pramuka. ''Kita masih punya dua parasut, yang diambil pengusaha tadi adalah ransel saya.''
Ya, kita mungkin tersenyum membayangkan ketololan yang dilakukan oleh si pengusaha tadi. Karena terlalu egois, dan didorong oleh sikap mementingkan diri sendiri, pengusaha tadi justru melakukan kecerobohon, sehingga bukannya keselamatan yang dia peroleh, namun justru kematian. Bukankah itu yang seringkali terjadi dalam dunia yang penuh dengan persaingan ini? Semua orang berlomba-lomba hanya untuk memikirkan dan mengutamakan kepentingan dirinya sendiri tanpa mau lagi mempedulikan orang lain.
Namun mari kita renungkan sejenak, bahwa Tuhan Yesus justru mengajarkan hal yang sebaliknya. Bila kita ingin diberkati, bila kita ingin menerima, maka kita harus memberi terlebih dahulu. Kita harus melayani dan mengutamakan orang lain terlebih dahulu, karena hanya dengan memberi kita akan menerima.
Jadi jangan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, tapi pikirkanlah kepentingan orang lain juga, maka Bapa kita yang di surga akan memikirkan kepentingan kita juga.
''Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.'' (Matius 16:25)
Tuhan Yesus Memberkati
''Saya juga perlu mengambil satu,'' kata usahawan dengan gugup dan tergesa-gesa, ''Saya harus selamat, karena saya mempunyai peranan besar dalam kehidupan manusia.'' Lalu sang pengusaha pun menyusul pilot.
Kini hanya tinggal Sang Pastor dan si pramuka dengan satu parasut yang tersisa.
Sang Pastor menatap si pramuka. ''Nak!'' katanya, ''Saya pastor yang sudah tua dan puas menjalani kehidupan ini. Sedangkan kau masih sangat muda dan harus menjalaninya. Karena itu ambillah parasut ini, dan kiranya Tuhan memberkatimu...''
''Jangan bersedih pastor.'' Kata si pramuka. ''Kita masih punya dua parasut, yang diambil pengusaha tadi adalah ransel saya.''
Ya, kita mungkin tersenyum membayangkan ketololan yang dilakukan oleh si pengusaha tadi. Karena terlalu egois, dan didorong oleh sikap mementingkan diri sendiri, pengusaha tadi justru melakukan kecerobohon, sehingga bukannya keselamatan yang dia peroleh, namun justru kematian. Bukankah itu yang seringkali terjadi dalam dunia yang penuh dengan persaingan ini? Semua orang berlomba-lomba hanya untuk memikirkan dan mengutamakan kepentingan dirinya sendiri tanpa mau lagi mempedulikan orang lain.
Namun mari kita renungkan sejenak, bahwa Tuhan Yesus justru mengajarkan hal yang sebaliknya. Bila kita ingin diberkati, bila kita ingin menerima, maka kita harus memberi terlebih dahulu. Kita harus melayani dan mengutamakan orang lain terlebih dahulu, karena hanya dengan memberi kita akan menerima.
Jadi jangan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, tapi pikirkanlah kepentingan orang lain juga, maka Bapa kita yang di surga akan memikirkan kepentingan kita juga.
''Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.'' (Matius 16:25)
Tuhan Yesus Memberkati
Kerja Adalah Sebuah Kehormatan
Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju restoran jalanan dan ia pun menyantap makanan yang di pesan. Saat pemuda itu makan, datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda tersebut, ''Pak, mau beli kue, Pak?''
Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab ''Tidak, saya sedang makan.''
Anak tersebut tidaklah putus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab ''Tidak dik, saya sudah kenyang.''
Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak pergi, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan usahanya yang sudah seharian menjajakan kue buatan bunda. Mungkin anak kecil ini berfikir ''Saya coba lagi tawarkan kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang dirumah.''
Ini adalah sebuah usaha yang gigih membantu ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba pas-pasan ini. Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut, anak kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan. ''Pak, mau beli kue saya?''
Pemuda yang ditawarkan jadi risih juga. Ia kemudian keluarkan uang Rp. 1.500, dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja. ''Dik, ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekahan dari saya buat adik. ''Uang yang diberikan pemuda itu memang ia ambil, namun ternyata lalu diberikan kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasih kepada oarang lain. ''Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak kamu ambil?'' Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab. ''Saya sudah janji sama ibu dirumah, bahwa saya akan menjual kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, karena ibu saya tidak suka saya jadi pengemis dan saya akan bangga pulang kerumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. ''Pemuda tadi jadi kagum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil namun telah mempunyai sikap bahwa kerja itu adalah sebuah kehormatan. Pemuda tadi akhirnya memborong semua kue yang dijajakan anak kecil tersebut, bukan karena ia kasihan, bukan karena ia lapar, tapi karena prinsip kerja yang dimiliki oleh anak kecil itu, yaitu ''kerja adalah sebuah kehormatan'' dan bahwa ia akan mendapatkan uang kalau ia sudah bekerja dengan baik.
Kiranya kisah tadi bisa menyadarkan kita, bahwa kerja bukan hanya sekedar untuk uang semata, namun ada sebuah kehormatan, sebuah anugerah dari Tuhan, agar kita dapat berkarya, memaksimalkan potensi kita untuk kemuliaan nama Tuhan.
''Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu.'' (Yohanes 6:27a)
Tuhan Yesus Memberkati
Jangan Tinggalkan Kapten Kapal Anda
Suatu hari di sebuah Akademi Angkatan Laut, seorang Letnan muda sedang bersiap-siap untuk menyelesaikan studinya mengenai bagaimana cara berlayar yang baik dan bagaimana cara mengendalikan kapal dengan cepat dan efisien. Di bawah serangkaian perintahnya yang tegas dan singkat, para awak kapal menyibukkan diri melaksanakan perintahnya itu, dan dengan cepat kapal segera berlayar meninggalkan pelabuhan menuju laut lepas. Efisiensi dan kehebatan Letnan Muda itu dalam mengatur seluruh awak kapal sangatlah mengagumkan, sehingga banyak awak kapal yang berbisik-bisik dan memuji cara kerja Letnan Muda itu, bahkan beberapa orang berkata bahwa Letnan muda itu telah mencatat rekor baru dalam mengendalikan kapal tersebut.
Letnan muda itu begitu bangga dengan hasil jerih payahnya dan sama sekali tidak merasa heran ketika seorang kelasi mendekatinya sambil membawa pesan dari Kapten Kapal, penguasa tertinggi di kapal tersebut. Namun, segera saja Letnan muda itu terkejut bukan main, karena pesan itu adalah sebuah pesan dari radio, dan mukanya segera berubah pucat, ketika membaca pesan tersebut,..tertulis dalam pesan itu ''Saya sebagai Kapten kapal mengucapkan selamat atas prestasi anda dalam latihan ini, tetapi karena anda terlalu tergesa-gesa, anda telah mengabaikan salah satu hukum tak tertulis yang seharusnya wajib anda taati, yaitu pastikan bahwa Kapten kapal berada di atas kapal sebelum anda berangkat berlayar. Saat ini anda telah meninggalkan saya, karena saya masih berada di pelabuhan.
Rupanya karena tergesa-gesa dan terlalu fokus untuk meraih hasil yang terbaik, Letnan muda ini lupa membawa serta atasannya dan langsung memberangkatkan kapal tanpa mengikut sertakan sang Kapten kapal.
Bukankah dalam hidup ini, kita seringkali bersikap seperti Letnan muda tadi, kita terlalu fokus untuk meraih berbagai keberhasilan yang ditawarkan oleh dunia ini, sehingga kita justru melupakan satu hal, yaitu kita lupa mengajak Yesus, Sang Kapten kapal, untuk masuk dalam bahtera kehidupan kita masing-masing, sehingga ketika badai mulai menerpa, kita mulai kebingungan, karena keahlian kita masih belum cukup memadai untuk meredakan kapal tersebut. Jadi jangan melupakan hal yang paling penting dalam perjalanan hidup ini, yaitu pastikan bahwa Yesus Sang Kapten kapal ada dalam bahtera kehidupan kita masing-masing.
''Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!'' (Yeremia 17:7)
Tuhan Yesus Memberkati
Letnan muda itu begitu bangga dengan hasil jerih payahnya dan sama sekali tidak merasa heran ketika seorang kelasi mendekatinya sambil membawa pesan dari Kapten Kapal, penguasa tertinggi di kapal tersebut. Namun, segera saja Letnan muda itu terkejut bukan main, karena pesan itu adalah sebuah pesan dari radio, dan mukanya segera berubah pucat, ketika membaca pesan tersebut,..tertulis dalam pesan itu ''Saya sebagai Kapten kapal mengucapkan selamat atas prestasi anda dalam latihan ini, tetapi karena anda terlalu tergesa-gesa, anda telah mengabaikan salah satu hukum tak tertulis yang seharusnya wajib anda taati, yaitu pastikan bahwa Kapten kapal berada di atas kapal sebelum anda berangkat berlayar. Saat ini anda telah meninggalkan saya, karena saya masih berada di pelabuhan.
Rupanya karena tergesa-gesa dan terlalu fokus untuk meraih hasil yang terbaik, Letnan muda ini lupa membawa serta atasannya dan langsung memberangkatkan kapal tanpa mengikut sertakan sang Kapten kapal.
Bukankah dalam hidup ini, kita seringkali bersikap seperti Letnan muda tadi, kita terlalu fokus untuk meraih berbagai keberhasilan yang ditawarkan oleh dunia ini, sehingga kita justru melupakan satu hal, yaitu kita lupa mengajak Yesus, Sang Kapten kapal, untuk masuk dalam bahtera kehidupan kita masing-masing, sehingga ketika badai mulai menerpa, kita mulai kebingungan, karena keahlian kita masih belum cukup memadai untuk meredakan kapal tersebut. Jadi jangan melupakan hal yang paling penting dalam perjalanan hidup ini, yaitu pastikan bahwa Yesus Sang Kapten kapal ada dalam bahtera kehidupan kita masing-masing.
''Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!'' (Yeremia 17:7)
Tuhan Yesus Memberkati
Sumber Berkat Atau Penyalur Berkat?
Di sebuah kota, hiduplah seorang konglomerat yang sangat kaya, bersama seorang putra tunggalnya. Tidak seperti kebanyakan orang kaya, yang umumnya selalu memanjakan anaknya, konglomerat ini justru berbuat suatu hal yang sangat berbeda. Dia tidak menuruti semua permintaan anaknya, namun hanya memberi secukupnya, sesuai dengan kebutuhan sang anak, tidak pernah kurang dan juga tidak pernah berlebihan. Yang agak aneh konglomerat ini justru dengan gampangnya membagikan hartanya kepada orang lain yang sangat membutuhkan.
Suatu hari seorang tetangganya mengecam apa yang diperbuat oleh konglomerat itu. Tetangganya berkata, ''Sebetulnya engkau dapat lebih banyak membantu anakmu, dengan menuruti semua keinginannya, jika saja engkau mau mengurangi bantuanmu kepada orang lain dan memberikannya untuk anakmu.''
Konglomerat ini menjawab dengan bijaksana, ''Mungkin engkau benar, tetapi jika saya selalu menuruti segala keinginan anak saya, bukankah dia akan melupakan perlunya bersandar pada Tuhan? dia akan memandang saya sebagai satu-satunya sumber yang dapat memenuhi segala keinginannya, dan akan sulit baginya untuk bersandar kepada Bapa sorgawi bila setiap keinginannya saya penuhi. Jika ini yang terjadi saya justru tidak membantu anak saya sama sekali, karena kemampuan saya sangat terbatas, sementara kemampuan Bapa sorgawi tidak terbatas.''
Ya, bagimanakah selama ini kita mendidik anak kita, pasangan hidup kita, atau orang-orang yang kita kasihi? apakah kita bersikap sebagai sumber berkat, seolah-olah kita yang memenuhi semua kebutuhan dan keinginan mereka, atau apakah kita bersikap hanya sebagai penyalur berkat, sehingga setiap anak kita, pasangan hidup kita maupun orang-orang yang kita kasihi, tetap berharap dan bergantung sepenuhnya kepada sumber berkat yaitu Bapa Sorgawi.
Jadi janganlah bersikap seolah-olah kita adalah sumber berkat, tapi mari bersikap bahwa kita hanyalah penyalur berkat.
''Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.'' (Amsal 13:24)
Tuhan Yesus Memberkati
Suatu hari seorang tetangganya mengecam apa yang diperbuat oleh konglomerat itu. Tetangganya berkata, ''Sebetulnya engkau dapat lebih banyak membantu anakmu, dengan menuruti semua keinginannya, jika saja engkau mau mengurangi bantuanmu kepada orang lain dan memberikannya untuk anakmu.''
Konglomerat ini menjawab dengan bijaksana, ''Mungkin engkau benar, tetapi jika saya selalu menuruti segala keinginan anak saya, bukankah dia akan melupakan perlunya bersandar pada Tuhan? dia akan memandang saya sebagai satu-satunya sumber yang dapat memenuhi segala keinginannya, dan akan sulit baginya untuk bersandar kepada Bapa sorgawi bila setiap keinginannya saya penuhi. Jika ini yang terjadi saya justru tidak membantu anak saya sama sekali, karena kemampuan saya sangat terbatas, sementara kemampuan Bapa sorgawi tidak terbatas.''
Ya, bagimanakah selama ini kita mendidik anak kita, pasangan hidup kita, atau orang-orang yang kita kasihi? apakah kita bersikap sebagai sumber berkat, seolah-olah kita yang memenuhi semua kebutuhan dan keinginan mereka, atau apakah kita bersikap hanya sebagai penyalur berkat, sehingga setiap anak kita, pasangan hidup kita maupun orang-orang yang kita kasihi, tetap berharap dan bergantung sepenuhnya kepada sumber berkat yaitu Bapa Sorgawi.
Jadi janganlah bersikap seolah-olah kita adalah sumber berkat, tapi mari bersikap bahwa kita hanyalah penyalur berkat.
''Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.'' (Amsal 13:24)
Tuhan Yesus Memberkati
Yang Tak Kelihatan
Pernahkah anda mengunjungi negara Selandia Baru? Jika kita ke sana dan tiba di kota Rotora, maka kita akan mendapati sebatang pohon redwood yang merupakan salah satu pohon terbesar dan terkuat di dunia. Pohon ini sangat hebat, karena walau ada badai yang amat dahsyat sekalipun, pohon redwood ini akan tetap berdiri dengan kokohnya. Wow...hebat bukan? tetapi tahukah anda bagaimana pohon ini bisa sekuat itu?
Ternyata, pada saat pertama kali di tanam, tidak terlihat adanya pertumbuhan dari pohon ini. Tapi jangan salah sangka, ternyata akar dari pohon ini bertumbuh ke dalam tanah, bergerak dan terus bergerak, semakin lama semakin dalam, dan semakin dalam, untuk membangun kekuatan di dalamnya. Baru setelah 3 tahun, pohon ini mulai menampakkan pertumbuhan ke atas dan menjadi semakin besar. Karena itulah walau ada badai sehebat apapun, pohon ini tetap kokoh berdiri karena akarnya sudah sedemikian kuat menahan batang pohon tersebut.
Bukankah hal ini yang seharusnya juga terjadi dalam kehidupan kita? Namun seringkali yang terjadi justru sebaliknya. Seringkali kita menginginkan semuanya serba instan, ingin cepat berhasil, ingin cepat kaya, ingin cepat menduduki posisi tertentu, ingin pelayanan yang sukses dengan cepat, dan hal-hal lain yang bisa dilihat orang. Seringkali kita lebih mengutamakan hal yang kelihatan, namun melupakan yang terpenting, yaitu hal yang tidak kelihatan. Bahkan, seringkali kita malas untuk membangun dasar yang kokoh, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan.
Jadi, bila kita ingin menang dalam menghadapi setiap badai kehidupan, bila kita ingin mengalami keberhasilan dalam setiap bidang kehidupan kita, mari membangun dasar yang kokoh terlebih dahulu, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
''Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang tak kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.'' (2 Korintus 4:18)
Tuhan Yesus Memberkati
Ternyata, pada saat pertama kali di tanam, tidak terlihat adanya pertumbuhan dari pohon ini. Tapi jangan salah sangka, ternyata akar dari pohon ini bertumbuh ke dalam tanah, bergerak dan terus bergerak, semakin lama semakin dalam, dan semakin dalam, untuk membangun kekuatan di dalamnya. Baru setelah 3 tahun, pohon ini mulai menampakkan pertumbuhan ke atas dan menjadi semakin besar. Karena itulah walau ada badai sehebat apapun, pohon ini tetap kokoh berdiri karena akarnya sudah sedemikian kuat menahan batang pohon tersebut.
Bukankah hal ini yang seharusnya juga terjadi dalam kehidupan kita? Namun seringkali yang terjadi justru sebaliknya. Seringkali kita menginginkan semuanya serba instan, ingin cepat berhasil, ingin cepat kaya, ingin cepat menduduki posisi tertentu, ingin pelayanan yang sukses dengan cepat, dan hal-hal lain yang bisa dilihat orang. Seringkali kita lebih mengutamakan hal yang kelihatan, namun melupakan yang terpenting, yaitu hal yang tidak kelihatan. Bahkan, seringkali kita malas untuk membangun dasar yang kokoh, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan.
Jadi, bila kita ingin menang dalam menghadapi setiap badai kehidupan, bila kita ingin mengalami keberhasilan dalam setiap bidang kehidupan kita, mari membangun dasar yang kokoh terlebih dahulu, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
''Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang tak kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.'' (2 Korintus 4:18)
Tuhan Yesus Memberkati
Apakah Motivasi Kita?
Seorang pengembara melakukan perjalanan melewati padang pasir, Di tengah-tengah perjalanan itu, dia menemukan sebuah mata air yang kesegaran airnya tak tertandingi. Setelah memuaskan rasa hausnya, diambilnyalah sedikit air itu, dan dimasukkan ke dalam sebuah kantong kulit yang sudah tua.
Setelah melewati hari-hari yang sangat panas dan penuh dengan terik matahari, sampailah si pengembara di istana Raja, untuk memberikan air tersebut. Ketika air itu dicicipi oleh sang raja, air itu sudah tidak segar lagi dan berbau apek karena disimpan di dalam kantong tua. Namun raja mencicipi air itu dengan gembira dan penuh rasa terimakasih.
Sang pengembara akhirnya meninggalkan istana dengan sangat bahagia. Setelah pengembara itu pergi, segera saja para pegawai istana ikut mencicipi air itu, dan mereka langsung terheran-heran, karena ternyata air itu sangat tidak enak. Mereka lalu bertanya, kenapa sang raja begitu menikmati kesegaran air tersebut. Akhirnya raja berkata dengan perlahan : ''Sebenarnya yang aku rasakan bukanlah air itu, melainkan kasih yang telah mendorongnya untuk mempersembahkan air itu kepadaku.''
Mungkin apa yang selama ini telah kita lakukan dalam melayani Tuhan, penuh dengan kelemahan dan kekurangan, tetapi Bapa kita di surga sangat menghargai dan bersukacita bila pelayanan itu kita lakukan dengan setia, penuh kasih, dan dengan motivasi yang benar.
Mungkin dalam pandangan orang lain, pelayanan itu kurang berarti,......kurang mendatangkan sesuatu yang enak, namun jangan berkecil hati, karena Tuhan melihat motivasi di balik pelayanan kita. Mari melayani Tuhan hanya karena kita mengasihi Dia dan mengasihi jiwa-jiwa, karena hal itu akan menutupi kelemahan dan kekurangan kita.
''Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.'' (1 Korintus 13:1)
Tuhan Yesus Memberkati
Setelah melewati hari-hari yang sangat panas dan penuh dengan terik matahari, sampailah si pengembara di istana Raja, untuk memberikan air tersebut. Ketika air itu dicicipi oleh sang raja, air itu sudah tidak segar lagi dan berbau apek karena disimpan di dalam kantong tua. Namun raja mencicipi air itu dengan gembira dan penuh rasa terimakasih.
Sang pengembara akhirnya meninggalkan istana dengan sangat bahagia. Setelah pengembara itu pergi, segera saja para pegawai istana ikut mencicipi air itu, dan mereka langsung terheran-heran, karena ternyata air itu sangat tidak enak. Mereka lalu bertanya, kenapa sang raja begitu menikmati kesegaran air tersebut. Akhirnya raja berkata dengan perlahan : ''Sebenarnya yang aku rasakan bukanlah air itu, melainkan kasih yang telah mendorongnya untuk mempersembahkan air itu kepadaku.''
Mungkin apa yang selama ini telah kita lakukan dalam melayani Tuhan, penuh dengan kelemahan dan kekurangan, tetapi Bapa kita di surga sangat menghargai dan bersukacita bila pelayanan itu kita lakukan dengan setia, penuh kasih, dan dengan motivasi yang benar.
Mungkin dalam pandangan orang lain, pelayanan itu kurang berarti,......kurang mendatangkan sesuatu yang enak, namun jangan berkecil hati, karena Tuhan melihat motivasi di balik pelayanan kita. Mari melayani Tuhan hanya karena kita mengasihi Dia dan mengasihi jiwa-jiwa, karena hal itu akan menutupi kelemahan dan kekurangan kita.
''Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.'' (1 Korintus 13:1)
Tuhan Yesus Memberkati
Rabu, 22 September 2010
Ciptaan Lama Atau Ciptaan Baru?
Suatu ketika, seekor kucing betina jatuh cinta terhadap seorang pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari majikannya sendiri. Hari demi hari berlalu, dan kucing betina ini semakin mencintai pemuda tersebut, namun apa daya, dia hanyalah seekor kucing yang mencintai seorang manusia, sehingga tidak mungkin bila mereka menjadi sepasang kekasih, karena pasti aneh bukan? apalagi kucing ini hanyalah seekor kucing peliharaan dari pemuda tampan tersebut. Suatu hari, kucing ini berdoa,...berdoa...dan terus berdoa tiada henti. Ia memohon kepada sang pencipta supaya dirinya diubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.
Mendengar doa si kucing yang sungguh-sungguh, tiba-tiba malaikat datang dan mengabulkan permohonan doanya. Kini, kucing tersebut berubah menjadi seorang pemudi yang sangat cantik. Akhirnya mereka berpacaran, dan tak lama kemudian mereka pun menikah dan menjadi keluarga yang bahagia.
Di tengah kebahagiaan pasangan muda ini, tiba-tiba malaikat yang mengabulkan doa si kucing datang melihat perkembangan dari kehidupan si kucing yang telah berubah menjadi wanita cantik itu. Malaikat ini lalu mengambil seekor tikus yang kecil dan sangat menarik, kemudian melepaskan tikus kecil itu di antara pasangan muda ini. Melihat seekor tikus, spontan saja si pemuda terkejut dan berusaha menghindar, namun sebaliknya yang dilakukan oleh istrinya itu sungghuh berbeda. Si istri berusaha mengejar tikus terrsebut dan akhirnya berhasil menangkapnya. ''Ma, lepaskan, lepaskan,......tikus itu kan kotor, hati-hati...ma..nanti digigit,'' kata suaminya dengan spontan. Namun dengan santai istrinya menjawab, ''Tidak pa, tikus ini lucu, dan menarik, inilah yang sebenarnya mama rindukan selama ini,'' dan ia pun lalu memakan tikus itu dengan lahapnya.
Ya, memang menjijikkan melihat seorang wanita memakan seekor tikus dengan lahap, hal itu terjadi karena wanita tersebut tidak mau meninggalkan kehidupan lamanya, sebagai seekor kucing. Walaupun secara fisik ia telah berubah menjadi manusia, namun ternyata sifat-sifatnya yang lama sebagai seekor kucing tetap tiadak berubah.
Bukankah kita seringkali bersikap demikian, walaupun secara rohani, kita telah berubah dari anak terhilang menjadi anak raja,namun seringkali sifat-sifat kita yang lama, gaya hidup kita yang lama, yang penuh dengan dosa, masih tetap ada dan belum berubah. Mari menjadi ciptaan yang benar-benar baru, supaya kita tidak melakukan hal-hal yang menjijikkan.
''Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.'' (Roma 6:12)
Tuhan Yesus Memberkati
Mendengar doa si kucing yang sungguh-sungguh, tiba-tiba malaikat datang dan mengabulkan permohonan doanya. Kini, kucing tersebut berubah menjadi seorang pemudi yang sangat cantik. Akhirnya mereka berpacaran, dan tak lama kemudian mereka pun menikah dan menjadi keluarga yang bahagia.
Di tengah kebahagiaan pasangan muda ini, tiba-tiba malaikat yang mengabulkan doa si kucing datang melihat perkembangan dari kehidupan si kucing yang telah berubah menjadi wanita cantik itu. Malaikat ini lalu mengambil seekor tikus yang kecil dan sangat menarik, kemudian melepaskan tikus kecil itu di antara pasangan muda ini. Melihat seekor tikus, spontan saja si pemuda terkejut dan berusaha menghindar, namun sebaliknya yang dilakukan oleh istrinya itu sungghuh berbeda. Si istri berusaha mengejar tikus terrsebut dan akhirnya berhasil menangkapnya. ''Ma, lepaskan, lepaskan,......tikus itu kan kotor, hati-hati...ma..nanti digigit,'' kata suaminya dengan spontan. Namun dengan santai istrinya menjawab, ''Tidak pa, tikus ini lucu, dan menarik, inilah yang sebenarnya mama rindukan selama ini,'' dan ia pun lalu memakan tikus itu dengan lahapnya.
Ya, memang menjijikkan melihat seorang wanita memakan seekor tikus dengan lahap, hal itu terjadi karena wanita tersebut tidak mau meninggalkan kehidupan lamanya, sebagai seekor kucing. Walaupun secara fisik ia telah berubah menjadi manusia, namun ternyata sifat-sifatnya yang lama sebagai seekor kucing tetap tiadak berubah.
Bukankah kita seringkali bersikap demikian, walaupun secara rohani, kita telah berubah dari anak terhilang menjadi anak raja,namun seringkali sifat-sifat kita yang lama, gaya hidup kita yang lama, yang penuh dengan dosa, masih tetap ada dan belum berubah. Mari menjadi ciptaan yang benar-benar baru, supaya kita tidak melakukan hal-hal yang menjijikkan.
''Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.'' (Roma 6:12)
Tuhan Yesus Memberkati
Kekayaan Yang Terbesar
Di sebuah desa, hiduplah dua orang bersaudara, yang sama-sama menjadi petani. Mereka hidup di rumah yang terpisah dalam lahan pertanian keluarga, namun tiap hari mereka bertemu untuk bersama-sama mengerjakan ladang. Yang sulung sudah menikah dan mempunyai keluarga yang besar. Sedangkan si bungsu hidup seorang diri dan tetap membujang. Namun mereka selalu membagi hasil ladang dengan seimbang, masing-masing 50%. Suatu malam, si bungsu yang bujangan berpikir, ''Saudaraku bersusah payah menghidupi keluarganya yang besar, namun aku tetap mendapat setengah bagian dari seluruh hasil panen.''
Di dorong oleh rasa kasih yang menguasai hatinya, dia mengumpulkan barang yang telah dia beli dengan penghasilannya, barang-barang yang dia tahu dapat membantu keluarga saudaranya itu. Dia bermaksud untuk menyelinap ke rumah saudaranya, meletakkan barang-barang tadi disana, dan pergi dengan diam-diam.
Pada malam yang sama, saudaranya yang sudah menikah yakni si sulung, juga berpikir, ''Saudaraku hidup sendiri, dia tidak mengenal sukacitanya hidup berkeluarga.''
Karena kasihnya, dia pun mengambil keranjang, mengisinya dengan selimut dan roti buatan sendiri, serta beberapa barang untuk menghangatkan rumah adiknya itu. Dia bermaksud meninggalkan barang-barang tersebut di beranda dan pergi dengan diam-diam.
Dengan diam-diam, kedua orang itu mulai berjalan menuju kerumah saudaranya masing-masing, dan alangkah terkejutnya ketika di tengah pejalanan, mereka saling berpapasan. Kedua kakak adik itu akhirnya mengakui apa yang sedang mereka kerjakan. Dan dalam gelapnya malam, mereka bertangisan dan saling berpelukan. Masing-masing menyadari, bahwa kekayaan terbesar yang mereka miliki adalah saudara yang menghormati dan saling mengasihi.
Sudahkah kita menjadi harta terbesar bagi saudara-saudara kita, bagi orang di sekitar kita, atau bagi dunia ini? Karena adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.
''Sebab Ia sendiri telah mengatakan, Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.'' (Kisah Para Rasul 20:35b)
Tuhan Yesus Memberkati
Di dorong oleh rasa kasih yang menguasai hatinya, dia mengumpulkan barang yang telah dia beli dengan penghasilannya, barang-barang yang dia tahu dapat membantu keluarga saudaranya itu. Dia bermaksud untuk menyelinap ke rumah saudaranya, meletakkan barang-barang tadi disana, dan pergi dengan diam-diam.
Pada malam yang sama, saudaranya yang sudah menikah yakni si sulung, juga berpikir, ''Saudaraku hidup sendiri, dia tidak mengenal sukacitanya hidup berkeluarga.''
Karena kasihnya, dia pun mengambil keranjang, mengisinya dengan selimut dan roti buatan sendiri, serta beberapa barang untuk menghangatkan rumah adiknya itu. Dia bermaksud meninggalkan barang-barang tersebut di beranda dan pergi dengan diam-diam.
Dengan diam-diam, kedua orang itu mulai berjalan menuju kerumah saudaranya masing-masing, dan alangkah terkejutnya ketika di tengah pejalanan, mereka saling berpapasan. Kedua kakak adik itu akhirnya mengakui apa yang sedang mereka kerjakan. Dan dalam gelapnya malam, mereka bertangisan dan saling berpelukan. Masing-masing menyadari, bahwa kekayaan terbesar yang mereka miliki adalah saudara yang menghormati dan saling mengasihi.
Sudahkah kita menjadi harta terbesar bagi saudara-saudara kita, bagi orang di sekitar kita, atau bagi dunia ini? Karena adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.
''Sebab Ia sendiri telah mengatakan, Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.'' (Kisah Para Rasul 20:35b)
Tuhan Yesus Memberkati
Peniup Terompet
Suatu hari, seorang peniup terompet perang, tertangkap oleh pihak musuh. Peniup terompet ini memohon-mohon kepada para penangkapnya, ''Jangan bunuh saya pak, saya tidak punya senjata,...saya tidak melakukan kejahatan apapun,......saya tidak pernah membunuh satupun dari prajurit bapak,......Saya hanya membawa terompet jelek ini, dan membunyikannya pada saat diperintah.''
Dengan tegas para penangkapnya berkata, ''Itulah alasannya mengapa engkau harus dibunuh sekarang juga, karena, walaupun engkau sendiri tidak ikut bertarung, namun tiupan terompetmu telah membuat orang lain bertarung, dan itu yang menyebabkan mereka saling membunuh.''
Mungkin kita memang tidak pernah memukul seseorang, mungkin kita juga tidak pernah melukai seseorang, bahkan mungkin kita tidak pernah sekalipun membunuh seseorang.
Namun, mungkin setiap perkataan fitnah yang keluar dari mulut kita, setiap saksi dusta terhadap sesama kita, dan setiap kata-kata yang mengadu domba saudara kita, dapat membuat mereka saling membenci, saling melukai bahkan saling membunuh.
Mungkin kita tidak terlibat secara langsung, namun tiupan terompet kita, atau perkataan kita, dapat menghasilkan dampak yang lebih mengerikan bagi orang lain. Mari menjaga setiap perkataan dan ucapan kita, supaya jangan sampai orang lain mendapat musibah.
''Orang yang bersaksi dusta terhadap sesamanya adalah seperti gada, atau pedang, atau panah yang tajam.'' (Amsal 25:18)
Tuhan Yesus Memberkati
Dengan tegas para penangkapnya berkata, ''Itulah alasannya mengapa engkau harus dibunuh sekarang juga, karena, walaupun engkau sendiri tidak ikut bertarung, namun tiupan terompetmu telah membuat orang lain bertarung, dan itu yang menyebabkan mereka saling membunuh.''
Mungkin kita memang tidak pernah memukul seseorang, mungkin kita juga tidak pernah melukai seseorang, bahkan mungkin kita tidak pernah sekalipun membunuh seseorang.
Namun, mungkin setiap perkataan fitnah yang keluar dari mulut kita, setiap saksi dusta terhadap sesama kita, dan setiap kata-kata yang mengadu domba saudara kita, dapat membuat mereka saling membenci, saling melukai bahkan saling membunuh.
Mungkin kita tidak terlibat secara langsung, namun tiupan terompet kita, atau perkataan kita, dapat menghasilkan dampak yang lebih mengerikan bagi orang lain. Mari menjaga setiap perkataan dan ucapan kita, supaya jangan sampai orang lain mendapat musibah.
''Orang yang bersaksi dusta terhadap sesamanya adalah seperti gada, atau pedang, atau panah yang tajam.'' (Amsal 25:18)
Tuhan Yesus Memberkati
Ubah Diri Kita Terlebih Dahulu
Sebuah kapal perang dengan persenjataan lengkap, berlayar melalui perairan yang belum pernah mereka lalui. Tak berapa lama kemudian, kabut tebal turun meliputi perairan itu, sehingga pandangan para awak kapal sangatlah terbatas.
Tiba-tiba, melalui kabut, kapten kapal itu melihat apa yang tampak seperti sebuah sinar dari kapal lain mengarah ke jalan yang sedang dilewatinya. Segera, ia mengambil pengeras suaranya dan berteriak: Di sini Laksamana Smith dari Angkatan laut Amerika Serikat. Arahkan kapalmu 10 derajat ke selatan. Kalau tidak kita akan bertabrakan, dan saya perintahkan untuk segera dilaksanakna.''
Melalui kabut, ia mendengar suatu jawaban yang samar-samar, ''Di sini kelasi kelas empat Jones. Anda yang harus mengarahkan kapal anda sendiri 10 derajat ke utara.''
Laksamana itu berkata kepada dirinya sendiri, ''Orang ini adalah kelasi kelas empat, sementara aku adalah seorang Laksamana, berani benar dia.''
Sambill mengeraskan pengeras suaranya dan menggunakan nada berwibawa, ia membentak, ''Di sini Laksamana Smith dari Amerika Serikat ! Sekali lagi saya perintahkan !! Anda yang harus mengarahkan kapal anda 10 derajat ke selatan !
Melalui kabut, datanglah jawaban yang sama, ''Di sini kelasi kelas empat Jones, Anda harus mengarahkan kapal anda 10 derajat ke utara.''
Kemarahan Laksamana itu memuncak, sambil berteriak dia berkata, ''INI LAKSAMANA SMITH, SEGERA ARAHKAN KAPAL ANDA 10 DERAJAT KE SELATAN !!! DI SINI KAPAL PERANG !!!''
melalui kabut, suara yang mantap itu kembali menjawab, ''Di sini kelasi empat Jones, Arahkan kapal sendiri 10 derajat ke utara. Di sini MERCUSUAR!!!
Bukankah kita seringkali meminta orang lain untuk berubah, sementara diri kita tetap idak mau berubah? Bukankah kita seringkali bersikap egois, dengan berkata: kalau dia tidak berubah maka saya juga tidak mau berubah, seringkali kita merasa bahwa diri sendiri paling benar, sudah paling hebat, sehingga kita selalu menuntut orang lain yang harus berubah terlebih dahulu, padahal, bisa saja orang lain jauh lebih benar daripada kita. Jadi jangan menunggu orang lain untuk berubah, tetapi mari mengubah diri sendiri terlebih dahulu, supaya hidup kita tidak dihancurkan oleh kehidupan orang lain.
''Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan.'' (Amsal 3:7)
Tuhan Yesus Memberkati
Tiba-tiba, melalui kabut, kapten kapal itu melihat apa yang tampak seperti sebuah sinar dari kapal lain mengarah ke jalan yang sedang dilewatinya. Segera, ia mengambil pengeras suaranya dan berteriak: Di sini Laksamana Smith dari Angkatan laut Amerika Serikat. Arahkan kapalmu 10 derajat ke selatan. Kalau tidak kita akan bertabrakan, dan saya perintahkan untuk segera dilaksanakna.''
Melalui kabut, ia mendengar suatu jawaban yang samar-samar, ''Di sini kelasi kelas empat Jones. Anda yang harus mengarahkan kapal anda sendiri 10 derajat ke utara.''
Laksamana itu berkata kepada dirinya sendiri, ''Orang ini adalah kelasi kelas empat, sementara aku adalah seorang Laksamana, berani benar dia.''
Sambill mengeraskan pengeras suaranya dan menggunakan nada berwibawa, ia membentak, ''Di sini Laksamana Smith dari Amerika Serikat ! Sekali lagi saya perintahkan !! Anda yang harus mengarahkan kapal anda 10 derajat ke selatan !
Melalui kabut, datanglah jawaban yang sama, ''Di sini kelasi kelas empat Jones, Anda harus mengarahkan kapal anda 10 derajat ke utara.''
Kemarahan Laksamana itu memuncak, sambil berteriak dia berkata, ''INI LAKSAMANA SMITH, SEGERA ARAHKAN KAPAL ANDA 10 DERAJAT KE SELATAN !!! DI SINI KAPAL PERANG !!!''
melalui kabut, suara yang mantap itu kembali menjawab, ''Di sini kelasi empat Jones, Arahkan kapal sendiri 10 derajat ke utara. Di sini MERCUSUAR!!!
Bukankah kita seringkali meminta orang lain untuk berubah, sementara diri kita tetap idak mau berubah? Bukankah kita seringkali bersikap egois, dengan berkata: kalau dia tidak berubah maka saya juga tidak mau berubah, seringkali kita merasa bahwa diri sendiri paling benar, sudah paling hebat, sehingga kita selalu menuntut orang lain yang harus berubah terlebih dahulu, padahal, bisa saja orang lain jauh lebih benar daripada kita. Jadi jangan menunggu orang lain untuk berubah, tetapi mari mengubah diri sendiri terlebih dahulu, supaya hidup kita tidak dihancurkan oleh kehidupan orang lain.
''Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan.'' (Amsal 3:7)
Tuhan Yesus Memberkati
Jangan Meremehkan Hal-Hal Kecil
Suatu hari seorang Kaisar Jepang menugaskan seorang seniman, untuk melukis sebuah burung jenis khusus bagi dia. Bulan demi bulan berlalu, bahkan tahun demi tahun berlalu, namun lukisan itu belum selesai juga. Akhirnya kaisar datang sendiri ke tempat seniman tersebut untuk meminta penjelasan.
Di hadapan Kaisar, Seniman tersebut lalu memasang sebuah kanvas kosong diatas kuda-kudanya dan mulai melukis. Ternyata hanya dalam waktu lima belas menit dia telah berhasil menyelesaikan lukisan seekor burung tepat seperti yang dulu diminta Kaisar. Sungguh sebuah karya seni yang sangat indah. Kaisar, yang sangat mengagumi lukisan serta keahlian sang seniman, lalu menanyakan mengapa ia menunda lukisan itu sampai bertahun-tahun lamanya.
Seniman tadi kemudian membuka semua lemari di rumahnya. Dia mengambil setumpuk lukisan yang terdiri dari dua sayap burung, dua kaki burung, dua cakar, dua mata, sebuah paruh, bulu-bulu burung, dan urat-urat dari burung tadi. Semua lukisan itu lalu ia letakkan di hadapan Kaisar sambil berkata, ''Apa yang baru saja hamba selesaikan dalam lima belas menit, berasal dari latihan hamba selama bertahun-tahun, yaitu melukis setiap bagian terkecil dari seluruh bagian burung ini.''
Ya, keberhasilan atau kesuksesan merupakan hasil dari apa yang kita kerjakan setiap tahun, setiap bulan, setiap minggu, setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detilk. Suatu keberhasilan tidak langsung terjadi begitu saja, dan sebuah kesuksesan tidak terjadi dalam waktu sekejap, namun semuanya itu merupakan hasil penggabungan dari hal-hal kecil yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh.
Jadi setialah dalam perkara kecil, karena hal-hal kecil dalam hidup ini menentukan hal-hal besar yang akan kita peroleh.
''engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.'' (Matius 25:21b)
Tuhan Yesus Memberkati
Di hadapan Kaisar, Seniman tersebut lalu memasang sebuah kanvas kosong diatas kuda-kudanya dan mulai melukis. Ternyata hanya dalam waktu lima belas menit dia telah berhasil menyelesaikan lukisan seekor burung tepat seperti yang dulu diminta Kaisar. Sungguh sebuah karya seni yang sangat indah. Kaisar, yang sangat mengagumi lukisan serta keahlian sang seniman, lalu menanyakan mengapa ia menunda lukisan itu sampai bertahun-tahun lamanya.
Seniman tadi kemudian membuka semua lemari di rumahnya. Dia mengambil setumpuk lukisan yang terdiri dari dua sayap burung, dua kaki burung, dua cakar, dua mata, sebuah paruh, bulu-bulu burung, dan urat-urat dari burung tadi. Semua lukisan itu lalu ia letakkan di hadapan Kaisar sambil berkata, ''Apa yang baru saja hamba selesaikan dalam lima belas menit, berasal dari latihan hamba selama bertahun-tahun, yaitu melukis setiap bagian terkecil dari seluruh bagian burung ini.''
Ya, keberhasilan atau kesuksesan merupakan hasil dari apa yang kita kerjakan setiap tahun, setiap bulan, setiap minggu, setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detilk. Suatu keberhasilan tidak langsung terjadi begitu saja, dan sebuah kesuksesan tidak terjadi dalam waktu sekejap, namun semuanya itu merupakan hasil penggabungan dari hal-hal kecil yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh.
Jadi setialah dalam perkara kecil, karena hal-hal kecil dalam hidup ini menentukan hal-hal besar yang akan kita peroleh.
''engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.'' (Matius 25:21b)
Tuhan Yesus Memberkati
Memecahkan Masalah Besar
'Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti?'' (1 Korintus 6:2)
Seorang karyawan tampak mengomel sejenak setelah atasan memanggilnya di kantor. Bukan karena ia ditegur akibat melakukan kesalahan, tapi karena baru saja atasannya memberikan sebuah proyek besar untuk segera ditanganinya. Karyawan ini marah karena menurutnya proyek ini sangat sulit dikerjakan atau bahkan mustahil untuk dikerjakan. Beberapa pendahulunya yang pernah mengerjakan pun sudah gagal. Bukan karena mereka kurang kompeten, tetapi karena proyek ini adalah hal besar yang tidak mungkin dikerjakan. Apakah situasi seperti ini akrab di lingkungan kita? Atau kita yang bahkan pernah mengalaminya?
Suatu hari direktur perusahaan pesawat, McDonnel Douglas Corp, Walter Burke, menerima telepon dari presiden Kennedy. ''Tuan Burke, kami memerlukan sebuah roket dengan kekuatan yang cukup besar untuk membawa orang ke bulan. Saya sudah mendengar segala alasan mengapa hal itu tidak dapat dilaksanakan. Sekarang pecahkan masalah itu sehingga pekerjaan itu dapat dilaksanakan.''
Ketika ditanya, bagaimana ia mengerjakan tugas yang besar dan hampir tidak mungkin itu, Burke menjawab: ''Saya belajar bertahun-tahun yang lalu bahwa satu masalah besar sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak masalah kecil. Cara untuk memecahkan masalah yang tidak mungkin itu yaitu pecahkan masalah itu menjadi masalah-masalah kecil lalu selesaikan masalah-masalah kecil itu satu-persatu.''
Jangan pernah merasa tidak bisa tanpa pernah kita mencoba sebelumnya. Bangunlah kepercayaan dalam diri kita bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Ketika kita dipercaya menyelesaikan masalah yang rumit dan besar di pekerjaan kita, tetaplah bersikap tenang. Kiat dari Burke ini bisa kita lakukan. Jangan pecahkan masalah besar itu sekaligus, tetapi pecahkan menjadi masalah-masalah kecil untuk kemudian selesaikan satu persatu. Berlatihlah menyelesaikan setiap masalah kecil, maka kita akan terlatih menangani masalah yang besar.
Satu masalah besar sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak masalah kecil
Tuhan Yesus Memberkati
Seorang karyawan tampak mengomel sejenak setelah atasan memanggilnya di kantor. Bukan karena ia ditegur akibat melakukan kesalahan, tapi karena baru saja atasannya memberikan sebuah proyek besar untuk segera ditanganinya. Karyawan ini marah karena menurutnya proyek ini sangat sulit dikerjakan atau bahkan mustahil untuk dikerjakan. Beberapa pendahulunya yang pernah mengerjakan pun sudah gagal. Bukan karena mereka kurang kompeten, tetapi karena proyek ini adalah hal besar yang tidak mungkin dikerjakan. Apakah situasi seperti ini akrab di lingkungan kita? Atau kita yang bahkan pernah mengalaminya?
Suatu hari direktur perusahaan pesawat, McDonnel Douglas Corp, Walter Burke, menerima telepon dari presiden Kennedy. ''Tuan Burke, kami memerlukan sebuah roket dengan kekuatan yang cukup besar untuk membawa orang ke bulan. Saya sudah mendengar segala alasan mengapa hal itu tidak dapat dilaksanakan. Sekarang pecahkan masalah itu sehingga pekerjaan itu dapat dilaksanakan.''
Ketika ditanya, bagaimana ia mengerjakan tugas yang besar dan hampir tidak mungkin itu, Burke menjawab: ''Saya belajar bertahun-tahun yang lalu bahwa satu masalah besar sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak masalah kecil. Cara untuk memecahkan masalah yang tidak mungkin itu yaitu pecahkan masalah itu menjadi masalah-masalah kecil lalu selesaikan masalah-masalah kecil itu satu-persatu.''
Jangan pernah merasa tidak bisa tanpa pernah kita mencoba sebelumnya. Bangunlah kepercayaan dalam diri kita bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Ketika kita dipercaya menyelesaikan masalah yang rumit dan besar di pekerjaan kita, tetaplah bersikap tenang. Kiat dari Burke ini bisa kita lakukan. Jangan pecahkan masalah besar itu sekaligus, tetapi pecahkan menjadi masalah-masalah kecil untuk kemudian selesaikan satu persatu. Berlatihlah menyelesaikan setiap masalah kecil, maka kita akan terlatih menangani masalah yang besar.
Satu masalah besar sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak masalah kecil
Tuhan Yesus Memberkati
Medan Perang Kita
''Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat.'' (Amsal 20:18)
Kita semua setuju bahwa singa adalah binatang buas yang sangat kuat. Namun apa jadinya jika singa diajak berkelahi di laut? Bisa dipastikan kekuatan singa tersebut menjadi tidak ada artinya. Sebaliknya, hiu adalah binatang yang memiliki kekuatan yang luar biasa di air, namun jika ikan tersebut berada di darat maka ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. ini pelajaran sederhana, tapi memiliki makna yang sangat dalam: ''Berperanglah di medan yang paling kita kuasai!''
Ribuan tahun yang lalu Sun Tzu, ahli perang Tiongkok yang sangat tersohor, merumuskan strategi perang paling ampuh, yaitu kenalilah kekuatan diri dan bertempurlah di medan perang yang paling kita kuasai. Fokuskan diri pada kelebihan dan bukan kekurangan kita. Hanya dengan cara inilah kita bisa memenangkan pertempuran kita.
Dalam dunia bisnis kita kerap menjumpai banyak orang berperang di medan bisnis yang tidak tepat. Hanya karena iming-iming profit yang tinggi dan cepat di bisnis saham, maka kita yang sama sekali awam dengan bisnis saham menceburkan diri untuk berperang dengan pialang saham yang lain. Akibatnya bisa ditebak, kita babak belur dan bangkrut total. Contoh yang lain, keahlian kita adalah di dunia industri, tapi karena melihat bisnis kuliner cukup menjanjikan, maka kita coba-coba menjadi pebisnis kuliner, akibatnya juga sama yaitu kita kalah perang.
Apakah itu berarti kita tidak bisa menyeberang ke medan bisnis lain? Jawabannya bisa! Asal kita bisa berkolaborasi dengan ''Jenderal perang'' yang benar-benar ahli di medan tersebut. Selama kita tidak menemukan partner yang tepat, jangan coba-coba nekat perang karena kita pasti hancur. Ingatlah bahwa Tuhan memberikan keunikan dan kelebihan kepada masing-masing orang dengan tujuan supaya kita semua memaksimalkan keunikan dan kelebihan kita. Itulah medan perang yang perlu kita garap. Jangan mudah silau dengan medan bisnis lain yang sepertinya sangat menjanjikan tapi bisa menjadi bumerang bagi kita.
Tuhan Yesus Memberkati
Kita semua setuju bahwa singa adalah binatang buas yang sangat kuat. Namun apa jadinya jika singa diajak berkelahi di laut? Bisa dipastikan kekuatan singa tersebut menjadi tidak ada artinya. Sebaliknya, hiu adalah binatang yang memiliki kekuatan yang luar biasa di air, namun jika ikan tersebut berada di darat maka ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. ini pelajaran sederhana, tapi memiliki makna yang sangat dalam: ''Berperanglah di medan yang paling kita kuasai!''
Ribuan tahun yang lalu Sun Tzu, ahli perang Tiongkok yang sangat tersohor, merumuskan strategi perang paling ampuh, yaitu kenalilah kekuatan diri dan bertempurlah di medan perang yang paling kita kuasai. Fokuskan diri pada kelebihan dan bukan kekurangan kita. Hanya dengan cara inilah kita bisa memenangkan pertempuran kita.
Dalam dunia bisnis kita kerap menjumpai banyak orang berperang di medan bisnis yang tidak tepat. Hanya karena iming-iming profit yang tinggi dan cepat di bisnis saham, maka kita yang sama sekali awam dengan bisnis saham menceburkan diri untuk berperang dengan pialang saham yang lain. Akibatnya bisa ditebak, kita babak belur dan bangkrut total. Contoh yang lain, keahlian kita adalah di dunia industri, tapi karena melihat bisnis kuliner cukup menjanjikan, maka kita coba-coba menjadi pebisnis kuliner, akibatnya juga sama yaitu kita kalah perang.
Apakah itu berarti kita tidak bisa menyeberang ke medan bisnis lain? Jawabannya bisa! Asal kita bisa berkolaborasi dengan ''Jenderal perang'' yang benar-benar ahli di medan tersebut. Selama kita tidak menemukan partner yang tepat, jangan coba-coba nekat perang karena kita pasti hancur. Ingatlah bahwa Tuhan memberikan keunikan dan kelebihan kepada masing-masing orang dengan tujuan supaya kita semua memaksimalkan keunikan dan kelebihan kita. Itulah medan perang yang perlu kita garap. Jangan mudah silau dengan medan bisnis lain yang sepertinya sangat menjanjikan tapi bisa menjadi bumerang bagi kita.
Tuhan Yesus Memberkati
Selasa, 24 Agustus 2010
Nikmatnya Tantangan
''Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.'' (Roma 8:18)
Suatu hari seekor Itik melewati kandang ayam. Kebetulan saat itu ayam sedang mengerami telurnya. Itik mulai menggoda, katanya, ''Hai, Ayam, apa yang sedang kau lakukan? Kok, kerjanya hanya duduk-duduk di kandang saja?'' Si Ayam menjawab, Apa kamu tidak lihat Tik? Aku kan sedang mengerami telur-telurku.'' ''Lho. kok harus dierami? Kalau aku sih tidak perlu dierami, telur-telurku dapat menetas sendiri. Jadi aku tidak usah repot-repot duduk seharian sepertimu, ''kata Itik dengan nada menghina.
Hari berganti hari. Ayam betina masih terus mengerami telur-telurnya. Dengan penuh kesabaran dia masih setia duduk di kandang, meskipun sudah kelihatan lemah. ''Penderitaan yang kualami tidak sebanding dengan kebahagiaan yang akan kudapat,'' ucapnya menguatkan diri sendiri. Tidak terasa, sudah sampai hari ke-21. Dilihatnya satu demi satu telurnya. ''Hah...! Masih utuh?'' gumam si Ayam sembari menelungkupkan kembali sayapnya. Tapi tiba-tiba terdengar bunyi ''Krak..'' Sebutir telurnya mulai retak, lalu telur yang lainnya menyusul. Satu persatu telurnya berubah menjadi anak ayam yang lucu-lucu. Sekarang, induk ayam pun bisa turun dari kandangnya dengan penuh sukacita. Sementara itu, si Itik menjalani hari-harinya seperti biasa, tidak ada sesuatu yang baru dan menantang, sehingga hidupnya tidak pernah diwarnai dengan kejutan-kejutan menggembirakan. Tentu beda sekali dengan si Ayam.
Sebuah kata bijak mengatakan, ''Without bitter you don't know the sweet.'' Tanpa merasa pahit kita tidak akan pernah tahu arti rasa manis. Tanpa tantangan, hidup akan terasa monoton dan tak pernah bergairah. Apakah kita merasa jenuh dengan hidup atau kita merasa tidak ada kemajuan dalam karier kita? Bisa jadi itu karena kita membiarkan diri kita tidak pernah mengalami tantangan. Dan jika kita sedang jatuh bangun dalam merintis sesuatu, jadilah seperti kisah ayam di atas. Tetap yakini bahwa pada akhirnya kita pasti akan memperoleh buah dari ketekunan kita. Kehidupan para tokoh besar di Alkitab juga selalu diwarnai penderitaan. Jadi, jangan pernah merasa malang karena saat ini mengalami penderitaan. Bisa jadi itu awal rencana dahsyat Tuhan dalam hidup kita.
Tanpa merasa pahit kita tidak akan pernah tahu apa arti rasa manis
Tuhan Yesus Memberkati
Suatu hari seekor Itik melewati kandang ayam. Kebetulan saat itu ayam sedang mengerami telurnya. Itik mulai menggoda, katanya, ''Hai, Ayam, apa yang sedang kau lakukan? Kok, kerjanya hanya duduk-duduk di kandang saja?'' Si Ayam menjawab, Apa kamu tidak lihat Tik? Aku kan sedang mengerami telur-telurku.'' ''Lho. kok harus dierami? Kalau aku sih tidak perlu dierami, telur-telurku dapat menetas sendiri. Jadi aku tidak usah repot-repot duduk seharian sepertimu, ''kata Itik dengan nada menghina.
Hari berganti hari. Ayam betina masih terus mengerami telur-telurnya. Dengan penuh kesabaran dia masih setia duduk di kandang, meskipun sudah kelihatan lemah. ''Penderitaan yang kualami tidak sebanding dengan kebahagiaan yang akan kudapat,'' ucapnya menguatkan diri sendiri. Tidak terasa, sudah sampai hari ke-21. Dilihatnya satu demi satu telurnya. ''Hah...! Masih utuh?'' gumam si Ayam sembari menelungkupkan kembali sayapnya. Tapi tiba-tiba terdengar bunyi ''Krak..'' Sebutir telurnya mulai retak, lalu telur yang lainnya menyusul. Satu persatu telurnya berubah menjadi anak ayam yang lucu-lucu. Sekarang, induk ayam pun bisa turun dari kandangnya dengan penuh sukacita. Sementara itu, si Itik menjalani hari-harinya seperti biasa, tidak ada sesuatu yang baru dan menantang, sehingga hidupnya tidak pernah diwarnai dengan kejutan-kejutan menggembirakan. Tentu beda sekali dengan si Ayam.
Sebuah kata bijak mengatakan, ''Without bitter you don't know the sweet.'' Tanpa merasa pahit kita tidak akan pernah tahu arti rasa manis. Tanpa tantangan, hidup akan terasa monoton dan tak pernah bergairah. Apakah kita merasa jenuh dengan hidup atau kita merasa tidak ada kemajuan dalam karier kita? Bisa jadi itu karena kita membiarkan diri kita tidak pernah mengalami tantangan. Dan jika kita sedang jatuh bangun dalam merintis sesuatu, jadilah seperti kisah ayam di atas. Tetap yakini bahwa pada akhirnya kita pasti akan memperoleh buah dari ketekunan kita. Kehidupan para tokoh besar di Alkitab juga selalu diwarnai penderitaan. Jadi, jangan pernah merasa malang karena saat ini mengalami penderitaan. Bisa jadi itu awal rencana dahsyat Tuhan dalam hidup kita.
Tanpa merasa pahit kita tidak akan pernah tahu apa arti rasa manis
Tuhan Yesus Memberkati
Kamis, 05 Agustus 2010
Bisa Di Percaya
Tiga ekor kura-kura sedang berpiknik di siang hari dalam suatu musim panas. Yang pertama membawa sebuah keranjang berisi makanan, yang kedua membawa guci berisi minuman dingin, dan yang ketiga tidak membawa apa-apa. Saat mendekati area piknik, tetesan hujan mulai membasahi tempurung mereka.
''Kita tidak bisa berpiknik kalau tidak ada payung,'' kata kura-kura yang pertama, ''salah satu di antara kita harus kembali untuk mengambil payung.''
Kedua kura-kura yang menjinjing sepakat bahwa kura-kura ketigalah yang harus kembali pulang, karena kura-kura ketiga tidak membawa apa-apa.
''Aku tidak mau pulang,'' kata kura-kura ketiga.'' Begitu aku berangkat kalian berdua pasti akan menghabiskan makanan dan minuman, dan aku tidak mendapatkan apa-apa.''
''Tidak, kami tidak akan begitu,'' jawab kura-kura yang pertama.
''Kami berjanji akan menunggumu,'' kata kura-kura kedua, ''Tidak peduli berapa lama kamu pergi!'' kata kura-kura yang pertama.
''Tidak peduli berapa lama?'' tanya kura-kura yang ketiga.
''Betul! tidak peduli berapa lama!'' kedua kura-kura yang lain menjawab serempak.
Kura-kura ketiga lalu meninggalkan tempat itu, dan dua kura-kura yang lain duduk menanti. Mereka menunggu satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam...satu hari, dua hari, satu minggu. Dua minggu berlalu, dan akhirnya kura-kura kedua berkata, ''Mungkin kita tidak bisa terus begini, jangan-jangan dia memang tidak kembali, kita harus mulai makan.''
Detik berikutnya mereka pun mendengar suara kura-kura ketiga dari balik semak di dekat situ, ''Jika kalian makan, aku tidak akan berangkat!''
Menjaga sebuah komitmen memang tidaklah mudah. Ketiga kura-kura tadi, akhirnya tidak dapat berpiknik, dan semuanya tidak dapat makan, hanya karena tidak ada saling percaya diantara mereka. Kura-kura pertama dan kedua begitu gampang mengobral janji, sementara kura-kura ketiga menaruh rasa curiga yang merugikan mereka semua. Jadi, agar sebuah hubungan menjadi langgeng, peraturan pertama adalah jangan terlalu gampang mengobral janji, jika kita tidak dapat menepatinya, dan peraturan kedua adalah milikilah rasa saling percaya.
''Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.'' (Amsal 11:3)
Tuhan Yesus Memberkati
''Kita tidak bisa berpiknik kalau tidak ada payung,'' kata kura-kura yang pertama, ''salah satu di antara kita harus kembali untuk mengambil payung.''
Kedua kura-kura yang menjinjing sepakat bahwa kura-kura ketigalah yang harus kembali pulang, karena kura-kura ketiga tidak membawa apa-apa.
''Aku tidak mau pulang,'' kata kura-kura ketiga.'' Begitu aku berangkat kalian berdua pasti akan menghabiskan makanan dan minuman, dan aku tidak mendapatkan apa-apa.''
''Tidak, kami tidak akan begitu,'' jawab kura-kura yang pertama.
''Kami berjanji akan menunggumu,'' kata kura-kura kedua, ''Tidak peduli berapa lama kamu pergi!'' kata kura-kura yang pertama.
''Tidak peduli berapa lama?'' tanya kura-kura yang ketiga.
''Betul! tidak peduli berapa lama!'' kedua kura-kura yang lain menjawab serempak.
Kura-kura ketiga lalu meninggalkan tempat itu, dan dua kura-kura yang lain duduk menanti. Mereka menunggu satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam...satu hari, dua hari, satu minggu. Dua minggu berlalu, dan akhirnya kura-kura kedua berkata, ''Mungkin kita tidak bisa terus begini, jangan-jangan dia memang tidak kembali, kita harus mulai makan.''
Detik berikutnya mereka pun mendengar suara kura-kura ketiga dari balik semak di dekat situ, ''Jika kalian makan, aku tidak akan berangkat!''
Menjaga sebuah komitmen memang tidaklah mudah. Ketiga kura-kura tadi, akhirnya tidak dapat berpiknik, dan semuanya tidak dapat makan, hanya karena tidak ada saling percaya diantara mereka. Kura-kura pertama dan kedua begitu gampang mengobral janji, sementara kura-kura ketiga menaruh rasa curiga yang merugikan mereka semua. Jadi, agar sebuah hubungan menjadi langgeng, peraturan pertama adalah jangan terlalu gampang mengobral janji, jika kita tidak dapat menepatinya, dan peraturan kedua adalah milikilah rasa saling percaya.
''Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.'' (Amsal 11:3)
Tuhan Yesus Memberkati
Lama Kerja Atau Isi Kerja?
Ada sebuah kisah tentang seorang guru yang berambisi untuk menjadi kepala sekolah. Selama setahun ia beradaptasi dengan pekerjaannya yang baru sebagai tenaga pengajar. Selanjutnya, ia terbenam dalam rutinitas sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, ia merasa bahwa yang dilaluinya selama itu sudah cukup memadai untuk bekal mencari pekerjaan sebagai kepala sekolah.
Mulailah ia melamar dari tahun ke tahun setiap kali ia mendengar lowongan untuk kepala sekolah terbuka di kotanya.
Namun, setiap kali ia melamar, ia gagal. Sudah 15 tahun ia menjadi guru dan sudah lebih dari delapan kali ia melamar untuk menjadi kepala sekolah, tapi belum ada yang mau menerimanya. Kenyataan ini membuatnya gusar.
Sementara itu, seorang guru lain yang menurutnya hanya berpengalaman kerja selama tujuh tahun telah berhasil menduduki posisi yang ia dambakan.
Dengan marah ia lalu menelepon ketua yayasan sekolah yang bersangkutan.
''Aneh sekali kalau anda menerima orang tersebut dan bukan saya,'' ia mencemooh.
''Saya lebih senior, pengalaman saya 15 tahun, sedangkan ia hanya 7 tahun!''
''Oh, anda keliru,'' ketua yayasan itu menanggapi. Ia berpengalaman 7 tahun. Kalau anda, hanya 1 tahun, tetapi diulang sebanyak 15 kali.''
Keberhasilan kita dalam bekerja tidak diukur dari seberapa lama kita sudah bekerja, namun bagaimana kita telah mengisi waktu-waktu kerja kita dengan sesuatu yang benar-benar baik dan menguntungkan orang lain. Bukan kuantitas waktu yang menentukan tapi kualitas waktu.
Mari menjalani dan memberikan yang terbaik dari kemampuan kita terhadap pekerjaan kita sekarang, karena keberhasilan hidup tidak diukur dari lamanya kita hidup, tetapi bagaimana kita mengisi kehidupan kita.
''Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.'' (Mazmur 90:12)
Tuhan Yesus Memberkati
Mulailah ia melamar dari tahun ke tahun setiap kali ia mendengar lowongan untuk kepala sekolah terbuka di kotanya.
Namun, setiap kali ia melamar, ia gagal. Sudah 15 tahun ia menjadi guru dan sudah lebih dari delapan kali ia melamar untuk menjadi kepala sekolah, tapi belum ada yang mau menerimanya. Kenyataan ini membuatnya gusar.
Sementara itu, seorang guru lain yang menurutnya hanya berpengalaman kerja selama tujuh tahun telah berhasil menduduki posisi yang ia dambakan.
Dengan marah ia lalu menelepon ketua yayasan sekolah yang bersangkutan.
''Aneh sekali kalau anda menerima orang tersebut dan bukan saya,'' ia mencemooh.
''Saya lebih senior, pengalaman saya 15 tahun, sedangkan ia hanya 7 tahun!''
''Oh, anda keliru,'' ketua yayasan itu menanggapi. Ia berpengalaman 7 tahun. Kalau anda, hanya 1 tahun, tetapi diulang sebanyak 15 kali.''
Keberhasilan kita dalam bekerja tidak diukur dari seberapa lama kita sudah bekerja, namun bagaimana kita telah mengisi waktu-waktu kerja kita dengan sesuatu yang benar-benar baik dan menguntungkan orang lain. Bukan kuantitas waktu yang menentukan tapi kualitas waktu.
Mari menjalani dan memberikan yang terbaik dari kemampuan kita terhadap pekerjaan kita sekarang, karena keberhasilan hidup tidak diukur dari lamanya kita hidup, tetapi bagaimana kita mengisi kehidupan kita.
''Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.'' (Mazmur 90:12)
Tuhan Yesus Memberkati
Pengalih Perhatian
Segerombolan pencuri remaja memiliki metode operasi yang direncanakan dengan matang. Mereka masuk ke sebuah toko secara berkelompok. Kemudian, satu atau dua orang dari mereka akan memisahkan diri dari kelompok. Yang lain akan bergerak ke bagian toko yang jauh dari situ dan memulai suatu pertengkaran sengit, menyebabkan kehebohan yang menarik perhatian para pegawai dan pelanggan.
Semua mata akan tertuju pada gangguan itu, sehingga memberi kesempatan kepada satu atau dua pencuri ''keliling'' untuk mengisi kantung-kantung mereka dengan barang dagangan atau uang tunai dan meninggalkan toko itu sebelum siapa pun menduga apa yang telah terjadi.
Baru berjam-jam, bahkan kadang-kadang berhari-hari kemudian, si pemilik toko yang menjadi korban menyadari bahwa ada barang yang hilang dan memanggil polisi. Namun, pada saat itu para pencuri tadi sudah lama pergi dan tidak ada kemungkinan untuk melacak jejak atau memperoleh kembali apa yang sudah diambil.
Bukankah iblis juga bekerja dengan cara yang sama? iblis mengalihkan perhatian kita dengan menggunakan daya pikat kemasyuran, kekayaan, kekuasaan atau kepuasan sementara dari hasrat -hasrat kedagingan, dan berbagai kesenangan dunia ini yang sifatnya hanya sementara.
Dalam prosesnya, kita seringkali dialihkan dari perhatian kita pada surga dan kekekalan, karena iblis membuat kita terpaku dan terlalu memperhatikan hal-hal yang berasal dari dunia ini. Karena itu jangan mau tergoda dan tertipu oleh tipu muslihat iblis, namun biarlah kita tetap bersikeras waspada dan memberikan perhatian kita yang terutama hanya kepada Yesus dan hal-hal yang bersifat kekal, karena hanya di dalam Yesus, terdapat semua kebenaran, damai sejahtera, sukacita dan keberhasilan yang sifatnya tidak sementara, namun bersifat kekal.
''Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!'' (Pengkhotbah 11:9)
Tuhan Yesus Memberkati
Semua mata akan tertuju pada gangguan itu, sehingga memberi kesempatan kepada satu atau dua pencuri ''keliling'' untuk mengisi kantung-kantung mereka dengan barang dagangan atau uang tunai dan meninggalkan toko itu sebelum siapa pun menduga apa yang telah terjadi.
Baru berjam-jam, bahkan kadang-kadang berhari-hari kemudian, si pemilik toko yang menjadi korban menyadari bahwa ada barang yang hilang dan memanggil polisi. Namun, pada saat itu para pencuri tadi sudah lama pergi dan tidak ada kemungkinan untuk melacak jejak atau memperoleh kembali apa yang sudah diambil.
Bukankah iblis juga bekerja dengan cara yang sama? iblis mengalihkan perhatian kita dengan menggunakan daya pikat kemasyuran, kekayaan, kekuasaan atau kepuasan sementara dari hasrat -hasrat kedagingan, dan berbagai kesenangan dunia ini yang sifatnya hanya sementara.
Dalam prosesnya, kita seringkali dialihkan dari perhatian kita pada surga dan kekekalan, karena iblis membuat kita terpaku dan terlalu memperhatikan hal-hal yang berasal dari dunia ini. Karena itu jangan mau tergoda dan tertipu oleh tipu muslihat iblis, namun biarlah kita tetap bersikeras waspada dan memberikan perhatian kita yang terutama hanya kepada Yesus dan hal-hal yang bersifat kekal, karena hanya di dalam Yesus, terdapat semua kebenaran, damai sejahtera, sukacita dan keberhasilan yang sifatnya tidak sementara, namun bersifat kekal.
''Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!'' (Pengkhotbah 11:9)
Tuhan Yesus Memberkati
Tuntunan Roh Kudus
Seorang penjual komputer muda bernama Kurt gembira ketika salah satu kliennya menunjukkan minat untuk membeli sebuah system komputer yang dipasang Kurt dua tahun yang lalu, namun baru-baru ini ingin digantikan dengan yang sudah ditingkatkan. Setelah perhitungan cermat dan konsultasi dengan kantor pusatnya, ia menetapkan harga $800.000 untuk system itu dan berencana untuk mempresentasikan semua alasannya dalam mengajukan jumlah tersebut, kepada kliennya itu.
Saat ia duduk bernegosiasi, ia mendengar suatu suara dalam batinnya berkata, ''Tunggu. Biarkan mereka yang bicara terlabih dahulu.''
Si pembeli segera mengisi keheningan dengan laporan panjang lebar riset mereka sendiri tentang kekuatan dan kelemahan system komputer ini, usia peralatan ini, dan kebutuhan perangkat lunak baru. ''Dapatkah anda meningkatkan system ini?'' Tanya salah satu pembeli.
''Tentu saja,'' jawab Kurt.
Si pembeli lalu berkata, ''Kami akan membayar anda $950.000 untuk system itu, tapi tidak lebih sesen pun.''
Kurang dari satu jam kemudian, kertas kerja di tandatangani dan Kurt meninggalkan tempat itu dengan transaksi yang justru lebih baik daripada yang ia bayangkan, dan Kurt tidak perlu panjang lebar mempresentasikan rencananya hanya mengatakan, ''Terima kasih.''
Seringkali yang membuat kita gagal dalam berbisnis, dalam bertransaksi, dalam bernegosiasi, dalam pekerjaan atau dalam hubungan apapun adalah karena kita tidak menuruti tuntunan Roh Kudus. Kadang-kadang hal terbaik untuk dikatakan adalah, tak sepatah kata pun!
Jadi adalah jauh lebih baik untuk melibatkan Roh Kudus dalam setiap kegiatan kita, belajar untuk peka terhadap kehendak-Nya, sehingga kita tahu kapan waktunya harus berbicara dan kapan waktunya harus diam. Karena bila kita bekerja bersama Roh Kudus, maka setiap langkah adalah anugerah.
''Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.'' (Mazmur 73:24)
Tuhan Yesus Memberkati
Saat ia duduk bernegosiasi, ia mendengar suatu suara dalam batinnya berkata, ''Tunggu. Biarkan mereka yang bicara terlabih dahulu.''
Si pembeli segera mengisi keheningan dengan laporan panjang lebar riset mereka sendiri tentang kekuatan dan kelemahan system komputer ini, usia peralatan ini, dan kebutuhan perangkat lunak baru. ''Dapatkah anda meningkatkan system ini?'' Tanya salah satu pembeli.
''Tentu saja,'' jawab Kurt.
Si pembeli lalu berkata, ''Kami akan membayar anda $950.000 untuk system itu, tapi tidak lebih sesen pun.''
Kurang dari satu jam kemudian, kertas kerja di tandatangani dan Kurt meninggalkan tempat itu dengan transaksi yang justru lebih baik daripada yang ia bayangkan, dan Kurt tidak perlu panjang lebar mempresentasikan rencananya hanya mengatakan, ''Terima kasih.''
Seringkali yang membuat kita gagal dalam berbisnis, dalam bertransaksi, dalam bernegosiasi, dalam pekerjaan atau dalam hubungan apapun adalah karena kita tidak menuruti tuntunan Roh Kudus. Kadang-kadang hal terbaik untuk dikatakan adalah, tak sepatah kata pun!
Jadi adalah jauh lebih baik untuk melibatkan Roh Kudus dalam setiap kegiatan kita, belajar untuk peka terhadap kehendak-Nya, sehingga kita tahu kapan waktunya harus berbicara dan kapan waktunya harus diam. Karena bila kita bekerja bersama Roh Kudus, maka setiap langkah adalah anugerah.
''Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.'' (Mazmur 73:24)
Tuhan Yesus Memberkati
Kamis, 22 Juli 2010
Kehendak Siapakah?
Suatu ketika ada seorang wanita Skotlandia yang mendapatkan nafkah sekadarnya dengan menjajakan barang-barang di sepanjang jalan di daerahnya.
Setiap hari ia bepergian kemana-mana, dan kalau ia sampai di perempatan jalan, ia melemparkan sebatang tongkat ke udara. Ke arah mana saja tongkatnya menunjuk, ia selalu pergi ke sana.
Pada suatu kesempatan, seorang laki-laki tua berdiri di seberang jalan ketika ia melemparkan tongkat ke udara satu kali, dua kali, dan tiga kali. Akhirnya, laki-laki tua ini bertanya, ''Mengapa engkau melemparkan tongkat seperti itu?''
''Saya membiarkan Tuhan memberi tahu saya jalan mana yang harus saya lalui dengan tongkat ini,'' jawab si wanita.
''Kalau begitu mengapa engkau melemparkannya tiga kali?'' Tanya si laki-laki tua.
''Sebab pada dua lemparan yang pertama, Ia menunjukkan kepada saya arah yang salah,'' jawab si wanita.
Tujuan tertinggi dari sebuah doa adalah bukanlah untuk mendapatkan apa yang kita inginikan melainkan belajar untuk mengetahui apa kehendak Tuhan dalam kehidupan kita dan apa yang ingin diberikan Tuhan untuk kita. Seringkali yang terjadi adalah kita selalu memaksakan kehendak kita kepada Tuhan, padahal Tuhan jauh lebih tahu yang terbaik bagi kita.
Marilah kita berdoa dengan iman yang teguh, namun biarlah iman kita juga merupakan iman yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari menyerahkan kehendak kita ke dalam tangan Tuhan yang kuat dan menempatkan diri kita dalam kehendak dan rencana Tuhan, bukannya kehendak dan rencana kita sendiri.
''Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.'' (1 Yohanes 5:3)
Tuhan Yesus Memberkati.
Setiap hari ia bepergian kemana-mana, dan kalau ia sampai di perempatan jalan, ia melemparkan sebatang tongkat ke udara. Ke arah mana saja tongkatnya menunjuk, ia selalu pergi ke sana.
Pada suatu kesempatan, seorang laki-laki tua berdiri di seberang jalan ketika ia melemparkan tongkat ke udara satu kali, dua kali, dan tiga kali. Akhirnya, laki-laki tua ini bertanya, ''Mengapa engkau melemparkan tongkat seperti itu?''
''Saya membiarkan Tuhan memberi tahu saya jalan mana yang harus saya lalui dengan tongkat ini,'' jawab si wanita.
''Kalau begitu mengapa engkau melemparkannya tiga kali?'' Tanya si laki-laki tua.
''Sebab pada dua lemparan yang pertama, Ia menunjukkan kepada saya arah yang salah,'' jawab si wanita.
Tujuan tertinggi dari sebuah doa adalah bukanlah untuk mendapatkan apa yang kita inginikan melainkan belajar untuk mengetahui apa kehendak Tuhan dalam kehidupan kita dan apa yang ingin diberikan Tuhan untuk kita. Seringkali yang terjadi adalah kita selalu memaksakan kehendak kita kepada Tuhan, padahal Tuhan jauh lebih tahu yang terbaik bagi kita.
Marilah kita berdoa dengan iman yang teguh, namun biarlah iman kita juga merupakan iman yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari menyerahkan kehendak kita ke dalam tangan Tuhan yang kuat dan menempatkan diri kita dalam kehendak dan rencana Tuhan, bukannya kehendak dan rencana kita sendiri.
''Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.'' (1 Yohanes 5:3)
Tuhan Yesus Memberkati.
Jumat, 16 Juli 2010
Keteladanan Seekor Kambing
Dua ekor kambing gunung bertemu berhadap-hadapan, di suatu jalan setapak yang sempit yang hanya dapat dilewati oleh salah satu diantara mereka.
Di sebelah kiri mereka terdapat jurang yang dalam dan di sebelah kanan ada sebuah danau. Kedua binatang itu saling berpandangan. Apa yang harus mereka lakukan? Mereka tidak dapat berjalan balik karena terlalu berbahaya. Mereka juga tidak dapat berputar karena jalan setapak itu terlalu sempit.
Salah satu kambing itu, tiba-tiba berbaring di jalan yang sempit itu, dan mengembik memberi tanda kepada kambing yang lain supaya berjalan di atasnya. Dan, selamatlah keduanya dari kecelakaan, dan keduanya akhirnya dapat tiba di tempat tujuan mereka masing-masing.
Kambing-kambing itu tidak saling menanduk dan berkelahi untuk mempertahankan jalannya supaya selamat. Padahal manusia justru kadang-kadang tidak lebih bijaksana daripada kedua kambing di atas. Seringkali, daripada bekerjasama, kita justru lebih memilih untuk menggunakan segala macam cara dan upaya untuk menyingkirkan setiap orang yang berhadap-hadapan dengan kita. Baik itu dalam bisnis, pekerjaan atau bahkan dalam pelayanan.
Karena itu mari menjalani kehidupan ini dengan sikap yang benar, dengan saling bertolong-tolongan dalam menanggung beban kita, karena demikianlah kita memenuhi hukum Kristus.
''Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.'' (Galatia 6:2)
Tuhan Yesus Memberkati
Di sebelah kiri mereka terdapat jurang yang dalam dan di sebelah kanan ada sebuah danau. Kedua binatang itu saling berpandangan. Apa yang harus mereka lakukan? Mereka tidak dapat berjalan balik karena terlalu berbahaya. Mereka juga tidak dapat berputar karena jalan setapak itu terlalu sempit.
Salah satu kambing itu, tiba-tiba berbaring di jalan yang sempit itu, dan mengembik memberi tanda kepada kambing yang lain supaya berjalan di atasnya. Dan, selamatlah keduanya dari kecelakaan, dan keduanya akhirnya dapat tiba di tempat tujuan mereka masing-masing.
Kambing-kambing itu tidak saling menanduk dan berkelahi untuk mempertahankan jalannya supaya selamat. Padahal manusia justru kadang-kadang tidak lebih bijaksana daripada kedua kambing di atas. Seringkali, daripada bekerjasama, kita justru lebih memilih untuk menggunakan segala macam cara dan upaya untuk menyingkirkan setiap orang yang berhadap-hadapan dengan kita. Baik itu dalam bisnis, pekerjaan atau bahkan dalam pelayanan.
Karena itu mari menjalani kehidupan ini dengan sikap yang benar, dengan saling bertolong-tolongan dalam menanggung beban kita, karena demikianlah kita memenuhi hukum Kristus.
''Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.'' (Galatia 6:2)
Tuhan Yesus Memberkati
Selasa, 13 Juli 2010
Kebenaran Sejati
Alkisah, ada seorang pedagang yang punya seorang istri jelita dan seorang anak laki-laki yang sangat dicintainya. Suatu hari, istrinya jatuh sakit dan tidak berapa lama meninggal. Betapa pedihnya hati pria tersebut. Sepeninggal istrinya, ia mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayangnya kepada anak laki-laki semata wayangnya.
Suatu ketika, ia pergi ke luar kota untuk berdagang. Anaknya ditinggal di rumah.. Sekawanan bandit datang merampok desa mereka. mereka merampok hasil harta benda, membakar rumah, dan bahkan menghabiskan nyawa penduduk yang mencoba melawan. Rumah sang pedagang pun tak luput dari sasaran. Mereka bahkan menculik anaknya untuk dijadikan budak. Betapa terperanjatnya sang pedagang ketika pulang dan mendapati rumahnya sudah menjadi tumpukan arang. Dengan gundah hati, ia mencari-cari anak tunggalnya. Ditengah kepedihan dan keputusasaan, ia menemukan seonggok belulang dan abu di sekitar rumahnya. Didekat situ tergolek boneka kayu kesayangan anaknya. Yakinlah ia bahwa itu adalah abu jasad anaknya. Meledaklah raung tangisnya, ia menggelepar-gelepar di tanah sembari meraupi wajahnya dengan abu itu. Satu-satunya sumber kebahagiaan hidupnya kini juga telah direnggut.
Semenjak itu, pria tersebut selalu membawa-bawa abu itu dalam sebuah tas. Sampai setahun setelah itu, ia masih suka mengucilkan diri, tenggelam dalam tangis sampai berjam-jam. Musim berlalu, sang anknya akhirnya berhasil meloloskan diri dari cengkeraman para penculiknya. Ia bergegas pulang ke kampung halamannya. Sesampai di kediaman ayahnya ia mengetuk pintu sembari berteriak senang.
''Ayah, ini aku pulang!'' Sang ayah yang sedang tertidur di ranjangnya terbangun mendengar suara itu. Ia berpikir, ''Ini pasti ulah anak-anak nakal yang suka meledekku itu.'' ''Pergi! jangan main-main!'' Mendengar sahutan itu, sang anak kembali berteriak, ''Ayah! ini aku, anakmu!'' Dari dalam rumah terdengar lagi, ''Jangan ganggu aku terus! Pergi kamu!'' Sang anak menggedor pintu dan berteriak lebih lantang. ''Buka pintu, ayah! Ini betul anakmu!'' Mereka saling bersahutan, sang ayah bersikeras untuk tidak membukakan pintu. Sang anak akhirnya putus asa dan berlalu dari rumah itu.
Sebagian orang begitu erat memegang apa yang mereka anggap sebagai ''Kebenaran''. Ketika Kebenaran Sejati betul-betul datang, mereka malah tidak mau membuka pintu hati mereka, dan akhirnya kerugian besar yang mereka alami. Yesus adalah Kebenaran yang Sejati, mari kita membukakan pintu hati kita, agar Yesus, yang adalah Jalan dan Kebenaran dan Hidup dapat tinggal dalam hati kita, dan mengubah kehidupan kita menjadi kehidupan yang berarti, penuh keberhasilan dan penuh sukacita.
''Kata Yesus kepadanya: ''Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.'' (Yohanes 14:6)
Tuhan Yesus Memberkati
Suatu ketika, ia pergi ke luar kota untuk berdagang. Anaknya ditinggal di rumah.. Sekawanan bandit datang merampok desa mereka. mereka merampok hasil harta benda, membakar rumah, dan bahkan menghabiskan nyawa penduduk yang mencoba melawan. Rumah sang pedagang pun tak luput dari sasaran. Mereka bahkan menculik anaknya untuk dijadikan budak. Betapa terperanjatnya sang pedagang ketika pulang dan mendapati rumahnya sudah menjadi tumpukan arang. Dengan gundah hati, ia mencari-cari anak tunggalnya. Ditengah kepedihan dan keputusasaan, ia menemukan seonggok belulang dan abu di sekitar rumahnya. Didekat situ tergolek boneka kayu kesayangan anaknya. Yakinlah ia bahwa itu adalah abu jasad anaknya. Meledaklah raung tangisnya, ia menggelepar-gelepar di tanah sembari meraupi wajahnya dengan abu itu. Satu-satunya sumber kebahagiaan hidupnya kini juga telah direnggut.
Semenjak itu, pria tersebut selalu membawa-bawa abu itu dalam sebuah tas. Sampai setahun setelah itu, ia masih suka mengucilkan diri, tenggelam dalam tangis sampai berjam-jam. Musim berlalu, sang anknya akhirnya berhasil meloloskan diri dari cengkeraman para penculiknya. Ia bergegas pulang ke kampung halamannya. Sesampai di kediaman ayahnya ia mengetuk pintu sembari berteriak senang.
''Ayah, ini aku pulang!'' Sang ayah yang sedang tertidur di ranjangnya terbangun mendengar suara itu. Ia berpikir, ''Ini pasti ulah anak-anak nakal yang suka meledekku itu.'' ''Pergi! jangan main-main!'' Mendengar sahutan itu, sang anak kembali berteriak, ''Ayah! ini aku, anakmu!'' Dari dalam rumah terdengar lagi, ''Jangan ganggu aku terus! Pergi kamu!'' Sang anak menggedor pintu dan berteriak lebih lantang. ''Buka pintu, ayah! Ini betul anakmu!'' Mereka saling bersahutan, sang ayah bersikeras untuk tidak membukakan pintu. Sang anak akhirnya putus asa dan berlalu dari rumah itu.
Sebagian orang begitu erat memegang apa yang mereka anggap sebagai ''Kebenaran''. Ketika Kebenaran Sejati betul-betul datang, mereka malah tidak mau membuka pintu hati mereka, dan akhirnya kerugian besar yang mereka alami. Yesus adalah Kebenaran yang Sejati, mari kita membukakan pintu hati kita, agar Yesus, yang adalah Jalan dan Kebenaran dan Hidup dapat tinggal dalam hati kita, dan mengubah kehidupan kita menjadi kehidupan yang berarti, penuh keberhasilan dan penuh sukacita.
''Kata Yesus kepadanya: ''Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.'' (Yohanes 14:6)
Tuhan Yesus Memberkati
Kamis, 08 Juli 2010
Jangan Pernah Menyerah
Dua ekor katak berlompatan dengan riangnya di sebuah peternakan sapi. Seorang ibu yang sedang membersihkan halaman kandang berusaha mengusir dengan gagang sapu dan membuat kedua katak itu lari ketakutan ''Cepat ke arah sana,'' kata salah seekor katak. ''Aku melihat tempat persembunyian yang baik dan pasti sulit dijangkau oleh gagang sapu itu,'' katanya menunjuk kandang sapi perah yang ada di dalam peternakan tersebut. Pada lompatan terakhir, ''Plung!'' Keduanya serentak mendarat di sebuah ember berisi susu segar. Mereka segera berenang ke tepi ember dan berusaha naik untuk keluar sambil sesekali melompat. Namun, tidak berhasil. ''Oh kawan, ember aluminium ini sangat licin. Rasanya tidak mungkin memanjatnya. Habislah kita kali ini. Kita tak bisa ke mana-mana lagi. Kita akan mati tenggelam di sini, ''kata katak kedua.
''Teruslah berusaha, teruslah mendayung,'' kata katak pertama. ''Pasti ada cara untuk keluar dari tempat ini. Ayo, kita pikirkan, jangan menyerah.'' Mereka berdua pun mendayung dan berenang ke sana ke mari sambil sesekali melompat berusaha melewati bibir ember. Setelah sekian jam mendayung, katak kedua mulai mengeluh lagi, ''Ugh, aku lelah sekali. Aku benar-benar kehabisan tenaga. Susu ini kental sekali dan terlalu licin untuk keluar.
''Ayo, teruslah berusaha, jangan menyerah,'' Kata katak pertama memberi semangat. ''Percuma saja, kita tidak akan pernah keluar hidup-hidup dari tempat ini. Kita pasti mati di sini,'' keluhnya dengan makin lemah. Gerakan katak kedua makin lama makin lambat dan akhirnya tidak bergerak lagi, mati. Sementara itu, katak pertama tidak putus asa. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia terus berenang dan mengayunkan tangan dan kakinya sambil sesekali melompat. Saat menjelang pagi, udara terasa sangat dingin. samar-samar terdengar ayam berkokok dan tanpa disadari kaki katak pertama ini terasa mendapat pijakan. Katak itu sudah tidak mendayung lagi karena kakinya berdiri di atas setumpuk mentega hasil karyanya semalam. Dan, ''Plop'' katak itu pun melakukan lompatan terakhir, keluar dan terbebas dari ember yang telah mengubur temannya.
Ketika berpikir kita bisa atau tidak bisa, kita benar! Yang membedakan adalah apa yang kita pilih untuk kita pikirkan. Bila kita berpikir bersama Allah tidak ada yang mustahil, maka itulah yang akan terjadi, namun bila kita berpikir kita tidak sanggup, maka itu jugalah yang akan terjadi. Jadi jangan menyerah, karena bersama Allah tidak ada yang mustahil.
''Ah Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apa pun yang mustahil untuk-Mu!'' (Yeremia 32:17)
Tuhan Yesus Memberkati
''Teruslah berusaha, teruslah mendayung,'' kata katak pertama. ''Pasti ada cara untuk keluar dari tempat ini. Ayo, kita pikirkan, jangan menyerah.'' Mereka berdua pun mendayung dan berenang ke sana ke mari sambil sesekali melompat berusaha melewati bibir ember. Setelah sekian jam mendayung, katak kedua mulai mengeluh lagi, ''Ugh, aku lelah sekali. Aku benar-benar kehabisan tenaga. Susu ini kental sekali dan terlalu licin untuk keluar.
''Ayo, teruslah berusaha, jangan menyerah,'' Kata katak pertama memberi semangat. ''Percuma saja, kita tidak akan pernah keluar hidup-hidup dari tempat ini. Kita pasti mati di sini,'' keluhnya dengan makin lemah. Gerakan katak kedua makin lama makin lambat dan akhirnya tidak bergerak lagi, mati. Sementara itu, katak pertama tidak putus asa. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia terus berenang dan mengayunkan tangan dan kakinya sambil sesekali melompat. Saat menjelang pagi, udara terasa sangat dingin. samar-samar terdengar ayam berkokok dan tanpa disadari kaki katak pertama ini terasa mendapat pijakan. Katak itu sudah tidak mendayung lagi karena kakinya berdiri di atas setumpuk mentega hasil karyanya semalam. Dan, ''Plop'' katak itu pun melakukan lompatan terakhir, keluar dan terbebas dari ember yang telah mengubur temannya.
Ketika berpikir kita bisa atau tidak bisa, kita benar! Yang membedakan adalah apa yang kita pilih untuk kita pikirkan. Bila kita berpikir bersama Allah tidak ada yang mustahil, maka itulah yang akan terjadi, namun bila kita berpikir kita tidak sanggup, maka itu jugalah yang akan terjadi. Jadi jangan menyerah, karena bersama Allah tidak ada yang mustahil.
''Ah Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apa pun yang mustahil untuk-Mu!'' (Yeremia 32:17)
Tuhan Yesus Memberkati
Salah Paham
Seorang bos di sebuah perusahaan besar, tiba-tiba melakukan inspeksi mendadak ke pabriknya untuk melihat kinerja para karyawannya. Di Pabrik, ia menemukan seorang pria muda yang tengah bersandar di dekat pintu. Tampaknya ia tengah bersantai, padahal semua pekerja yang ada di ruangan itu tengah sibuk bekerja, kecuali dirinya.
Si bos segera menghampiri pemuda tersebut dan bertanya, ''Berapa gajimu seminggu?''
dengan sedikit terkejut, pemuda itu melihat ke arah si bos dan berkata, ''Hmmmm...sekitar Rp 200.000 per minggu, kenapa memangnya?''
Si bos mengeluarkan dompetnya dan mengambil empat lembar uang 100 ribu-an. Ia lalu mengulurkannya kepada si pemuda sambil berkata, ''Ini gajimu untuk dua minggu dan cepat pergi dari sini. Aku tak mau melihatmu lagi''
Dengan keterkejutan luar biasa dan juga takut, si pemuda segera meninggalkan tempat tersebut tanpa banyak bicara. Lalu dengan muka berwibawa si bos melihat para stafnya yang sedari tadi memperhatikan adegan itu.
''Adakah yang tahu, dari divisi manakah pemuda pemalas tersebut? '' Tanya si bos.
Suasana menjadi hening sampai akhirnya seorang staf menjawab dengan sedikit ketakutan, ''Ia tak bekerja di sini Pak. Ia adalah pengantar pizza yang mengantar pesanan bagian personalia.''
Hanya gara-gara terlampau emosional, tanpa dilengkapi dengan dasar-dasar yang kuat dan tanpa adanya komunikasi yang benar, si bos telah menderita kerugian uang sejumlah Rp. 400.000 akibat keputusan salah yang telah diambilnya. Untung hanya empat ratus ribu rupiah, bagaimana kalau keputusan yang tanpa dasar itu meyebabkan kerugian yang jauh lebih besar?
Seringkali kita juga melakukan hal yang sama, mungkin bukan kerugian dalam bentuk materi yang kita dapatkan, namun kerugian dalam bentuk lainnya berupa, hilangnya teman, hubungan yang renggang dengan pasangan hidup kita, dengan saudara kita, ataupun dengan rekan kerja kita. Terkadang, dalam menyikapi sesuatu, entah itu hal-hal yang kita lihat atau hal-hal yang kita dengar, kita langsung bertindak secara emosional, tanpa mempertimbangkan kebenaran dari hal-hal tersebut.
Jadi, sebelum mengambil sebuah kesimpulan ataupun keputusan, ada baiknya kita mempunyai alasan-alasan yang tepat, dasar-dasar yang benar dan bukti-bukti yang akurat untuk mendukung kesimpulan kita, baru setelah itu kita dapat memutuskan secara tepat dan benar.
''Ya kesenangannya ialah takut akan TUHAN, Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.'' (Yesaya 11:3)
Tuhan Yesus Memberkati
Si bos segera menghampiri pemuda tersebut dan bertanya, ''Berapa gajimu seminggu?''
dengan sedikit terkejut, pemuda itu melihat ke arah si bos dan berkata, ''Hmmmm...sekitar Rp 200.000 per minggu, kenapa memangnya?''
Si bos mengeluarkan dompetnya dan mengambil empat lembar uang 100 ribu-an. Ia lalu mengulurkannya kepada si pemuda sambil berkata, ''Ini gajimu untuk dua minggu dan cepat pergi dari sini. Aku tak mau melihatmu lagi''
Dengan keterkejutan luar biasa dan juga takut, si pemuda segera meninggalkan tempat tersebut tanpa banyak bicara. Lalu dengan muka berwibawa si bos melihat para stafnya yang sedari tadi memperhatikan adegan itu.
''Adakah yang tahu, dari divisi manakah pemuda pemalas tersebut? '' Tanya si bos.
Suasana menjadi hening sampai akhirnya seorang staf menjawab dengan sedikit ketakutan, ''Ia tak bekerja di sini Pak. Ia adalah pengantar pizza yang mengantar pesanan bagian personalia.''
Hanya gara-gara terlampau emosional, tanpa dilengkapi dengan dasar-dasar yang kuat dan tanpa adanya komunikasi yang benar, si bos telah menderita kerugian uang sejumlah Rp. 400.000 akibat keputusan salah yang telah diambilnya. Untung hanya empat ratus ribu rupiah, bagaimana kalau keputusan yang tanpa dasar itu meyebabkan kerugian yang jauh lebih besar?
Seringkali kita juga melakukan hal yang sama, mungkin bukan kerugian dalam bentuk materi yang kita dapatkan, namun kerugian dalam bentuk lainnya berupa, hilangnya teman, hubungan yang renggang dengan pasangan hidup kita, dengan saudara kita, ataupun dengan rekan kerja kita. Terkadang, dalam menyikapi sesuatu, entah itu hal-hal yang kita lihat atau hal-hal yang kita dengar, kita langsung bertindak secara emosional, tanpa mempertimbangkan kebenaran dari hal-hal tersebut.
Jadi, sebelum mengambil sebuah kesimpulan ataupun keputusan, ada baiknya kita mempunyai alasan-alasan yang tepat, dasar-dasar yang benar dan bukti-bukti yang akurat untuk mendukung kesimpulan kita, baru setelah itu kita dapat memutuskan secara tepat dan benar.
''Ya kesenangannya ialah takut akan TUHAN, Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.'' (Yesaya 11:3)
Tuhan Yesus Memberkati
Senin, 05 Juli 2010
No Pain No Gain
''Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ''Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.'' (Matius 16:24)
Seorang pria masuk sebuah studio tempat pembuatan tato: ''Mau ditato apa?'' Tanya si pembuat tato sambil menyodorkan sampel-sampel tato. ''Saya senang yang ini'' kata pria itu menunjuk sebuah tato naga. ''Silakan ''! katanya menawarkan tempat tidur. 10 menit berlalu, si pembuat tato masih mengerjakan tugasnya pada punggung si pria. ''Sebentar, di situ sakit. lagi buat apa?'' teriak si pria kesakitan. ''Kaki naga'' kata si pembuat tato. ''Ah nggak usah deh, aku tidak tahan sakitnya.'' Si pembuat tato pun beralih mengerjakan bagian lain. Tak lama kemudian pria ini menjerit lagi, ''Auww! sakit! Lagi buat apa?'' ''Sedang menggambar ekor.'' kata pembuat tato. ''Ah! nggak usah, yang lain saja.'' Kata si pria lagi. ''Ok!'' jawab si pembuat tato singkat. Satu jam kemudian, selesai sudah tato itu. Hanya gambarnya aneh, naga tanpa ekor dan kaki. Lebih mirip cacing.
Banyak orang percaya menginginkan hal-hal yang baik terjadi pada mereka. Tapi, mereka hanya mau main jalan pintas. Tidak heran jika praktik judi, penipuan atau yang tidak etis lainnya marak terjadi.
''Sukses adalah paduan antara persiapan dan kesempatan.'' Kata John Maxwell. Banyak orang hanya mengharapkan kesempatan tetapi tidak mempersiapkan diri untuk itu. Mempersiapkan diri adalah bagian dari membayar harga. Dalam Perjanjian Lama, satu praktik penting adalah persembahan korban. Ya, saat kita mengorbankan diri kita, mau bayar harga dengan sesuai, maka barulah kita boleh berharap hidup yang berhasil.
Ketika memberi tahu tentang syarat-syarat mengikuti-Nya, Yesus memberi tiga syarat:
1. menyangkal diri (melupakan kepentingan pribadi),
2. memikul salib (tahan menderita),
3. mengikuti Dia (setia).
Jelas itu bukan syarat yang mudah karena upah mengikuti Dia juga bukanlah upah yang murah.
Ingatlah sebuah kutipan, ''Jika kita keras terhadap kehidupan, maka kehidupan akan lembut pada kita; kalau kita lembut pada kehidupan, hidup akan terasa keras bagi kita.'' No pain no gain.
Tuhan Yesus Memberkati.
Seorang pria masuk sebuah studio tempat pembuatan tato: ''Mau ditato apa?'' Tanya si pembuat tato sambil menyodorkan sampel-sampel tato. ''Saya senang yang ini'' kata pria itu menunjuk sebuah tato naga. ''Silakan ''! katanya menawarkan tempat tidur. 10 menit berlalu, si pembuat tato masih mengerjakan tugasnya pada punggung si pria. ''Sebentar, di situ sakit. lagi buat apa?'' teriak si pria kesakitan. ''Kaki naga'' kata si pembuat tato. ''Ah nggak usah deh, aku tidak tahan sakitnya.'' Si pembuat tato pun beralih mengerjakan bagian lain. Tak lama kemudian pria ini menjerit lagi, ''Auww! sakit! Lagi buat apa?'' ''Sedang menggambar ekor.'' kata pembuat tato. ''Ah! nggak usah, yang lain saja.'' Kata si pria lagi. ''Ok!'' jawab si pembuat tato singkat. Satu jam kemudian, selesai sudah tato itu. Hanya gambarnya aneh, naga tanpa ekor dan kaki. Lebih mirip cacing.
Banyak orang percaya menginginkan hal-hal yang baik terjadi pada mereka. Tapi, mereka hanya mau main jalan pintas. Tidak heran jika praktik judi, penipuan atau yang tidak etis lainnya marak terjadi.
''Sukses adalah paduan antara persiapan dan kesempatan.'' Kata John Maxwell. Banyak orang hanya mengharapkan kesempatan tetapi tidak mempersiapkan diri untuk itu. Mempersiapkan diri adalah bagian dari membayar harga. Dalam Perjanjian Lama, satu praktik penting adalah persembahan korban. Ya, saat kita mengorbankan diri kita, mau bayar harga dengan sesuai, maka barulah kita boleh berharap hidup yang berhasil.
Ketika memberi tahu tentang syarat-syarat mengikuti-Nya, Yesus memberi tiga syarat:
1. menyangkal diri (melupakan kepentingan pribadi),
2. memikul salib (tahan menderita),
3. mengikuti Dia (setia).
Jelas itu bukan syarat yang mudah karena upah mengikuti Dia juga bukanlah upah yang murah.
Ingatlah sebuah kutipan, ''Jika kita keras terhadap kehidupan, maka kehidupan akan lembut pada kita; kalau kita lembut pada kehidupan, hidup akan terasa keras bagi kita.'' No pain no gain.
Tuhan Yesus Memberkati.
Senin, 28 Juni 2010
Kasih Karunia
Seorang karyawan muda diam-diam menyelewengkan beberapa juta uang perusahaan tempatnya bekerja . Saat perbuatan itu terungkap , si pria muda disuruh melapor ke kantor wakil presiden senior. Saat ia naik tangga menuju kantor pejabat administratif itu, hatinya terasa berat. Ia yakin , ia akan kehilangan pekerjaannya itu. Ia juga takut kalau perusahaan akan mengambil tindakan hukum terhadap dia. Tampaknya dalam hitungan detik seluruh dunianya akan runtuh.
Ketika ia sampai di kantor eksekutif senior itu, si pria muda ditanyai tentang seluruh masalah tersebut. Ia mengakui apa yang telah ia lakukan. Si eksekutif lalu mengagetkan dia dengan mengajukan pertanyaan ini padanya,'' Kalau saya tetap mempertahankan Anda di posisi Anda yang sekarang, dapatkah saya mempercayai Anda di masa depan?'' Kini wajah si pria muda berubah menjadi cerah dan berkata, '' Ya pak! Tentu saja! Saya sudah belajar dari kesalahan saya, dan saya pasti tidak akan mengulanginya lagi.''
Si eksekutif lalu berkata,'' Saya tidak akan mengajukan tuntutan dan Anda dapat meneruskan mengemban tanggungjawab Anda yang sekarang.''
Si pria muda mengekspresikan rasa terima kasihnya dengan berbagai ucapan terima kasih dan penghormatan, namun tiba-tiba si eksekutif menghentikan ucapan-ucapan si pria muda sambil berkata, '' Saya rasa Anda perlu tahu bahwa Anda adalah orang ke dua di perusahaan ini yang menyerah pada godaan dan diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Saya adalah orang pertama. Apa yang sudah Anda lakukan, dulu juga pernah saya lakukan. Kemurahan yang sekarang Anda terima, dulu juga pernah saya terima. Hanya kasih karunia Tuhanlah yang memelihara kita berdua. Karena saya telah menerima kasih karunia itu, maka sudah sewajarnya dan sudah seharusnya saya juga membagikan kasih karunia yang telah saya terima kepada Anda.
''Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.'' (Efesus 2:8-90)
Tuhan Yesus Memberkati
Ketika ia sampai di kantor eksekutif senior itu, si pria muda ditanyai tentang seluruh masalah tersebut. Ia mengakui apa yang telah ia lakukan. Si eksekutif lalu mengagetkan dia dengan mengajukan pertanyaan ini padanya,'' Kalau saya tetap mempertahankan Anda di posisi Anda yang sekarang, dapatkah saya mempercayai Anda di masa depan?'' Kini wajah si pria muda berubah menjadi cerah dan berkata, '' Ya pak! Tentu saja! Saya sudah belajar dari kesalahan saya, dan saya pasti tidak akan mengulanginya lagi.''
Si eksekutif lalu berkata,'' Saya tidak akan mengajukan tuntutan dan Anda dapat meneruskan mengemban tanggungjawab Anda yang sekarang.''
Si pria muda mengekspresikan rasa terima kasihnya dengan berbagai ucapan terima kasih dan penghormatan, namun tiba-tiba si eksekutif menghentikan ucapan-ucapan si pria muda sambil berkata, '' Saya rasa Anda perlu tahu bahwa Anda adalah orang ke dua di perusahaan ini yang menyerah pada godaan dan diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Saya adalah orang pertama. Apa yang sudah Anda lakukan, dulu juga pernah saya lakukan. Kemurahan yang sekarang Anda terima, dulu juga pernah saya terima. Hanya kasih karunia Tuhanlah yang memelihara kita berdua. Karena saya telah menerima kasih karunia itu, maka sudah sewajarnya dan sudah seharusnya saya juga membagikan kasih karunia yang telah saya terima kepada Anda.
Setiap kita tentu pernah berbuat kesalahan, karena di hadapan Tuhan tidak ada seorangpun yang benar. Kita hanya di benarkan di dalam kristus, karena kita memperoleh kasih karunia dari Allah. Nah, yang menjadi pertanyaan penting adalah, bila kita menjumpai seseorang yang bersalah kepada kita, maukah kita juga memaafkan dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki kesalahannya? Karena bila kita telah menerima kasih karunia itu, maka sudah sewajarnya bila kita pun juga membagikannya kepada orang lain.
''Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.'' (Efesus 2:8-90)
Tuhan Yesus Memberkati
Kamis, 24 Juni 2010
Pikiran Profesor
Di dalam sebuah fakultas psikologi mahasiswa-mahasiswa sedang berdiskusi tentang Tuhan. Profesor pengajar mata kuliah itu memberikan logika ilustrasi:
- "Apakah ada yang mendengar suara Tuhan?". Tidak ada jawaban.
- "Apakah ada yang menyentuh dan merasakan Tuhan?".Juga tidak ada jawaban.
- "Apakah ada yang melihat Tuhan?". Tetap tidak ada jawaban untuk ketiga kalinya.
Dengan sederhana dan tersenyum, profesor itu lalu menarik sebuah kesimpulan sederhana, "Itu artinya Tuhan tidak ada!"
Seorang mahasiswa meminta waktu kepada profesor untuk menyampaikan sanggahan terhadap ilustrasinya tentang Tuhan. Mahasiswa itu mengulangi cara yang sama seperti profesor itu.
- "Apakah ada di antara teman-teman yang mendengarkan pikiran profesor?". Semua diam.
- "Apakah ada di antara teman-teman yang merasakan pikiran profesor?". Semua diam.
- "Apakah ada di antara teman-teman ada yang melihat pikiran profesor?". Semua tetap diam.
- "Berarti secara logika, dan secara nyata bahwa profesor kita tidak punya pikiran!"
Ada begitu banyak logika di dunia ini yang ingin menguji keberadaan Tuhan. Namun keberadaan Tuhan tidak dapat hanya dibuktikan secara logika, karena pikiran dan logika manusia adalah terbatas, sehingga tidak mungkin bila memikirkan Tuhan yang tidak terbatas. Iman kepada Tuhan adalah iman karena percaya bukan karena melihat. Namun kita selalu dapat merasakan bahwa dalam kehidupan ini, terlebih dalam kehidupan pribadi kita masing-masimg ada suatu kuasa yang mengatur semuanya, sehingga berjalan dengan sebagaimana mestinya. Dan kuasa siapa lagi kalau bukan kuasa Tuhan? Marilah kita beriman kepada Tuhan bukan kerena melihat namun karena percaya.
''Sebab hidup kami adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.'' (2 Korintus 5:7)
Tuhan Yesus Memberkati
- "Apakah ada yang mendengar suara Tuhan?". Tidak ada jawaban.
- "Apakah ada yang menyentuh dan merasakan Tuhan?".Juga tidak ada jawaban.
- "Apakah ada yang melihat Tuhan?". Tetap tidak ada jawaban untuk ketiga kalinya.
Dengan sederhana dan tersenyum, profesor itu lalu menarik sebuah kesimpulan sederhana, "Itu artinya Tuhan tidak ada!"
Seorang mahasiswa meminta waktu kepada profesor untuk menyampaikan sanggahan terhadap ilustrasinya tentang Tuhan. Mahasiswa itu mengulangi cara yang sama seperti profesor itu.
- "Apakah ada di antara teman-teman yang mendengarkan pikiran profesor?". Semua diam.
- "Apakah ada di antara teman-teman yang merasakan pikiran profesor?". Semua diam.
- "Apakah ada di antara teman-teman ada yang melihat pikiran profesor?". Semua tetap diam.
- "Berarti secara logika, dan secara nyata bahwa profesor kita tidak punya pikiran!"
Ada begitu banyak logika di dunia ini yang ingin menguji keberadaan Tuhan. Namun keberadaan Tuhan tidak dapat hanya dibuktikan secara logika, karena pikiran dan logika manusia adalah terbatas, sehingga tidak mungkin bila memikirkan Tuhan yang tidak terbatas. Iman kepada Tuhan adalah iman karena percaya bukan karena melihat. Namun kita selalu dapat merasakan bahwa dalam kehidupan ini, terlebih dalam kehidupan pribadi kita masing-masimg ada suatu kuasa yang mengatur semuanya, sehingga berjalan dengan sebagaimana mestinya. Dan kuasa siapa lagi kalau bukan kuasa Tuhan? Marilah kita beriman kepada Tuhan bukan kerena melihat namun karena percaya.
''Sebab hidup kami adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.'' (2 Korintus 5:7)
Tuhan Yesus Memberkati
Senin, 21 Juni 2010
Peramal
Di sebuah kota, tinggallah seorang peramal yang sangat pandai meramal. Semua orang yang datang untuk meramal selalu mendapatkan jawaban yang betul-betul tepat. Sepertinya peramal itu memang tahu segala sesuatu. Suatu hari datanglah seorang pemuda yang ingin mengalahkan kemampuan si peramal tersebut. Pemuda ini datang dengan menggenggam seekor burung kecil. Ia sengaja mengeluarkan beberapa helai bulu ekornya dari sela-sela jari tangannya. Kepada si peramal, pemuda ini berkata, ''Bapak peramal, aku tahu anda sangat hebat dan semua orang di sini mengakuinya. Karena itu, aku meminta anda untuk meramal apa yang ada di tangan saya.''
Sambil tersenyum, peramal itu berkata, ''Hai anakku, itu adalah pekerjaan yang sangat mudah. Tidak perlu saya, semua orang yang hadir di sini tahu pasti, bahwa yang ada di tanganmu adalah seekor burung. Bulu-bulunya tampak dengan sangat jelas.''
''Benar sekali pak, '' Kata pemuda ini sambil melihat orang-orang di sekelilingnya, ''Tapi...bisakah bapak meramal atau menebak apakah burung kecil tersebut masih hidup atau sudah mati?''
Semua orang yang hadir di situ mulai tegang dan ikut menerka-nerka. Sang peramal juga cukup lama berpikir. Peramal ini tahu jika dia mengatakan burung ini sudah mati, maka pemuda itu akan melepaskan burung tersebut untuk terbang dan dia kalah. Sebaliknya, jika ia mengatakan hidup, pemuda ini akan meremas burung tersebut hingga mati. Memang sesuatu yang sulit untuk di jawab. Akhirnya dengan tertunduk malu peramal itu berkata, ''Hai kalian semua, dengan ini saya mengaku tidak dapat menebak apakah burung yang ada di tangan pemuda ini masih hidup atau sudah mati, saya mengaku kalah.'' Tiba-tiba si pemuda juga berkata, ''Hai kalian semua, kehidupan ini ada di tangan kita masing-masing, apa yang akan terjadi pada diri kita tidak tergantung pada apa yang bisa diramalkan oleh para peramal ataupun orang lain, tapi apa yang terjadi pada diri kita tergantung pada sikap kita dalam menjalani kehidupan ini.''
Hidup kita tidak tergantung oleh ramalan orang lain, namun hidup kita tergantung pada bagaimana kita mengelola talenta yang telah Tuhan berikan pada setiap kita.
''Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut.'' (Amsal 1:10)
Tuhan Yesus Memberkati
Sambil tersenyum, peramal itu berkata, ''Hai anakku, itu adalah pekerjaan yang sangat mudah. Tidak perlu saya, semua orang yang hadir di sini tahu pasti, bahwa yang ada di tanganmu adalah seekor burung. Bulu-bulunya tampak dengan sangat jelas.''
''Benar sekali pak, '' Kata pemuda ini sambil melihat orang-orang di sekelilingnya, ''Tapi...bisakah bapak meramal atau menebak apakah burung kecil tersebut masih hidup atau sudah mati?''
Semua orang yang hadir di situ mulai tegang dan ikut menerka-nerka. Sang peramal juga cukup lama berpikir. Peramal ini tahu jika dia mengatakan burung ini sudah mati, maka pemuda itu akan melepaskan burung tersebut untuk terbang dan dia kalah. Sebaliknya, jika ia mengatakan hidup, pemuda ini akan meremas burung tersebut hingga mati. Memang sesuatu yang sulit untuk di jawab. Akhirnya dengan tertunduk malu peramal itu berkata, ''Hai kalian semua, dengan ini saya mengaku tidak dapat menebak apakah burung yang ada di tangan pemuda ini masih hidup atau sudah mati, saya mengaku kalah.'' Tiba-tiba si pemuda juga berkata, ''Hai kalian semua, kehidupan ini ada di tangan kita masing-masing, apa yang akan terjadi pada diri kita tidak tergantung pada apa yang bisa diramalkan oleh para peramal ataupun orang lain, tapi apa yang terjadi pada diri kita tergantung pada sikap kita dalam menjalani kehidupan ini.''
Hidup kita tidak tergantung oleh ramalan orang lain, namun hidup kita tergantung pada bagaimana kita mengelola talenta yang telah Tuhan berikan pada setiap kita.
''Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut.'' (Amsal 1:10)
Tuhan Yesus Memberkati
Sabtu, 19 Juni 2010
Apakah Anda Tertimpa Batu?
Suatu hari, seorang pria berperangai buruk, yang selalu puas jika telah merusak sesuatu, berjalan melintasi padang gurun dimana terdapat oasis atau sumber air. Di sekitar Oasis itu, ia melihat tunas kelapa yang muncul di permukaan tanah, ''Aku tidak akan membiarkan kelapa ini terus bertumbuh, aku akan membunuhnya.'' Kata pria itu dalam hati. Ia pun lalu mengangkat sebuah batu besar lalu meletakkannya tepat di atas kelapa yang sedang bertunas tadi. Sambil tersenyum, pria itu lalu pergi.
Meskipun sang tunas kelapa telah berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan batu itu, namun batu tersebut tetap tidak bergerak sedikitpun. Akhirnya ia mulai menancapkan akar-akarnya ke bawah hingga akhirnya mampu mencapai sumber air yang cukup untuk pertumbuhannya. Semakin hari, akar-akarnya semakin kuat dan akhirnya ia pun berhasil tumbuh dengan cara meliukkan tunasnya untuk menghindari batu tersebut.
Beberapa tahun kemudian, pria yang meletakkan batu di atas tunas kelapa tersebut kembali untuk memastikan bahwa si kelapa benar-benar mati. Ketika ia sedang mencari-cari, sebuah pohon kelapa yang sangat tinggi menyapanya sambil berkata, ''Hai, aku ingin berterimakasih kepadamu atas batu besar yang dulu telah kau letakkan di atasku. Batu itulah yang telah memberi semangat, sehingga aku terus bertumbuh dengan berbagai cara. Sekarang aku menjadi pohon kelapa tertinggi di tempat ini.'' Pria itu tertegun mendengar kata-kata sang pohon kelapa. Ia juga melihat bahwa batu besar yang dulu dia letakkan, masih berada di samping pohon kelapa itu.
Bukankah dalam hidup ini, kita juga seringkali menghadapi berbagai persoalan dan tantangan. Seolah-olah ada batu yang begitu besar dan berat telah diletakkan di pundak kita, sehingga tidak jarang kita mulai berputus asa. Kita berteriak kepada Tuhan, supaya batu-batu itu diangkat dari kehidupan kita. Padahal kalau Tuhan mengijinkan hal itu terjadi, berarti Tuhan pasti telah menyediakan jalan keluar bagi kita. Yang kita perlukan hanyalah bertanya kepada Tuhan, jalan mana yang harus kita tempuh untuk menyiasati persoalan itu. Jadi, kita memang tidak dapat lari dari masalah, namun dengan kekuatan Tuhan, kita dapat menyiasati masalah itu untuk pertumbuhan rohani dan keberhasilan kita.
''Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.'' (Filipi 4:13)
Tuhan Yesus Memberkati
Rabu, 16 Juni 2010
Lebih Dari Kaya
Seorang wanita tua suatu hari menemukan sebuah batu permata ketika ia sedang berjalan. Ia lalu memungut dan menyimpan batu permata tersebut di dalam tasnya dan berjalan pulang. Di tengah perjalanan, ia bertemu seoang pria pengembara yang tampak kelelahan sedang duduk di atas sebuah batu. Wanita tua ini berhenti, lalu menawarkan sebotol air yang dibawanya. Disaat wanita tua itu sedang menolong, pria pengembara ini melihat ke dalam tas wanita tua itu ada batu permata sangat indah. Pria ini bertanya, apakah ia boleh meminta batu itu. Di luar dugaan, si wanita tua memberikan begitu saja batu tersebut. Pria pengembara itupun bangkit dan melanjutkan perjalanan kembali. Ia begitu gembira membayangkan akan bisa mendapat banyak uang dari permata itu.
Namun, beberapa hari kemudian pria ini kembali ke tempat wanita tua tersebut. Ia berkata, ''Aku memutuskan untuk mengembalikan permata ini. Aku lebih menginginkan sesuatu yang Anda punya sehingga begitu mudah memberi batu permata ini padaku.''
Wanita tua itu hanya tersenyum. Nyatanya ia hanyalah seorang wanita tua yang hidup sendiri di sebuah rumah sederhana. Tapi ternyata ia jauh labih kaya dari seorang yang memiliki batu permata. Karena satu hal, wanita tua itu mempunyai hati yang memberi.
Kita sudah sering mendengar kisah janda yang memberi persembahan dua peser di bait Allah ini. Meski tidak ditulis apakah janda itu mendengar ucapan Yesus atau tidak, tapi itu jelas satu pujian luar biasa. Siapa tidak bahagia jika Tuhan sendiri yang memuji persembahan kita? Namun, janda itu memberi persembahan bukan untuk dipuji siapapun. Ia memberi persembahan hanya karena memang ia ingin memberi dari apa yang ia miliki.
"Yesus berkata, "Sesungguhnya, janda miskin ini telah memberi lebih banyak daripada mereka semua. Karena mereka memberikan sedikit dari kelebihan mereka, tetapi janda yang miskin ini telah memberikan semua uang yang dimilikinya." (Lukas 21:4 FAYH)
Orang yang meskipun miskin namun punya hati yang memberi adalah jauh lebih kaya dari orang kaya yang tidak mau berbagi. Tidak perlu menunggu seseorang jadi kaya dulu untuk dapat dilihat sikapnya terhadap harta. Begitu juga cara Bapa melihat diri kita. Apapun kondisi kita saat ini, masih pas-pasan atau berkecukupan, sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak memberi.
Memberi adalah karakter, bukan semata-mata kemampuan.
''Kalau kalian rela memberi, maka Allah akan menerima pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu..'' (2 Korintus 8:12 FAYH)
Selasa, 15 Juni 2010
Jangan Merugikan
Pada suatu hari, ada seorang penjual obat di trotoar yang memasang iklan bahwa obat yang dijualnya bisa menyembuhkan 1000 macam jenis penyakit. Setelah melihat iklan yang dipasang itu, seorang ibu datang dan bertanya kepada penjual obat tersebut. ''Apakah benar obat ini bisa menyembuhkan 1000 macam penyakit?''
Untuk meyakinkan ibu tersebut, penjual obat itu lalu berkata, ''Oh tentu saja. Obat ini sudah terkenal manjur dan pasti dapat meyembuhkan penyakit ibu secara instan.'' Maka si ibu lalu membeli obat tersebut.
Setelah beberapa hari, si ibu tersebut kembali pada penjual obat tersebut sambil berkata, ''Bang, katanya obat ini bisa menyembuhkan 1000 macam penyakit, saya sudah meminum obatnya sampai habis, kok penyakit saya belum juga sembuh?''
Penjual obat itu dengan santainya berkata, ''Oh...mungkin penyakit ibu itu penyakit yang ke-1001.''
Si ibu yang merasa tertipu, akhirnya hanya dapat meninggalkan tempat itu dengan hati yang mendongkol.
Teman-teman, apakah dalam melakukan sesuatu atau dalam bekerja, kita mencari keuntungan bagi diri kita dengan cara merugikan orang lain? Ada begitu banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk menumpuk kekayaan bagi dirinya sendiri, tanpa memperdulikan sekelilingnya, tanpa memperdulikan bahwa ada orang lain yang dirugikan.
Mari bekerja dengan benar, bukan dengan semata-mata mencari keuntungan bagi diri sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain. Tapi bekerjalah justru dengan tujuan untuk membantu dan menolong orang lain. Karena kalau kita tidak mau dirugikan oleh orang lain maka janganlah kita pun merugikan orang lain.
''Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum taurat, dan kitab para nabi.'' (Matius 7:12)
Tuhan Yesus Memberkati
Untuk meyakinkan ibu tersebut, penjual obat itu lalu berkata, ''Oh tentu saja. Obat ini sudah terkenal manjur dan pasti dapat meyembuhkan penyakit ibu secara instan.'' Maka si ibu lalu membeli obat tersebut.
Setelah beberapa hari, si ibu tersebut kembali pada penjual obat tersebut sambil berkata, ''Bang, katanya obat ini bisa menyembuhkan 1000 macam penyakit, saya sudah meminum obatnya sampai habis, kok penyakit saya belum juga sembuh?''
Penjual obat itu dengan santainya berkata, ''Oh...mungkin penyakit ibu itu penyakit yang ke-1001.''
Si ibu yang merasa tertipu, akhirnya hanya dapat meninggalkan tempat itu dengan hati yang mendongkol.
Teman-teman, apakah dalam melakukan sesuatu atau dalam bekerja, kita mencari keuntungan bagi diri kita dengan cara merugikan orang lain? Ada begitu banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk menumpuk kekayaan bagi dirinya sendiri, tanpa memperdulikan sekelilingnya, tanpa memperdulikan bahwa ada orang lain yang dirugikan.
Mari bekerja dengan benar, bukan dengan semata-mata mencari keuntungan bagi diri sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain. Tapi bekerjalah justru dengan tujuan untuk membantu dan menolong orang lain. Karena kalau kita tidak mau dirugikan oleh orang lain maka janganlah kita pun merugikan orang lain.
''Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum taurat, dan kitab para nabi.'' (Matius 7:12)
Tuhan Yesus Memberkati
Langganan:
Postingan (Atom)